_____
Aku berdiri sambil menundukkan kepala. Kepala pelayan kerajaan sedang marah-marah kepadaku. Mendengarnya saja sudah membuatku bosan. Kakiku juga merasa kesemutan.
"Kau benar-benar mengacaukan semuanya." ucap kepala pelayan yang bernama Marleen.
"Bagaimana kau akan bertanggungjawab? Kau hanya pelayan yang tidak berguna." lanjut Marleen.
Aku menahan emosiku yang ingin meledak. Mulut wanita tua ini sungguh sangat lemas sekali. Ingin sekali aku menyumpal mulutnya dengan kain lap.
"Sekali lagi saya minta maaf," ucapku pelan.
"Ck, minta maaf sama sekali tidak cukup!" gertaknya.
Aku mengangkat pandanganku, "Lalu saya harus bagaimana lagi? Saya sudah meminta maaf. Apa ada hal lain yang bisa saya lakukan?" ucapku mengeraskan suaraku.
Marleen terdiam sesaat, "Kau harus bertemu dengan Yang Mulia Ratu! Guci itu adalah salah satu benda kesayangan Ratu."
"Baiklah. Saya akan menemui Ratu." ucapku menundukkan kepala.
Tetapi Marleen berdiri dari kursinya dan menarikku keluar. Aku mencoba melepaskan cekalan Marleen. Tetapi dia semakin mengeratkan cekalannya.
Aku hanya pasrah saat Marleen membawaku ke aula kerajaan. Entah apa yang akan dia lakukan padaku.
Marleen melepas cekalan tanganku. Aku langsung melebarkan mataku saat melihat wanita anggun dengan mahkota di kepalanya. Dia Ratu Starla, Marleen membawaku ke hadapan sang Ratu.
Sialan sekali.
"Salam hormat Yang Mulia Ratu," ucap Marleen sambil menundukkan kepalanya.
Aku hanya menatap Marleen tidak berniat mengikutinya. Marleen menatapku tajam.
Aku langsung mengikutinya, menundukkan kepala. Mencoba bersikap sopan kepada Ratu di didepanku ini. Sebelumnya aku pernah bertemu Ratu sekali. Dan itu hal yang sangat memalukan sekali.
"Ada apa Marleen?" tanya Ratu Starla.
"Hamba membawa orang yang telah memecahkan guci kesayangan Yang Mulia Ratu," ucap Marleen tanpa basi-basi.
Aku melotot ke arahnya. Benar-benar tidak punya hati nurani sekali padaku.
Ratu Starla yang awalnya menatap Marleen langsung beralih menatapku. Aku gugup. Jangan sampai kepalaku di penggal.
Ratu menatapku lama. Aku jadi semakin ingin pergi dari tempat itu.
Marleen mencubit lenganku, "Cepat minta maaf!" bisiknya pelan.
"Saya adalah orang yang telah memecahkan guci Yang Mulia. Tolong maafkan saya! Saya akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan saya!" ucapku tegas.
Aku sedikit menyesal setelah mengatakan itu. Jika aku melakukan apapun untuk menebus kesalahanku, itu berarti aku harus rela jika kepalaku di penggal?
Aku masih diam menunggu ucapan Ratu Starla.
"Kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Ratu Starla.
"It—itu.." ucapku gugup.
"Rain," ucap Ratu Starla.
Aku langsung menatapnya.
Ratu Starla mengingat namaku?! Demi ayam terbang! Wajahku ternyata mudah diingat.
"Itu namamu, kan?" tanya Ratu Starla.
Aku mengangguk.
"Kau yakin akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan yang kau perbuat?" tanya Ratu Starla.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom of Destiny
Fantasy[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar di sebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika...