12

5.3K 564 1
                                    

_____

Author POV

Saat ini Kenzie tengah mencari ikan disungai. Ia mendesah lelah ketika tombaknya tidak mengenai ikan. Sejujurnya Kenzie lebih suka berburu kijang daripada mencari ikan. Ini sungguh melelahkan. Tapi demi mendapatkan uang, ia rela melakukan pekerjaan apapun agar bisa mencukupi kebutuhan ibu dan adik perempuannya.

Rain pergi setelah mengajarinya. Kenzie masih kesal karena sejak tadi belum juga bisa menangkap ikan. Padahal Kenzie melihat sendiri jika Rain sangat mudah mengarahkan tombaknya tepat di kepala ikan.

Kenzie mencoba lagi mempraktekkan apa yang di lakukan adiknya tadi. Sesaat ia mengamati air yang terlihat tenang. Ia melihat sebuah siluet berwarna hitam yang ia yakini adalah seekor ikan. Kenzie berjalan pelan di atas bebatuan. Lalu dengan sekuat tenaga, ia mengarahkan tombak itu tepat ke ikan. Dan benar saja, ikan itu langsung mati.

Kenzie bersorak senang. Ia akhirnya bisa mendapatkan ikan meskipun hanya satu ekor. Kenzie kembali menuju ke tepi sungai.

Tetapi saat akan membasuh tangannya, ia langsung berkelit menghidari anak panah yang mungkin saja akan mengenai tangannya. Ia menatap semak-semak lalu keluarlah dua orang prajurit dengan pedang dan busur di tangannya.

Kenzie menatap mereka datar, "Kalian menggangguku." ucap Kenzie.

"Haruskah kami mengasihimu?" tanya salah seorang prajurit yang membawa pedang.

Tanpa aba-aba Kenzie langsung melempar tombaknya ke arah prajurit pemegang pedang. Dan tombak itu tepat mengenainya. Lemparan Kenzie benar-benar mematikan lawan.

Prajurit yang satu menyadari adanya ancaman langsung menyiapkan busurnya. Tetapi belum sempat mengarahkan ke arah Kenzie. Prajurit itu sudah tumbang karena pukulan maut Kenzie.

Kenzie menghembuskan napas kasar. Kenapa penyerangan ini terjadi tiba-tiba? Bagaimana dengan keadaan adiknya? Apa dia baik-baik saja?

Kenzie segera mencabut tombaknya dari tubuh prajurit. Lalu ia berniat untuk mencari Rain yang mungkin saja berada di perpustakaan desa.

Di perjalanan menuju perpustakaan, Kenzie melihat banyak sekali prajurit yang mungkin akan menghabisi penduduk di desa ini. Kenzie mengendap-endap di balik semak-semak.

Lalu dia menyeret prajurit yang kebetulan sedang sendiri. Kenzie butuh jawaban dari semua pertanyaan yang berada di benaknya.

"Kenapa kalian menyerang desa kami?!" tanya Kenzie sambil mengarahkan ujung tombaknya ke dada prajurit itu.

"K-kami di-ditugaskan oleh Raja Artha." ucap prajurit itu terbata-bata.

"Bukankah dia belum jadi Raja?" tanya Kenzie.

"Beliau sudah diangkat jadi Raja menggantikan Raja yang sebelumnya." ucap prajurit itu.

Artha sebelumnya hanya seorang Pangeran. Kenzie terkejut saat Pangeran itu menyandang gelar seorang Raja di kerajaan Hiraksa. Ia belum mendengar tentang berita ini.

"Tapi kenapa penyerangan ini terjadi secara tiba-tiba?" gertak Kenzie.

"Karena itu semua atas permintaan Raja Artha." ucap prajurit itu yang membuat Kenzie berdecak sebal.

Kenzie menusuk prajurit itu dengan tombaknya. Benar-benar tidak berguna. Setelah itu Kenzie segera melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di pintu belakang perpustakaan. Kenzie tidak melihat tanda-tanda adanya prajurit. Lantas ia segera bergegas masuk melalui pintu belakang.

Setelah Kenzie masuk ke dalam, ia di kejutkan oleh beberapa prajurit yang sedang mempermainkan penjaga perpustakaan. Kenzie menyelinap diam-diam.

Setelah itu, tanpa aba-aba dia langsung menyerang prajurit-prajurit yang ada disana. Terjadi pertempuran sengit antara mereka. Tetapi Kenzie lebih siap untuk menghadapi mereka. Sehingga para prajurit itu tumbang dan Kenzie bisa bernapas lega. Kenzie segera menghampiri penjaga perpustakaan yang duduk bersandar.

"Anda baik-baik saja?" tanya Kenzie melihat kondisi pria paruh baya itu.

"Terima kasih sudah menolong saya." ucap pria paruh baya.

"Saya ingin menanyakan sesuatu kepada anda. Apakah sebelumnya ada seorang gadis dengan gaun berwarna biru datang kemari?" tanya Kenzie segera menyebutkan ciri-ciri adiknya.

"Maksud anda, nona Raina?" tanya pria itu.

Kenzie mengangguk, "Dia berkata kepada saya jika ingin kemari." jelas Kenzie.

"Dia sudah pergi. Tapi dia tidak menyebutkan dengan jelas tujuannya."

Kenzie menghembuskan napas pelan. Mencoba berpikir positif.

"Lebih baik anda segera mencari nona Raina." ucap pria itu bangkit dari duduk bersandarnya.

"Bagaimana dengan anda? Tempat ini tidak aman." ucap Kenzie.

"Saya akan mencari anak saya." ucap pria itu.

Kenzie mengangguk. Lalu berpamitan lebih dulu kepada penjaga perpustakaan itu. Kenzie melewati pintu belakang lagi. Ia harus segera pulang ke rumah. Kenzie harus melihat kondisi ibunya juga.

***

Kenzie berjalan mengendap-endap hingga sampai di depan rumahnya. Tetapi saat ingin menginjakkan kaki ke teras, ia melihat ibunya sudah terbujur kaku dengan banyak sekali darah. Kenzie berjalan mendekat sambil menahan air matanya yang ingin keluar. Rasanya sangat sesak sekali. Melihat orang yang kita sayangi terbunuh dengan tragis.

Kenzie menatap wajah ibunya yang sudah tidak lagi bernyawa. Ia menggegam tangan ibunya. Lalu menutup mata ibunya yang terbuka.

Kenzie menangis, ia tidak bisa membendung air matanya. Sebelumnya ayahnya pergi dan tidak kembali lagi. Sekarang ibunya sudah pergi untuk selamanya.

Kenzie berharap jika ibunya tenang disana. Ia sejak tadi menangis, hingga tidak sadar jika ada seorang prajurit yang mengarahkan pedangnya tepat ke lehernya.

"Kau seharusnya menyelamatkan dirimu terlebih dahulu sebelum menangisi orang lain." ucap prajurit utusan Raja Artha itu.

"Bunuh saja aku." ucap Kenzie dingin. Ia tidak berniat menoleh kebelakang.

Saat prajurit itu hendak mengarahkan pedangnya tepat ke leher Kenzie. Satu anak panah melesat cepat menusuk tepat ke kepala prajurit itu. Dan prajurit itu langsung tumbang ke samping.

Kenzie langsung menoleh ke belakang. Ia melihat prajurit itu sudah terkapar. Dan melihat adiknya sendiri yang membunuh prajurit itu.

Rain berjalan menemui kakaknya, "Kau baik-baik saja?"

"Tidak." jawab Kenzie menatap jasad ibunya.

Rain menghembuskan napas pelan, "Ayo kita harus pergi."

"Aku tidak bisa." ucap Kenzie lemah sambil terus mengusap tangan ibunya.

"Jangan seperti ini. Kau tidak bisa menyerah begitu saja dengan hidupmu." ucap Rain.

"Tau apa kau tentang hidupku!" ucap Kenzie bangkit berdiri dan menatap Rain tajam, "Aku kehilangan lagi orang yang aku sayangi. Jadi untuk apa aku meneruskan hidup?"

"Kau benar-benar bodoh, Ken." ucap Rain santai.

Kenzie menajamkan tatapannya. Adiknya belum pernah seberani ini dengannya.

"Dengar, saat aku diperjalanan menuju kemari. Aku sudah merasakan kehilangan. Kau tidak merasakan bagaimana rasanya gagal menyampaikan amanat dari seseorang. Bahkan orang itu telah tiada tepat di depan mataku!" ucap Rain, matanya berkaca-kaca.

Kenzie tertegun sesaat. Ia menarik adiknya ke dalam pelukannya. Lalu Kenzie merasakan isak tangis adiknya.

Apapun itu masalahmu, kau harus tetap melanjutkan hidup.

_____

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang