Happy reading!
_____Aku menatap sekitarku. Hutan gelap, dengan pohon-pohon tinggi disekitarnya. Aku telah berada di hutan bagian barat. Di depan sana Pangeran Oliver membuka tudung hitamnya dan beralih menatapku.
"Kita harus berjalan." ucapnya berjalan tanpa menunggu persetujuanku.
Aku menghentakkan kaki merasa kesal dengan sikap es batunya. Tetapi aku tetap mengikutinya di belakang. Sambil sesekali menatap sekitar, berjaga-jaga jika ada bahaya yang mengintai.
Aku mengetuk-ngetuk punggung tegapnya menggunakan jari telunjuk, "Kau tidak berniat menjelaskan apapun padaku?" tanyaku.
Tetapi kurasa pertanyaanku hanya angin lalu baginya. Aku mengerucut sebal. Baru beberapa menit bersama dengan Pangeran Oliver, sudah membuatku kesal setengah mati.
"Tapi kenapa kita menuju ke arah barat?" tanyaku lagi.
Aku tersenyum masam. Tidak mendapat jawaban.
"Kau ternyata sekarang tuli, ya?" sindirku pelan.
Pangeran Oliver berhenti mendadak. Aku refleks menabrak punggungnya dan mengusap dahiku.
Dia berbalik menghadapku. Aku mendongak menatapnya.
"Maaf untuk waktu itu." ucap Pangeran Oliver.
Aku mengernyitkan dahi tidak paham dengan ucapannya.
"Maaf." ucapnya lagi.
"Memangnya kau membuat kesalahan apa hingga meminta maaf?" tanyaku.
Pangeran Oliver memejamkan matanya. Lalu ia membuka matanya lagi dan berbalik melanjutkan jalan.
Aku semakin dibuat bingung dengan tingkah Pangeran yang satu ini.
"Hei? Kau tidak berniat menjelaskan?!" tanyaku frustasi.
Aku dibuat geram dengan Pangeran Oliver. Ellie telah salah menanamkan kepercayaan. Bahkan Pangeran Oliver tidak menoleh sedikitpun padaku. Ia terus berjalan dengan langkah yang tidak bisa aku imbangi. Dan terpaksa aku berjalan di belakangnya, lagi.
Aku tidak tahu kemana tujuan kami. Setidaknya untuk saat ini aku punya perbekalan makanan dari Ellie. Aku tidak akan kelaparan.
Sudah sekitar satu jam kami berjalan di hutan yang gelap ini. Tetapi kakiku sudah lemas. Ini akibat tidak tau arah dan tujuan kemana hendak pergi. Menghabiskan energi saja Pangeran es batu ini.
"Kita tersesat di hutan ini!" teriakku frustasi.
Aku meletakkan bekal makanan di tanah dan menunduk memegang lututku yang terasa ngilu.
"Kau tidak lelah?" tanyaku pada Pangeran Oliver yang mengambil perbekalan di sampingku.
Dia mengambilnya dan membawa kesebuah pohon besar. Dan tanpa aba-aba dia sudah duduk disana sambil mengambil kedua buah batu. Entah apa yang akan dia lakukan.
Aku mendengus kesal. Lagi-lagi diacuhkan.
Aku berjalan kearahnya dengan malas, dan duduk bersandar pada pohon. Aku mengintip dari sudut mataku, ternyata dia sedang berusaha membuat api unggun.
Aku tertawa kecil. Sampai nenek moyang hidup kembali, api itu tidak akan jadi. Aku jamin itu.
Pangeran Oliver berdecak sebal. Aku sudah mengatakannya kan? Dia bahkan tidak berbakat membuat api.
Aku terduduk lalu mengambil bungkusan kain yang Ellie berikan. Aku mengaduk-aduk isinya. Lalu aku tersenyum sumringah. Aku menariknya keluar. Akhirnya aku mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Destiny
Fantasía[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar disebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan Kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika t...