43. Penjagaan

4.2K 191 33
                                    

[Happy Reading]

.

__________

Elang kembali ke rumah sakit setelah menyelesaikan urusannya dengan Gea. Dengan pelan Elang memegang knop pintu dan mendorongnya. Tepat saat pintu terbuka Elang dapat melihat keberadaan orang tuanya yang sudah ada di dalam sedang menemani Rea.

"Gimana?" Rey bangun dari duduknya saat melihat Elang berjalan mendekat ke arahnya.

Dengan menghembuskan nafas pelan Elang menganggukkan kepalanya, "lagi di proses sama temen El"

"Dia memang harus dihukum seberat-beratnya, dia hampir saja menghilangkan 2 nyawa sekaligus" ucap Rey.

Elang mendekati Dewi yang duduk di samping ranjang, "Mami sama Papi pulang aja dulu, biar Elang yang jagain Rea"

"Kamu yakin sendirian?" tanya Dewi sedikit khawatir.

"Kenapa? Mami jangan khawatir, El pasti jagain Rea" ucap Elang meyakinkan.

"Iya sayang, kita pulang aja, nanti malam kan bisa kesini lagi" ujar Rey.

Menghela nafasnya pelan Dewi akhirnya mengangguk, "jagain Rea ya, nanti malam Mami bawain makanan buat kamu"

Elang hanya menganggukkan kepalanya dan menatap kepergian mereka. Ia kembali memfokuskan pandangan ke arah Rea setelah kedua orang tuanya sudah benar-benar pergi.

Kata Mami, Rea sudah sadar hanya saja saat ini kondisinya masih lemah dan Rea masih tertidur. Elang duduk di kursi sebelah ranjang, kemudian menggenggam tangan Rea yang terbebas dari selang infus dan mengecupnya.

Rea membuka matanya perlahan saat merasakan sentuhan di tangannya. "El" lirih Rea.

Elang yang awalnya memejamkan mata langsung membuka matanya dan menatap Rea. "Iya sayang, kenapa? Ada yang sakit?" tanyanya langsung.

Rea menggelengkan kepalanya pelan dengan sedikit menggerakkan badannya yang terasa pegal. Elang membantu Rea untuk duduk bersandar, "mau minum?"

Melihat anggukan kepala dari Rea, Elang mengambil gelas berisi air putih di atas meja dan membantu Rea untuk minum. Selesai memberi Rea minum ia meletakkan kembali gelas ke atas meja.

Rea menatap Elang yang berdiri di samping ranjangnya kemudian menepuk pelan ranjangnya, "sini"

Elang melihat Rea yang bergeser dan memintanya untuk duduk di sebelahnya lantas langsung mendekat. Tangannya terulur untuk mengusap perut Rea.

"Sehat-sehat yaa, Ayah bakal lebih jagain kamu sama Bunda" ucap Elang dengan suara pelan.

Rea menyentuh tangan Elang yang berada di perutnya kemudian berucap, "tolong jangan penjarain Gea"

Gerakan tangan Elang yang sedang mengusap perutnya itu lantas berhenti dan langsung menatap Rea dari samping. "Dia pantas mendapatkan itu semua"

"Tapi gimana nasib Ayah kalau Gea dipenjara? Aku mohon jangan penjarain Gea" mohon Rea dengan terus menatap wajah Elang.

Elang diam sejenak, "kamu terlalu baik dan terus memperdulikan perasaan orang orang didekatmu, sekalipun orang itu ingin membunuhmu"

"Tapi maaf, untuk kali ini aku ngga bisa nurutin kemauan kamu, aku harus egois demi kebaikan kamu dan calon anak kita"

"Dia pantas mendapatkan semuanya sayang" Dengan lembut Elang mencium kening Rea dan tersenyum lembut.

Bibir Rea ingin mengucapkan sesuatu tapi langsung dipotong oleh ucapan Elang. "Kamu jangan banyak gerak nanti makin sakit, mau makan sesuatu?" ucap Elang dengan suara setenang mungkin.

Rea menggelengkan kepalanya dengan pelan, "nih minum, kamu harus banyak minum air putih" Elang mengambil gelas berisi air putih dan membantu Rea minum dengan sedotan.

Rea minum dengan pelan dan terus menatap wajah Elang. Elang tersenyum hangat saat melihat tatapan Rea.

"El"

***

3 hari berlalu keadaan Rea sudah membaik dan hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang. Elang membereskan barang-barang Rea dan memasukkannya ke dalam tas yang berukuran besar. Selesai membereskan tas, Elang mendongak menatap Rea yang duduk diatas ranjang dengan mata yang sedang menatapnya.

Dengan tersenyum lembut Elang menunduk menatap kakinya yang belum memakai alas. Ia mengambil sandal selop dan memakaikan nya di kaki Rea.

Rea terpana dan terus menatap sandal yang dipakainya, kemudian tersenyum. "Lucu"

Elang berdiri dan sedikit terkekeh melihat tingkah Rea yang terus menggerakkan kakinya. Saking gemasnya Elang mengacak pelan rambut Rea, "ayo"

Rea bangun dari ranjang dan berjalan pelan keluar ruangan dengan berpegangan pada lengan Elang. Elang menyamakan langkah Rea yang pelan sampai mereka sampai di lobby rumah sakit. Elang menyuruh Rea untuk duduk terlebih dahulu di kursi lobby sedangkan dirinya pergi untuk mengambil mobilnya di parkiran.

Selang beberapa menit Rea menunggu, Elang kembali ke lobby dan menuntun Rea untuk masuk ke dalam mobil. Menggunakan seatbelt masing-masing dan Elang mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah memakan waktu cukup lama akhirnya mereka sampai di apartemen.

Elang keluar lebih dulu dari mobil dan memutari mobil untuk membuka pintunya. "Kamu mau aku gendong?" tanya Elang.

Rea yang sedang melepas seatbelt langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar pertanyaan Elang. "Aku bisa kok jalan sendiri"

Rea menyambut uluran tangan Elang dan keluar dari mobil. Tiba-tiba ada seorang pria yang berbadan sedikit kekar mendekat ke arah mereka. Elang memberikan kunci mobilnya kepada pria tersebut, Rea menatap interaksi mereka dengan bingung.

"Siapa?" tanyanya.

Namun Elang hanya diam saja dan menuntun Rea untuk berjalan masuk ke apartemen. Sampainya mereka di unit apartemen mereka, lagi-lagi Rea dibuat bingung dengan adanya 2 orang pria yang berjaga di depan unitnya.

Saat ia masuk ke dalam, ternyata sudah ada kedua orang tua Elang yang berada di dalam sedang duduk santai dan tersenyum lebar ke arahnya.

"Allhamdulilah akhirnya nyampe juga" ucap Dewi dengan gembira.

Mereka menyambut kedatangan Rea dengan raut wajah yang senang, begitupun Rea. "Mami" panggilnya.

"Iya sayang, ada apa? Ada yang sakit?" tanya Dewi langsung.

Rea menggelengkan kepalanya, "2 orang yang ada di depan itu siapa?"

"Ohh mereka, mereka bodyguard kamu, mereka yang bakal jagain kamu dimana aja, jadi ngga ada lagi orang yang bakal macem-macem sama kamu" jelas Dewi.

"Dan Papi sudah memasang beberapa alat keamanan disini" ucap Rey.

Mendengar penjelasan mereka, ada rasa senang di hati Rea kalau ternyata orang tua Elang sangat mengkhawatirkannya. Namun ia merasa bahwa yang mereka lakukan untuknya sedikit berlebihan.

"Rea rasa ini sedikit berlebihan" ucap Rea pelan takut menyinggung perasaan orang tuanya.

Dewi sedikit terkekeh, "engga sayang, ini demi keselamatan kamu dan calon cucu mami" tangannya mengusap lembut perut Rea.

Elang tersenyum, "mereka ngga akan ganggu aktivitas kamu kok, ayo kamu harus istirahat"

"El, aku cape loh tiduran terus" tutur Rea dengan memanyunkan bibir.

Elang menggelengkan kepalanya pelan, tanpa aba-aba Elang langsung menggendong tubuh Rea ala bridal style.

"Elang" Rea yang diangkat secara tiba-tiba lantas terkejut.

"Sstt" Elang menatap sekilas wajah Rea dan berjalan ke arah kamar.

Rey dan Dewi yang melihat kelakuan mereka lantas terkekeh.







__________
~To Be Continued~





Jangan lupa vote & komennya!!!

See u.....

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang