42. Sebenarnya

1.5K 109 14
                                    



Sansan dan keluarganya sudah sampai di bandara, sedangkan keluarga Eyres dan Abi katanya mereka akan menyusul sebentar lagi menggunakan pesawat biasa.

Mereka sedikit berlari karena tadi Sansan menelpon Alden dan Alden memberi kabar jika Evan masuk Rumah Sakit dan Koma.

Sebenernya mereka marah kepada diri mereka sendiri dan Alden karena lalai menjaga Evan tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena belum mendengarkan penjelasan Alden kenapa Evan sampai masuk rumah sakit, jika mereka gegabah nanti mereka akan rugi sendiri jika prediksi mereka salah.

Saat di pintu keluar bandara Sanana dan keluarganya langsung masuk ke dalam mobil yang sudah di siapkan oleh pegawai sang ayah.

Ternyata saat Sansan masuk ke dalam mobil, keluarga Eyres dan Abi pun baru sampai di bandara mereka langsung saja berlari meninggalkan barang bawaan mereka karena mereka sudah memerintahkan seseorang untuk mengurus itu semua, mereka juga tak kalah panik dengan keluarga Sansan tadi saat mengetahui jika anak kesayangan mereka celaka.
___________

Brakk!!

Suara dobrakan pintu terdengar begitu nyaring saat seseorang mendobrak salah satu pintu ruangan rumah sakit.

"Bagaimana bisa?"

"Mana Alan? Kenapa dia gak ada di sini?"

"Sebaiknya kita bicarakan ini di luar," ucap Alden begitu pelan, tubuhnya sudah tidak ada tenaga lagi hanya untuk meladeni mereka yang masih tersulut emosi.

"Tunggu di luar," ucap Sansan tanpa melihat ke arah Alden.

Alden hanya pasrah saja saat di suruh keluar, dia sangat mengerti mungkin mereka ingin menjenguk Evan.

"Anak Bunda kenapa bisa seperti ini sih? Bangun yuk nak, bilang sama Bunda sayang siapa yang udah buat anak bunda seperti ini? Bunda janji Bunda janji gak akan pernah memaafkan orang yang udah mencelakai anak bunda ini."

"Boy, maafkan ayah, karena ayah tidak ada saat kamu celaka, maafkan ayah karena ayang meninggalkan mu, ayah menyesal seharusnya ayah tidak pernah meninggalkan mu, ayah sangat menyesal nak, maafin ayah."

Ucap mereka bergiliran, sedangkan Sansan hanya diam membisu dia masih syok dengan apa yang terjadi saat ini, orang yang  mereka sayangi dan lindungi kini terkurai lemas di rumah sakit dengan tubuh yang hampir di penuhi alat medis.

"Kalian keluar dulu temuin dokter Alden dan minta penjelasan dia," perintah sang Bunda.
__________

Plakk!!

"KAMU KETERLALUAN MAS, KAMU KETERLALUAN!!"

"APA?! AKU KETERLALUAN APA HAH? Aku sudah berbaik hati sama kamu, aku sudah berusaha melenyapkan anak haram itu biar kamu gak sakit hati dan kesusahan karena mengurus anak itu sialan!" Ucap Pria itu dengan penuh penekanan.

"TAPI KAMU UDAH KETERLALUAN!! AKU UDAH MATI-MATIAN CARI SAHABATKU TANPA BANTUAN KAMU, TAPI MALAH KAMU YANG UDAH BUNUH SAHABAT KU!!"

"sayang, aku tidak pernah membunuh sahabat mu, dia sendiri yang mau menjual jantung istinya sendiri," ucap pria itu dengan lembut, mengelus pipi sang istri.

"Itu sama aja mas, kamu yang udah hasut suaminya buat menjual jantung sahabatku, kamu sama seperti iblis mas."

Kalo kalian menebak mereka orang tua Salwa, yah mereka benar, mereka adalah kedua orang tua Salwa yang berdebat di dalam rumah karena masalah masa lalu.

Tanti memergoki sang suami yang sedang menyiksa Evan di gudang tua itu, sebenarnya saat kejadian di mana Evan di pukul oleh batu waktu itu tidak sengaja Tantri melihat itu, dia melihat sangat jelas sekali dari awal hingga dia melihat orang yang sangat mirip dengan suaminya di dalam mobil yang membawa Evan, karena panik dan penasaran Tantri mengikuti mobil itu hingga dia menyaksikan dengan kepala matanya sendiri saat sang suami yang selama ini terlihat sangat baik, rendah hati, itu dengan brutal menyiksa Evan tanpa ampun bahkan menusuknya dengan pisau.

Tantri juga lah yang sengaja menghubungi Alden waktu itu untuk menjemput Evan di tempat sepi itu.

Setelah sang suami akan keluar, dia dengan cepat pergi dari tempat itu dengan sembunyi-sembunyi  karena takut ketahuan, bukan tega meninggalkan Evan sendirian tapi Tantri punya rencana lain yang sudah di siapkan dia juga sangat yakin jika sebentar lagi Alden akan datang menemukan Evan di sana.

"Aku benar-benar gak percaya kalo kamu yang udah ngelakuin itu semua," air mata Tantri semakin banyak yang keluar.

"Aku juga pah, aku juga gak nyangka kalo ternyata papah sejahat itu."

Tantri dan sang suami begitu kaget saat melihat Salwa yang menangis berjalan perlahan ke arah mereka, matanya yang sudah berair menatap papahnya dengan tajam.

"Sal."

"Stop pah, hati aku udah sakit mendengar kenyataan, aku sakit hati saat mendengar papah yang udah nyulik Evan, hampir membunuh Evan, papah yang udah ngehamilin ibunya Evan, aku juga sakit hati banget waktu denger papah yang udah ngebunuh ibunya Evan."

"Dan sakit hati aku bertambah karena papah menghancurkan hubungan anaknya sendiri." Lanjut Salwa.

"Sekarang terserah papah mau gimana, aku udah kecewa banget sama papah, aku udah malu banget menampakan muka aku di hadapan Evan lagi pah."

"Maafkan papah nak, mah, papah ngaku salah tapi papah melakukan itu semua punya alasannya, papah di paksa buat kerja sama membunuh Evan, waktu itu papah lagi pusing sama kerjaan dan butuh pelampiasan, dan kebetulan ada seseorang yang menawarkan kerja sama sama papah dan dengan bodohnya papah hanya meng 'iya' kan apa kata mereka tanpa tahu siapa yang akan papah siksa."

"Dan setelah tau orang itu adalah Evan, papah langsung menolaknya karena papah bukan ingin membunuh darah daging ayah sendiri ayah hanya ingin menjauhkan dia dari kita, tapi orang suruhan Rangga malah mengancam papah akan membunuh kalian, dan mau tidak mau papah melakukan itu semua demi kebaikan kalian, maafkan papah, sekali lagi maafkan papah."

"Kenapa Tuhan terus mempermain kan kita, padahal kamu ada di dekat kita nak, maafkan aku Rere maaf kan aku, aku tidak bisa menjaga anak mu."
________

"Maafkan saya, saya memang salah, saya lalai menjaga Evan, jika kalian melarang Evan tinggal bersama saya lagi saya ikhlas," ucap Alden.

"Tidak, ini semua bukan salah dokter, ini semua salah kita, kita tidak bisa menyalahkan dokter yang udah menjaga Evan,mencari Evan, menyelamatkan Evan, tapi kita malah enak-enak an liburan di luar negri."

"Makasih," ucap Alden, dia sudah tidak bisa lagi berbicara banyak karena air matanya yang akan meluncur bebas.

Sedangkan Sansan dia masih berusaha menghubungi Alan yang masih belum mengangkat telponnya.

"Bangsat! Kemana sih nih orang."
___________

"Abang nih Rangga balikin lagi hp nya, berisik banget tau ada yang nelpon terus, mau Rangga angkat tapi sandi nya salah terus padahal Rangga udah pake tanggal lahir Rangga, tanggal lahir Abang, pake nomor yang lainnya juga tapi masih belum ke buka," ucap Rangga.

"Bodoh, sampai kapan mu hp gue gak bakalan kebuka karena gue kunci pake tanggal lahir Evan," batin Alan tersenyum.

Drrrtttt

"Halo?"

"......."

"Gue ke sana sekarang."

"Mau kemana?" Tanya Shandy.

"Rumah sakit, Evan di rawat di sana dia koma," ucap Alan panik.

"Arrgghh kenapa koma sih? Kenapa dia tidak sampai membunuhnya saja?"


.







____________________________________

Halo gesss...
Udah follow WP aku belum nih?
Yang udah makasih ya sayang banyak buat kalian ♡♡
Tapi kalo belum, yuk follow dulu akun wp aku, aku gak bakalan ngartis kok karena aku bukan artis.

Kalo kalian juga mau kenalan sama aku boleh kok boleh banget malahan jadi banyak temen kan rame♡♡
Aku pasti bakalan bales kalian satu-satu.

AU NO SOMBONG

Jangan lupa meninggalkan jejak, vote dan komen yang banyak mau titik juga boleh, koma boleh.

PANGERAN CADEL [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang