20. Sakit

4.5K 175 0
                                    

[Happy Reading]

Tolong jangan lagi memberikan harapan jika memang tidak ada kesungguhan untuk mewujudkan.

__________

Rea membereskan kembali tasnya dan ia melirik ke arah jam tangannya, jam menujukan pukul 11.00 WIB itu artinya ia sudah 1 jam berada di sini. Rea memutuskan untuk berjalan kaki karena jarak apartemen dengan taman tak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit untuk sampai.

Disaat Rea hendak masuk ke dalam lift matanya melihat dua orang yang sangat ia kenalin sedang mengobrol tak jauh dari tempatnya. Mungkin terlalu asik mengobrol sampai tak menyadari bahwa Rea memperhatikan mereka, mereka yang Rea maksud adalah Elang dan Sintia.

Matanya mendadak panas saat melihat mereka berpelukan dan tampak jelas raut wajah mereka yang senang. Tak sanggup melihatnya Rea langsung masuk ke dalam begitu lift terbuka, ia segera menekan tombolnya.

Aku terlalu berharap dengannya sampai tak sadar bahwa aku menyakiti diri sendiri.

Lift terbuka dan Rea langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Melempar tasnya asal ia terduduk di sofa dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya, ia menangis.

Aku tau, mereka memang masih memiliki perasaan yang sama Batin Rea.

Sekarang bagaimana, apa ia harus merelakannya demi sahabatnya atau mempertahankannya demi bayi yang ada di kandungannya?

Ceklek

Cepat-cepat Rea menghapus air matanya dengan kasar saat Elang datang. Elang melepas sepatunya dan meletakkannya ke rak sepatu kemudian berjalan menghampiri Rea dengan senyum yang masih terukir di wajahnya.

"Kamu abis dari mana?" tanya Elang.

"Taman" singkat Rea.

"Aku laper nih, mau nasi goreng buatan kamu dong" pinta Elang, ia ketagihan dengan nasi goreng buatan Rea, ngga papa makan nasi goreng asal makannya sama Rea, asekk.

Rea berdiri dan melangkahkan kakinya menuju dapur tanpa sepatah kata. Elang yang melihatnya dibuat bingung dengan sikap Rea yang tiba-tiba menjadi lebih diam. Lantas ia berjalan ke kamarnya dan berganti pakaian menjadi pakaian rumah.

Di dapur Rea sibuk mengolah semua bahan-bahannya, mulutnya terkunci rapat dan raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun hanya tangannya yang bekerja. Tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di perutnya, Rea memejamkan matanya saat dadanya berdesir.

"Jangan ganggu" ucap Rea melepas paksa tangan Elang yang melingkar di perutnya.

Elang dibuat diam, bahkan nada bicara Rea pun berubah. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung ada apa sebenarnya dan kenapa sikap Rea menjadi dingin kepadanya.

"Mau aku bantuin?" tawar Elang dengan tangan yang hendak mengambil bahan-bahan lainnya.

Tak

"Lebih baik kamu duduk! Aku bisa selesaiin semuanya sendiri" Elang terkejut saat Rea menaruh pisaunya dengan keras dan berucap dengan nada yang sedikit tinggi.

"Oke" ucap Elang pelan kemudian melangkah mundur dan duduk di kursi meja makan.

Lebih baik ia mengalah, sepertinya mood Rea sedang buruk dan menjadi mudah marah. Rea menghela nafasnya, ia kelepasan dan berkali-kali mulutnya bergumam meminta maaf sudah berucap dengan nada tinggi kepada Elang.

Rapuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang