12. Pengakuan

4.7K 258 13
                                    

[Happy Reading]

Jangan menyesalkan hal yang sudah terjadi, jangan khawatirkan hal yang belum terjadi.

__________


"Shh" Ringis Elang

"Pelan-pelan"

"Ini udah pelan kok" Tutur Rea dengan telaten tangannya membersihkan luka pada wajah Elang, sedari tadi hatinya masih kesal melihat Fian yang dengan kurang ajarnya menghajar Elang di depan umum.

Rea membawa Elang masuk ke dalam mobilnya dan membersihkan luka Elang menggunakan alkohol yang ada di dashboard.

Entah kenapa ia baru sadar bahwa Rea terlihat sangat cantik jika dilihat dengan jarak yang dekat. Memiliki mata bulat, pipi chubby dan bulu mata yang lentik, Matanya tak lepas dari wajah Rea yang tampak fokus membersihkan lukanya. Elang memang tidak pernah sedekat ini dengan perempuan kecuali Dewi -Mami.

Tangannya terulur menyelipkan anak rambut Rea yang menutupi wajahnya, mata mereka bertemu saat Rea mengalihkan pandangannya.

"Kenapa?" Tanya Rea

"Ngga"

Mereka diam cukup lama sampai Rea memberanikan diri membuka suaranya.

"Maaf"

Alis Elang terangkat sebelah. "Untuk?"

"Maaf, karna aku kamu jadi dipukul sama Fian" Sesal Rea.

Menghembuskan nafasnya pelan, sebenarnya Elang marah dengan laki-laki itu, tapi hal ini juga bukan salah Rea. "Gue ngga papa, ngga usah minta maaf lagian ini bukan salah lo"

Rea menundukkan kepalanya dan memainkan jari jemarinya, jujur ia masih merasa bersalah atas kejadian tadi.

"Gue boleh tanya sesuatu?"

Rea menolehkan kepalanya ke arah Elang dan menganggukkan kepalanya.

"Fian..... Dia siapa?" Sedari tadi ia terus penasaran dengan Fian, dan itu terus terpikirkan di benaknya.

"Mantan pacar aku" Tutur Rea dan matanya menatap lurus ke depan.

"Kenapa kalian putus?"

"Maaf gue lancang" Elang memukul pelan bibirnya, ia merutuki dirinya sendiri yang dengan lancangnya bertanya tentang privasi hubungan Rea.

"Aku pengen bebas, aku ngga mau hidup dalam kekangan dia" Ujar Rea

"Kekangan?" Gumam Elang namun masih tetap terdengar jelas di telinga Rea.

"Awalnya Fian benci sama aku! Dia selalu berpikir kalau aku yang buat kembarannya meninggal, tapi itu semua kecelakaan! Aku bukan pembunuh, aku ngga pernah bunuh siapapun" Ucap Rea dengan air matanya yang lolos begitu saja membasahi pipinya. Entah kenapa ia bisa begitu saja mencurahkan masalah hubungannya dengan Fian kepada Elang.

"Aku bukan pembunuh" Lirihnya

Dengan spontan Elang merengkuh tubuh Rea dan mengusap punggungnya, "Maaf". Ia seharusnya tidak bertanya lebih lanjut tentang hubungan Rea dengan Fian dan berakhir membuat Rea sedih.

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang