Jam sudah menunjukan pukul lima sore, semua para pawang Evan masih setia menjaga adik kecilnya sampai Alden pulang, bahkan mereka sekarang sudah terlihat sangat bosan sekali menunggu Alden yang tak kunjung pulang.Salwa dan Resti juga masih berada di rumah Alden karena Evan yang melarang mereka pulang. Bahkan dari tadi Evan terus menempeli Salwa.
Seperti sekarang, Evan dari tadi nyender di pundak Salwa, sambil menyedot susu kotak di tangannya.
"Evan, aku mau pulang dulu," ucap Salwa.
"Mau ngapain?"
"Aku mau mandi."
"Gak boleh, udah sole, dingin," ucap Evan.
"Tapi aku gerah Evan."
"Gak boleh, pokoknya gak boleh."
"Ya udah mulai sekarang kita bukan teman," ucap Salwa kepada Evan.
"Gak mau, gak lo tetap jadi temen gue," Evan langsung memeluk Salwa dan menyembunyikan wajahnya di leher Salwa.
"Abang, Evan masih mau main sama dia, pokoknya Evan gak boleh pulang huaaaa... Suluh dia mandi di sini aja," Evan menangis sambil memeluk Salwa, tidak hanya menangis juga Evan terus berteriak tidak mau putus dari kekasih barunya ini.
"Lo mandi di sini aja ya, bial nanti si domba galut bawa baju lo ke sini ya plisss..." Ucap Evan sambil manangis histeris seperti anak kecil.
"Tap---"
"MANDI DI SINI!!" Teriak Evan.
" Abang abilin baju dia, hiks.. cepetan, biar dia mandi di sini," Evan beralih memeluk Sansan yang ada di bawah.
"Anjir nih bocah kenapa malah minta tolong sama gue, mana bisa gue ngambil perlengkapan cewek ." Batin Sansan.
"Ya kamu sih dek, orang mau mandi pake di larang segala," ucap Sansan.
Tukk
"Anjir, kenapa kepala Abang di pukul sih dek sakit nih," ucap Sansan sambil mengelus kepalanya yang di jitak oleh Evan.
"Bang Ey, ambilin baju nya dia di lumah Seblang sana," ucap Evan kepada Eyres.
"Ya gak bisa lah dek, Abang kan cowok masa ngambil perlengkapan cewek sih yang ada entar Abang khilafah ," ucap Eyres memandang nasibnya yang begitu memperihatinkan.
"Ketellaluan banget kalian gak mau bantuin evan," di luar dugaan mereka semua Evan malah mengguling-gulingkan tubuh di atas lantai sambil menangis, kakinya terus menendang-nendang tak karuhan. Untung saja selang infus Evan agak panjang jadi tidak lepas dari tangan Evan.
"Evan, Evan, bangun, lantainya kotor," ucap Sansan sambil menarik tangan Evan untuk bangun, tapi Evan malah terus menangis sambil mengguling-guling, alahasil saat tangannya di tarik oleh Sansan dia jadi gelantungan di tangan Sansan.
"Nggak mauu.... Sebelum kalian ambilin baju nya dia.. huaaaaaaaaa."
"Ahahah si bocil piyik nangis gara-gara gak mau di tinggal ," ucap Resti sambil tertawa terbahak-bahak.
"Domba galut, bi..bilang sama Salwa jang...jangan pulang huaaaa."
"Gak gue gak mau," ucap Resti.
"Aaahhhhh domba galut," Evan terus merengek ke Resti.
"Gak."
Evan melepaskan tangannya yang di pegang oleh Sansan, dia langsung bangkit dari posisinya dan langsung menjambak rambut Resti yang di kuncir dua itu.
"Aaarrgghhh bocah piyik lepasin sakiiit," ucap Resti yang terus berusaha melepaskan jambakan Evan.
"Nggak gue gak mau lepasin," ucap Evan, dia langsung menjambak rambut Resti yang satu nya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PANGERAN CADEL [END]✓
Teen FictionDia milik ku. Dia milik kita. Dia milik kami. Dia untuk kita semua. Si nakal yang tidak tau apa yang namanya aturan, suka membantah, sering ngomong kasar tapi gak bisa nyebut R dan melakukan sesuatu dengan sesuka hatinya. Suka kabur dari rumah, bolo...