47

2.1K 224 3
                                    

Lupa kalau masih punya cerita ini☺️

Maap ygy. Gak bermaksud buat kalian nunggu.

Tapi ya gimana ya  ◜‿◝

Happy reading!

_____

Rain POV

Setelah persiapan kami sudah matang, kami segera berpamitan kepada Paman Kell dan Bibi Han. Mereka sudah banyak membantu. Lalu aku beralih ke Lyn, aku memeluknya sesaat.

"Jaga dirimu, Rain." ucap Lyn.

Aku tersenyum, "Tenang saja Lyn. Julia bersamaku." ucapku lalu tertawa pelan.

Julia sedang berada di dalam kalungku. Tetapi kurasa dia mendengar apa yang baru saja aku katakan kepada Lyn.

"Kalian harus waspada, bahaya bisa datang dari mana saja." pesan Paman Kell.

Setelah berpisah dengan keluarga itu. Kami memulai perjalanan untuk menuju ke goa kematian. Pangeran Alaric mengatakan jika pedang abadi itu berada disana. Dan di jaga oleh sesuatu. Yang aku tau, sesuatu itu tidak akan ramah kepada kami.

Kami menelusuri hutan yang mulai jauh dari permukiman warga. Aku tetap bergerak tanpa menoleh kebelakang.

Aku sekarang selalu membawa samurai itu bersamaku. Berjaga-jaga jika ada bahaya yang mengintai, aku bisa langsung menarik samurai itu.

"Bisakah kalian mengajakku bicara?" gerutu Ryan.

"Kau bisa menceritakan tentang dirimu. Aku akan mendengarkan." ucapku menebas semak yang berada di depanku.

Ryan berdecak, "Itu tidak menarik. Bagaimana kalau kau menceritakan tentang hidupmu saja?"

"Apa yang bisa kuceritakan tentang hidupku jika aku sebenarnya sudah mati?" tanyaku balik.

Ryan terdiam.

Sebelumnya Ryan sudah tau cerita tentangku karena diberi tahu oleh Julia. Anak itu memang suka menceritakan diriku pada orang lain.

"Ceritakan kisah hidupmu yang dari masa depan." ucapnya.

"Tapi ini bukan waktunya mendongeng." ujarku.

"Oh ayolah.."

Saat aku hendak menebas semak lagi, sebuah pedang lebih dulu menebasnya. Aku menoleh kesamping. Pangeran Oliver membantuku dengan pedang kesayangannya. Ia menggantikanku dan berjalan paling depan. Pangeran Oliver ditemani Panglima Thomas yang turut membantu membuka jalan.

"Aku di masa depan sudah berumur dua puluh empat tahun." ucapku.

Ryan melotot terkejut, "Dua puluh empat?"

"Kau bahkan lebih tua dariku," celetuk Alaric.

Aku menatapnya jengkel. Ingin sekali marah tetapi dia benar.

"Tapi aku yang sekarang masih berumur sembilan belas tahun!" ucapku menatap mereka kesal.

Ryan tertawa pelan sedangkan Pangeran Alaric seperti sedang menahan tawanya. Mereka ini suka sekali membuatku marah.

"Memangnya berapa umurmu?" tanyaku pada Pangeran Alaric.

Pangeran Alaric tersenyum, "Coba tebak."

Aku menatap wajahnya lamat. Lalu entah kenapa dia mengalihkan pandangan dengan telinga yang merah padam.

"Dua puluh dua?" tebakku.

"Salah." Pangeran Alaric menggeleng, "Dua puluh satu."

Aku berdecak, "Nyaris,"

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang