46. LDR

2K 137 100
                                    

[Happy Reading]

.

__________


Merasa sudah tenang Elang bangun dari kasur dan berjalan mendekat ke arah pintu. Ia sudah tidak mendengar lagi suara Rea yang memohon meminta maaf namun terdengar suara isak tangis dari luar. Tangannya memutar kunci dan menarik pintunya dengan pelan.

Yang pertama Elang lihat adalah istrinya yang sedang menangis dengan terduduk di depan kamarnya. Rea yang mendengar suara pintu terbuka lantas mendongakkan kepalanya dan mencoba untuk berdiri. Elang mengulurkan tangannya dan membantu Rea berdiri.

Rea menatap wajah Elang dengan mata sembab karna terus menangis sedari tadi. Elang yang melihat hal itu lantas merasa bersalah, tangannya terulur untuk menghapus air mata di wajah Rea.

Dan sekali tarik Elang dapat mendekap tubuh Rea. Satu kata yang terucap dari mulut Elang adalah 'maaf'

Rea menggeleng, kenapa harus Elang yang meminta maaf? Seharusnya dia, yang sudah membuat Elang marah.

"Maafin aku udah bentak kamu" ucap Elang pelan.

"Aku bener-bener minta maaf, aku terlalu emosi"

Rea menggeleng kuat di pelukannya, "bukan salah kamu! Ini salah aku, udah bohongin kamu"

"Aku salah karna udah ngelakuin hal bodoh itu" jelas Rea dengan air mata yang kembali mengalir di pipinya.

"Jangan marah sama mereka, mereka ngga salah, mereka udah larang aku tapi aku tetep kekeuh buat surprise kaya gini buat kamu, maaf"

Elang terus mendengarkan penjelasan dari Rea, tangannya mengusap lembut punggung Rea yang terus bergetar karena menangis.

"Aku ngga marah, aku cuma kecewa sama kamu, yang udah bohongin aku dengan hal konyol yang seharusnya ngga pantes buat di becandain" tutur Elang.

"Aku khawatir sama kamu, aku takut apa yang ada di mimpi aku itu bener bener terjadi hari ini" Elang meletakkan dagunya di atas kepala Rea dan memejamkan matanya.

Rea memeluk erat pinggangnya, rasa bersalahnya semakin dalam. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan selain meminta maaf dengannya.

Elang meraih pipinya dan mendongakkan kepala Rea. Jari jempolnya mengusap lembut air mata Rea yang terus berjatuhan di pipi. "Aku maafin kamu, jangan diulangi lagi ya?" ucapnya dengan suara lembut.

"Jangan kecewain aku lagi"

"aku sayang sama kamu dan kamu harus tau itu, jadi jangan ninggalin aku sendirian disini, janji?" Rea menganggukkan kepalanya dengan mata yang saling bertatapan.

Elang sedikit menundukkan kepalanya dan mencium bibir Rea cukup lama. Kemudian membelai rambutnya dan memeluknya erat.


***


Semakin hari semakin bertambah besar perut Rea, usia kandungannya sekarang sudah menginjak 9 bulan. Dimana tinggal menghitung hari menjelang kelahiran buah hatinya yang sudah di nanti-nanti.

Mungkin bisa dibilang hari ini merupakan hari yang menyedihkan untuk Rea. Karena ia harus berjauhan dengan Elang atau bisa dikatakan mereka harus LDRan untuk beberapa hari kedepan.

Mereka berada di rumah orang tua Elang sejak 1 jam yang lalu. Rea sedari tadi terus menempel dengan Elang, kemanapun Elang pergi Rea selalu mengikutinya di belakang.

"Kamu berapa hari disana?" tanya Rea.

Elang berpikir sejenak, "mungkin empat sampai lima hari"

Elang mendapat tugas dari Papi nya untuk menemaninya mengurus pekerjaan di luar kota. Awalnya ia ingin menolak, tapi tidak ada salahnya ia ikut sekalian untuk menambah pengalamannya.

"Lamaa" Rengek Rea, tak lama Elang mendengar suara tangis Rea.

Elang merangkul bahu Rea dan mendongakkan kepalanya. Jarinya menyisir rambut Rea yang menghalangi wajahnya. Ia terkekeh pelan melihat wajah Rea yang basah karena menangis.

"Jangan ketawa" Kesal Rea memukul pelan lengan Elang.

"Coba bilang Papi, jangan kelamaan perginya gitu" ujar Elang.

Rea menarik ingusnya yang tiba-tiba keluar kemudian menatap Rey yang baru saja turun bersama dengan Dewi. "Papi, El jangan lama-lama perginya" serunya.

Elang lagi-lagi terkekeh, istrinya benar-benar melakukan apa yang ia perintah. Rey menatap menantunya yang sedari tadi belum juga berhenti menangis.

"Ngga bisa dong, El harus nemenin Papi disana" ucap Rey.

Rea melengkungkan bibirnya dan langsung memeluk tubuh Elang. Elang mengusap lembut kepala Rea dan mencium keningnya. "Udah, jangan nangis terus, kasian babynya"

Rea menganggukkan kepalanya pelan dan mencoba untuk tidak menangis lagi. Tiba-tiba Rey berdiri dan memeluk Dewi, "Aku pergi dulu ya, hati-hati di rumah" Dewi mencium tangannya dan Rey mencium kening Dewi cukup lama.

Rea menatap Elang, "udah mau pergi?" tanyanya pelan.

Elang menatap Rey yang dibalas dengan anggukan kecil. Elang bangun kemudian menangkup pipi Rea dengan tangannya.

"Aku pergi dulu ya, kamu baik-baik di rumah sama Mami, kalau butuh apa-apa telfon aja ke Raka" Elang mencium seluruh wajah Rea.

"Kalo babynya kangen sama kamu gimana?" tanya Rea dengan menatap wajahnya.

Elang terkekeh, "Babynya atau Bunda nya?"

"Kan bisa telfon sayang" ucap Elang lembut.

"Udah ya jangan nangis, aku pergi dulu" Elang melepas pelukan nya dan berjalan keluar dengan Rey.

Dewi dengan Rea mengikuti langkah mereka dari belakang. Elang memasukkan kopernya ke dalam bagasi dan masuk ke dalam mobil. Rea memeluk Dewi dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Dewi mengusap rambut Rea dan melambaikan tangannya ketika mobil Rey mulai meninggalkan halaman rumah.

Pagar rumahnya sudah di tutup kembali oleh bodyguard yang ditugaskan untuk menjaga Rea. Dewi menatap Rea yang masih menangis sesenggukan, ia tersenyum dan mengajak Rea masuk ke dalam.

Mereka duduk di sofa depan TV dengan Rea yang masih betah di pelukan Dewi. "Istirahat gih, jangan nangis terus jangan stress kasian babynya" ucap Dewi dengan mengusap lembut perut Rea.

Rea mengangguk kemudian melepas pelukannya dan berjalan menaiki tangga dengan pelan menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya ke kasur, tak lama kemudian ia sudah terlelap dan menjemput alam bawah sadarnya. Mungkin karena lelah menangis membuatnya lebih cepat mengantuk.




__________
~To Be Continued~


Heyoow, gimana part kali ini?

Maaf ya kalau ceritanya agak belibet

Otakku lagi buntu  ╥﹏╥

Tandain kalau ada typo!!!

Jangan lupa vote and komennya!!

Eits

Jangan lupa juga spam next untuk update part selanjutnya...

Kalau bisa 100 komen langsung up, uwwww

See u next part.....

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang