3. Melepaskan

6K 271 13
                                    

[Happy Reading]

Dia tidak menyuruhku pergi, namun sikapnya membuatku sadar untuk mundur.

__________

Tiga hari berlalu setelah kejadian dimana Elang menemui Rea pada malam hari membuat Rea selalu was-was seperti ada seseorang yang selalu mengintai dirinya.

Seperti saat ini, Rea berada satu angkot dengan seorang lelaki asing yang sedari tadi terus mengikutinya. Rea sedikit takut sekarang.

"Stop pak" Rea berhenti sedikit jauh dari gerbang sekolahnya, tak disangka seorang lelaki tersebut juga mengikutinya.

Rea terus berjalan dengan mata lurus ke depan, tiba-tiba ia berhenti dan dengan cepat berbalik ke belakang. Lelaki tersebut sedikit terkejut saat Rea berhenti secara tiba-tiba.

Dia lantas ingin meninggalkan Rea namun dengan cepat Rea mencekal tangannya. "Kamu siapa? Kenapa terus ikutin aku?"

Rea tidak bisa melihat jelas wajah lelaki tersebut karna tertutup topi dan hoodie.

"Permisi" Dia melepas cekalan Rea pada tangannya dan langsung meninggalkan Rea yang dirundung berbagai pertanyaan di kepalanya.

Rea menepis semua pikiran buruk yang berkecamuk di otaknya, ia melanjutkan langkahnya. Saat hendak sampai di depan gerbang sekolah Rea diperlihatkan adegan yang membuat hatinya sakit.

Motor Fian melintas di hadapannya, namun bukan itu yang menjadi fokusnya. Gadis yang ada di boncengan Fian membuat Rea bertanya-tanya kenapa mereka bisa berangkat bareng, gadis tersebut adalah Gea. Ada rasa kesal saat melihat Gea yang dengan gamblangnya memeluk pinggang Fian dan Fian yang memperlakukan Gea dengan baik, tidak seperti dirinya yang bahkan untuk memegang pundaknya saja tidak boleh.

Rea menghampiri mereka yang sedang saling tertawa.

"Kamu ngapain peluk-peluk sama Fian" Rea menarik tangan Gea agar mendekat ke arahnya.

"Awh" Ringis Gea

"Lo apa apaan sih" Ucap Fian dengan nada yang sedikit tinggi, ia melepas cekalan Rea pada tangan Gea.

"Sakit kak" Adu Gea, Fian mengusap pelan pergelangan tangan Gea kemudian menatap tajam Rea.

"Kasar banget jadi cewek" Sinis Fian

"Lemah banget jadi cewek" Cibir Rea, ia muak dengan drama Gea yang selalu saja begitu.

"Kak Rea jangan gitu sama aku" Lirih Gea dengan menundukkan kepalanya.

"Maksud lo?" Tanya Fian bingung

"Kak Rea sering kasarin aku di rumah, aku takut kalo liat kakak marah-marah" Gea terisak pelan dan masih menundukkan kepalanya.

Fian menunjuk ke wajah Rea, "Lo! Jadi cewek bisa ngga sih ngga usah kasar, ini adek lo!" Tegas Fian

"Kakak macam apa yang kasarin adek sendiri" Sinis Fian

Rea sudah terbiasa mendapat berbagai fitnah darinya tapi tetap saja rasanya sakit, "Kamu! Pacar macam apa yang lebih percaya sama cewek lain daripada ceweknya sendiri"

"Sedangkan kamu" Tunjuk Rea pada Gea.

"Kamu juga mau rebut Fian dari aku kan? Silahkan ambil kalau kamu mau, aku cape! Aku mau putus" Telak Rea.

Fian tidak terima dengan ucapan Rea, "Nggak! Lo ngga boleh minta putus dari gue"

Alis Rea terangkat sebelah, "Kamu pikir aku boneka yang bisa kamu mainin sepuasnya? Aku manusia, punya batas kesabaran dan sekarang kesabaran aku habis! Terima kasih udah buat aku bahagia meskipun hanya sekejap, hubungan kita selesai."

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang