32. Bunda kenapa?

3.2K 162 0
                                    

[Happy Reading]

__________

Fian keluar dari ruangan Rea dengan senyum yang terukir di bibirnya. Akhirnya hubungannya dengan Rea bisa lebih baik dari sebelumnya, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan mengganggu Rea lagi karena dia akan menghargai Elang sebagai suaminya.

"Elang"

Fian sempat terlonjak mendengar pekikan Rea di dalam. Tubuhnya masih berdiri di depan pintu ruangan Rea, maka dari itu suara teriakannya masih terdengar jelas di telinganya.

Biasalah suami istri.

Mengedikkan bahunya acuh, Fian berjalan meninggalkan ruangan Rea. Tangannya ia masukan ke dalam saku hoodie. Saat berjalan di lorong ruang VIP, matanya tak sengaja menatap seseorang yang sangat familiar untuknya.

"Terimakasih"

Suara itu, sangat familiar untuknya, Fian tidak bisa melihat dengan jelas siapa seseorang yang berada di kursi roda itu karena posisinya membelakangi tubuhnya. Fian berpura-pura bermain handphone saat suster yang mengantarkan seseorang itu pergi, tapi sempat melirik ke arah Fian.

Kakinya melangkah dengan pelan mendekat ke arahnya. Seseorang yang berada di kursi roda itu tak sadar bahwa Fian mendekatinya, ia terlalu fokus melihat pemandangan luar dari kaca.

"Permisi" sapa Fian, ia sangat penasaran dengan seseorang itu. Untuk sekarang rasa penasarannya lebih tinggi dari pada rasa malunya.

"Iya"

Keduanya sama-sama terdiam, antara terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi.

"B-bunda?"

Seseorang yang berada di kursi roda itu adalah Fifi -Bunda. Sama halnya dengan Fian, Fifi pun terkejut melihat kedatangan anaknya.

"Fian....kamu kenapa ada di sini?" tanya Fifi dan mencoba bangkit dari kursi rodanya, tapi tidak bisa karena tubuhnya terlalu lemah.

"Harusnya Fian yang tanya, kenapa Bunda ada disini?"

"Bunda kenapa ada di kursi roda?"

"Bunda sakit?"

"Bunda sakit apa? Kenapa ngga bilang sama Fian"

Rentetan pertanyaan Fian lontarkan kepada Fifi, sedangkan yang di tanya hanya tersenyum menanggapinya.

"Kemaren Bunda jatuh dari tangga di kantor" jawabnya.

"Kenapa ngga ada yang ngabarin Fian" Fian bersimpuh di samping Fifi.

"Kamu jangan khawatir, Bunda cuma luka sedikit" ucap Fifi mengusap wajah Fian yang terlihat khawatir.

"Tapi Bund-"

"Bunda minta tolong anterin Bunda ke kamar ya" potong Fifi.

Fian menganggukkan kepalanya dan mendorong kursi roda Fifi dengan hati-hati ke kamar inapnya. Kamar inap Fifi ternyata tak jauh dari ruang inap Rea.

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang