[Happy Reading]
.
__________
Elang mendapat kabar dari Dewi bahwa Rea mengalami pendarahan. Tak menunggu lama Elang langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Dewi dan Rea. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi Elang membelah jalanan yang kondisinya cukup ramai dengan kendaraan. Banyak yang berucap tak senonoh karena ulah Elang yang membahayakan pengguna jalan lainnya.
"Sial" umpatnya dengan tangan yang mencengkram kuat stir mobilnya.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk Elang sampai di rumah sakit. Keluar dari mobil dan berjalan cepat ke ruang UGD. Dari kejauhan ia dapat melihat Dewi yang duduk termenung diluar ruangan.
"Mami" Elang mendekat ke arah Dewi. Dewi yang mendengar suara anaknya langsung bangun dan memeluknya. Ia menangis di pelukan Elang.
Elang mengusap punggung Dewi mencoba menenangkan. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya pelan.
Melepas pelukannya Dewi menatap Elang dengan menggelengkan kepalanya, "Mami juga ngga tau, waktu mami sampai di apartemen kamu kondisi Rea sudah seperti itu"
Elang berjalan ke depan pintu ruang UGD, tak berselang lama dokter yang menangani Rea keluar dari ruangan.
"Gimana keadaan istri saya?" tanya Elang langsung.
"Istri bapak mengalami pendarahan yang cukup parah tapi syukurlah janin yang sedang dikandungnya tidak apa-apa, hanya saja saya berpesan untuk lebih menjaga kandungannya agar tidak terjadi hal yang seperti ini" jelas Dokter.
"Kalau begitu saya permisi, panggil saya jika ada apa-apa dengan pasien" ucap Dokter kemudian berjalan pergi meninggalkan Elang dan Dewi.
Elang menatap Dewi dan meminta izin untuk lebih dulu masuk ke dalam. Membuka pintu ruang UGD Elang dengan langkah pelan mendekati Rea yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Menghela nafas dalam Elang menyentuh tangan Rea yang tidak dipakaikan infus.
Ia menatap seluruh tubuh Rea, dan menatap wajahnya yang banyak bekas goresan. Tangannya tiba-tiba mengepal kuat dan wajahnya memerah.
"Siapa yang udah berani buat Rea seperti ini" Membatin.
Mengatur nafasnya yang tiba-tiba tidak teratur, meredakan emosinya. Mendekatkan wajah dan mencium kening Rea. "Tunggu aku" ucap pelan.
Kemudian ia keluar dari ruangan, berjalan menghampiri Dewi. "Elang titip Rea ya mi, nanti kalau ada apa-apa telfon Elang aja" ucapnya.
"Kamu mau kemana?" tanya Dewi.
Elang tersenyum tipis, "ada sesuatu hal yang harus Elang urus, Elang pamit"
Melenggang pergi dari hadapan Dewi, Elang berjalan ke arah parkiran rumah sakit. Langsung masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dengan ponsel di tangannya Elang menelfon seseorang.
"Gimana? Kirim video CCTV-nya" Elang berdehem pelan.
"Dateng ke alamat yang udah gue kasih ke lo"
***
Gea keluar dari taksi masih dengan pakaian hitam yang melekat di tubuhnya. Ia berjalan ke arah pintu belakang rumahnya dan mengendap-endap masuk ke dalam kamar yang berada di lantai 2. Ia sedikit melihat ayahnya sedang duduk santai dengan posisi membelakanginya dari arah tangga.
"Semoga Ayah ngga sadar kalo gue barusan pergi dari rumah" gumam pelan. Berjalan cepat masuk ke kamar dan langsung berganti pakaian.
Membanting tubuhnya ke kasur Gea sempat terdiam, kemudian menggelengkan kepalanya cepat. Menghela nafas kasar kemudian bermain ponsel.
Sedangkan di ruang keluarga Ardi sedang bersantai dengan menonton tv. Tak berselang lama ia mendengar suara ketukan pintu rumahnya, dengan segera ia bangun dan berjalan ke arah pintu utama. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat keberadaan Elang dengan beberapa polisi di belakangnya.
"Ada apa ini?" tanya Ardi bingung.
"Dimana Gea" ucap Elang langsung.
Dengan wajah bingung Ardi menjawabnya, "Gea ada di kamarnya, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu membawa polisi ke rumah saya"
"Kami menerima laporan bahwa Gea telah melakukan hal kriminal dan hampir saja menghilangkan nyawa istri pak Elang" jelas salah satu polisinya.
"Mana mungkin Gea berbuat hal seperti itu, dia berada di kamar sejak tadi pagi" bantah Ardi.
Sedikit ada perdebatan antara Ardi dengan beberapa polisi tersebut termasuk Elang. "Cek saja ke kamarnya" ucap Ardi.
Mereka menyetujui ucapan Ardi kemudian langsung masuk ke dalam mengikuti langkah Ardi. Elang mengikuti langkahnya tepat di belakangnya, sampailah mereka di depan kamar Gea. Dengan perlahan Ardi membuka pintu kamarnya.
Terlihat jelas kamar yang bernuansa abu-abu itu tidak ada pemiliknya, alias kosong dan tidak terlihat keberadaan Gea di kamar tersebut.
"Mana Gea, Anda bilang dia ada di kamarnya?" tanya Elang.
Ardi mencari ke arah kamar mandi dan balkon kamar Gea namun tetap saja hasilnya nihil, tidak ada Gea di kamarnya. Elang berdecak pelan, disaat ia hendak mengucapkan sepatah kata tiba-tiba ia mendengar suara dari arah tangga.
"Dia kabur pak" ucap salah satu polisi dengan suara lantang.
Tanpa berlama-lama Elang langsung berlari menuruni tangga dan berlari keluar rumah. "GEA" teriaknya dari depan rumah.
Gea terus berlari dengan sesekali menoleh ke belakang, "sial, kenapa dia harus bawa polisi" ucap kesal.
Elang terus berlari sekuat tenaga mengejar Gea yang terus menghindarinya. "Gea berhenti" teriaknya.
Sampai akhirnya Elang dapat meraih tangan Gea dan menariknya agar berhenti. "Ikut gue" ucap Elang.
Gea yang telah tertangkap oleh Elang langsung memberontak, "ngga, gue ga mau masuk penjara" ia terus mencoba melepas cekalan pada tangannya.
"Gara-gara lo gue hampir kehilangan istri dan calon anak gue" tekan Elang dan tanpa sadar mencekal kuat tangan Gea.
Dengan menahan sakit di pergelangan tangannya Gea menatap sengit Elang. "Sayang banget, harusnya mereka mati"
Mendengar ucapan Gea membuat emosi Elang semakin memuncak, menyeret tangan Gea dan berjalan dengan cepat tak memperdulikan langkah Gea yang terseok-seok.
"Lepasin gue" bentak Gea.
"Lo harus nerima akibatnya" Desis Elang.
__________
~To Be Continued~Jangan lupa vote & komennya!!!
See u.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapuh
Teen FictionHanyalah kisah seorang gadis cantik nan lugu bernama Reana Aqeela Darmawangsa. Kisah seorang gadis yang harus menerima segala takdir hidupnya yang sangat membuatnya terluka. -Kesalahan yang mampu mengubah hidupku- __________ Jangan lupa sebelum ba...