44. Kehilangan

3K 179 16
                                    

[Happy Reading]

.

__________


Malam harinya entah mengapa Elang merasa sangat terganggu dengan suara bising di apartemen nya. Kemudian ia membuka matanya perlahan dan menatap jam yang ada di kamarnya, jam menunjukkan pukul 22.00 WIB. Dia baru saja tidur 1 jam yang lalu dan sekarang ia terbangun karna suara pekikan di apartemennya.

"Suara apa itu" gumamnya pelan.

Tangannya meraba ke samping, seketika matanya langsung membulat saat menyadari Rea sudah tidak ada di sampingnya. Dengan sedikit tergesa-gesa Elang bangun dari kasur dan berlari keluar kamar.

"Mami" panggilnya saat melihat Dewi yang menangis histeris.

"El, R-rea.." ucap Dewi dengan menangis.

Disaat mulutnya hendak mengeluarkan suara, pandangannya langsung beralih ke arah lain dan membuat jantungnya berdegup kencang.

"REA" pekiknya tanpa sadar.

Elang melihat Rey sedang menggendong tubuh Rea yang berlumur darah. "Rea kenapa pi?" ucapnya cepat.

"Rea jatuh di kamar mandi, cepet ambil kunci mobil" ucap Rey dengan nada suara yang tinggi.

Elang kelimpungan dan berlari masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobil. Setelah menemukan apa yang ia cari, Elang secepat mungkin keluar apartemen dengan kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu di luar.

Rea diletakkan di kursi belakang dengan kepala yang berada di pangkuan Dewi, Rey mengendarai mobilnya sedangkan Elang duduk di samping kursi kemudi.

"Cepet dong pi" desak Elang saat dirasa laju mobilnya terlalu lambat.

Karna jalanan yang sepi mengingat sudah melewati jam 10 malam membuat Rey semakin mengemudi mobilnya dengan cepat. Dewi yang berada di belakang hanya mampu merapalkan segala doa supaya mereka semua tetap selamat sampai rumah sakit nanti.

Setelah beberapa menit akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai di rumah sakit. Elang langsung keluar dari mobil dan menggendong tubuh Rea, membiarkan pakaiannya kotor terkena noda darah dari Rea.

"SUSTER!!" teriak Elang saat melihat suster yang sedang berjaga.

Suster tersebut dengan sigap langsung mendorong brankar ke hadapan Elang. Dengan hati-hati Elang membaringkan tubuh Rea ke atas brankar. Brankar di dorong dengan cepat masuk ke dalam ruang IGD.

"Maaf pak, sebaiknya bapak tunggu di luar" ucap salah satu suster saat melihat Elang ingin menerobos masuk.

"Tolong istri dan anak saya" lirih Elang menatapnya.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk keselamatan istri dan calon anak bapak" ucapnya sebelum pintu ruang IGD benar-benar tertutup.

Elang terduduk lemas di depan ruang IGD, tanpa sadar air matanya mengalir membasahi pipi. Perasaannya takut, melihat bagaimana parahnya luka yang ada di tubuh Rea dan banyaknya darah yang mengalir dari tubuhnya.

Elang merasakan usapan di bahunya, lantas ia mendongakkan kepalanya menatap Dewi. Dewi yang melihat anaknya sedang terpuruk lantas mendekapnya dan mengusap punggungnya lembut.

Elang terdiam dengan perasaan kalut, pelukan Dewi perlahan terlepas. Ia menatap wajah Elang dan mengusapnya pelan.

Entah sudah berapa lama Elang menunggu di depan ruang UGD sampai adzan subuh berkumandang. Ia mengusap wajahnya kasar sebelum beranjak pergi ke masjid yang ada di rumah sakit untuk menunaikan sholat.

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang