[Happy Reading]
Ada saat dimana semuanya terasa sangat melelahkan.
__________
"Apa kamu masih cinta sama Sintia?" Tanya Rea langsung
Elang diam, ia masih terkejut melihat kedatangan Sintia. Seseorang yang dulu pernah singgah di hatinya, namun tidak untuk sekarang.
"Aku udah ngga ada perasaan apapun sama Sintia, percaya sama aku Re" Jujur Elang
Rea merasa seperti sahabat yang jahat karena merebut seseorang yang Sintia cintai. "Jadi, yang Sintia maksud Emil itu kamu?"
Selama ini Sintia selalu bercerita tentang mantan SMPnya yang bernama Emil, tapi Rea tidak tau kalau Emil yang Sintia bicarakan itu adalah Elang. Mereka memang tidak satu sekolah tapi Elang selalu menjemput Sintia saat pulang sekolah, Rea hanya mengerti namanya tapi tidak dengan wajahnya. Dulu Rea terlalu pendiam dan sulit berbaur dengan siapa pun, untuk berteman saja dulu ia takut, takut akan dimarahi oleh Ayahnya kalau ia ketahuan memiliki banyak teman, aneh? Memang.
Elang menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Rea, dulu Sintia memang lebih senang memanggilnya dengan nama Emil dan hubungannya dulu tidak banyak yang tau.
Rea menundukkan kepalanya, sekarang bagaimana pasti Sintia kecewa dengannya. Bagaimana caranya untuk menjelaskan semuanya kepada Sintia? Sungguh ia tidak mau Sintia menjauhinya.
"Rea" Elang mendongakkan kepala Rea dan menangkup pipinya.
"Tolong percaya sama aku! Aku udah ngga ada perasaan apapun sama Sintia dan sekarang aku mau buka hati dan belajar cinta sama kamu" ucap Elang
"Aku yakin Sintia ngga mungkin marah sama kamu"
Sintia tidak marah tapi dia kecewa, Sintia mungkin tidak akan bisa marah dengannya terlalu lama namun rasa kecewa pasti akan terus membekas di lubuk hatinya. Rea bingung, ingin rasanya ia menangis namun untuk apa ia menangis? Nyatanya tangisannya tidak akan bisa memutar waktu kembali.
Rea memegang tangan Elang yang ada di wajahnya kemudian menurunkannya, "Aku percaya, kalo gitu aku ke kamar dulu ya" Pamitnya.
Elang menatap punggung Rea yang perlahan menghilang dari pandangannya, "Setelah sekian lama gue berusaha mati-matian untuk lupain lo, sekarang lo muncul lagi di saat gue mulai mencintai orang lain, sahabat lo sendiri"
***
Sintia masih berdiri di depan gedung apartemen Elang, ia masih menunggu taksi pesanannya yang belum juga sampai. Ia berdiri dengan pandangan lurus dan mata yang memerah.
"Sintia"
Menolehkan kepalanya melihat siapa orang yang sudah memanggilnya. Disana terlihat Elang yang berlari ke arahnya, Sintia memalingkan wajahnya saat Elang sudah ada di dekatnya.
"Gue mohon jangan marah sama Rea"
Sintia mati-matian menahan air matanya agar tidak meluruh begitu saja, ia tidak mau dipandang lemah hanya karena seorang laki-laki.
"Jangan jauhi Rea, dia ngga salah" Ucap Elang dengan pelan.
Sintia meremas kuat cardigan yang ia kenakan, "Asal lo tau! Gue masih cinta dan sayang sama lo Emil, gue udah coba lupain lo tapi ngga bisa" Tegasnya
"Ini juga salah gue, gue yang salah udah naruh hati ke orang yang ngga akan pernah bisa gue miliki"
"Kita beda, kitab suci bahkan agama" Ucap Sintia dengan menyentuh kalung bergambar Salib yang tergantung di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionHanyalah kisah seorang gadis cantik nan lugu bernama Reana Aqeela Darmawangsa. Kisah seorang gadis yang harus menerima segala takdir hidupnya yang sangat membuatnya terluka. -Kesalahan yang mampu mengubah hidupku- __________ Jangan lupa sebelum ba...