35

2.7K 265 10
                                    

Happy reading!

_____

Author POV

Setelah kepergian Raina, Ellie berjalan keluar dari ruangan dengan perlahan. Ia tidak ingin membuat rencananya gagal. Tujuannya hanya satu, kesisi lain dari tempat ini.

Ellie sengaja menyelinap bersama Pangeran Oliver karena Pangeran itu yang sepertinya khawatir dengan temannya, Raina. Jika mengingatnya membuat Ellie terkikik geli. Tetapi ia mulai menetralkan wajahnya lagi saat melihat seorang penjaga yang berjalan kearahnya.

Ellie segera bersembunyi di belakang kotak. Untung saja penjaga itu tidak melihatnya. Ellie segera melanjutkan perjalanan.

Ini adalah hal yang paling nekat dilakukan olehnya. Ia sebelumnya tidak berani membuat masalah dengan kerajaan ini. Tetapi melihat temannya diikat seperti tahanan membuatnya geram.

Ellie percaya jika Raina bukan seorang penyihir, meskipun Raina tadi sempat membuka portal. Ia sangat yakin jika Raina melakukan itu mungkin karena hal lain dan semoga saja saat mereka bisa bertemu lagi, Raina bisa menceritakan cerita lengkapnya padanya.

Penjara bawah tanah ini cukup gelap saat malam hari. Ellie terpaksa melakukan hal ini karena rencana Pangeran Oliver. Ia mengendap-endap pada setiap sel.

"Hei kau tau dimana Deren di tahan?" tanya Ellie kepada salah satu tahanan dalam sel.

Rasa takut Ellie sudah menguap entah kemana. Ia merasa tidak perlu takut, karena ia yakin sudah berada di jalan yang benar membantu Pangeran Oliver.

Sejujurnya Ellie tidak terlalu dekat dengan Deren. Tetapi ia tau Deren dimasukkan kedalam sel karena membuat masalah dengan Putri Serena. Padahal masakan Deren adalah yang terenak di kerajaan ini. Ellie pernah mencoba masakannya meskipun hanya sedikit.

"Pergilah!"

Ellie berdecak sebal. Ia meneruskan langkahnya menuju sel berikutnya.

"Kau tau dimana sel mantan koki kerajaan?" tanya Ellie.

"Kau mencariku?" tanya seseorang dari dalam sel.

Orang itu tidak terlalu terlihat jelas. Hingga dia maju mendekati Ellie. Sekarang Ellie dapat dengan jelas melihat wajah laki-laki dihadapannya.

Ellie menghembuskan napas lega. Ia sudah menemukan orangnya.

"Bagus akhirnya aku menemukanmu." ucap Ellie.

"Ada urusan apa denganku?" tanya Deren.

"Aku disini untuk membebaskanmu atas perintah Pangeran Oliver." ucap Ellie merogoh kantung bajunya.

Deren mengernyitkan dahi bingung, "Apa?" Deren terkejut saat Ellie mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku. "Hei kau mencurinya?" tuduh Deren.

Ellie melotot sebal, "Aku mendapatkan ini dari Pangeran Oliver. Dia menyuruhmu untuk ke hutan bagian barat. Itu pesan untukmu." jelas Ellie mulai membuka sel penjara itu.

"Untuk apa?" tanya Deren.

"Entahlah, aku juga tidak paham dengan jalan pikir Pangeran Oliver, dan tolong saat kau bertemu dengan Raina. Katakan padanya, dia harus selalu hidup." ucap Ellie dan pintu sel terbuka.

"Kau kenal dengan cecunguk itu?" itu bukan pertanyaan dari Deren, melainkan dari Theo.

Ellie terlonjak kaget. Ternyata masih ada manusia lagi di dalam sel ini. Ia kira hanya ada Deren saja.

"Maksudmu Raina? Ya, aku sangat mengenalnya." jawab Ellie.

Theo menghembuskan napas, "Aku ikut denganmu." ucap Theo.

Deren menaikkan sebelah alisnya. Bukankah Theo sedang tidak ingin bertemu Raina sejak tempo hari itu?

Theo menatap Deren datar, "Apa? Aku khawatir dengannya, dan merasa bersalah soal waktu itu." ucap Theo berjalan keluar dari sel.

"Oh iya, terima kasih karena sudah membebaskan kami. Bisa kau jelaskan rencananya?" tanya Theo kepada Ellie.

"Tentu, kalian bisa pergi secara diam-diam. Penjagaan di malam hari tidak begitu ketat. Kalian harus mencari hal yang kalian butuhkan dan harus pergi malam ini juga." jelas Ellie mulai membicarakan rencana.

Theo mengangguk mengerti, "Baiklah ayo kita lakukan ini bersama." ucapnya.

"Aku harus mengurus hal lain. Jangan sampai mati, sia-sia saja aku mengeluarkan kalian dari dalam sel." ucap Ellie berlalu pergi meninggalkan mereka.

"Sifatnya memang seperti itu?" gumam Theo.

"Ayo kita harus bergegas." ucap Deren tidak memedulikan Theo.

***

Berita tentang seorang penyihir dari kerajaan Emerland sampai di telinga Raja Artha. Cukup menarik. Raja Artha menatap cermin di depannya. Di bagian dada sebelah kiri terdapat sebuah gambar seperti tato, berbentuk lingkaran dan bintang di tengahnya.

Raja Artha terdiam menatap dirinya sendiri. Lalu berjalan menuju lemari dan memakai bajunya. Ia duduk di ranjang tapi pikirannya menerawang jauh.

Jika ia tidak bisa mencegah Raina dibakar hidup-hidup besok, maka usahanya selama ini hanya sia-sia saja. Raina harus dibunuh tepat di malam bulan purnama. Ia harus menghentikan aksi Raja Orlan.

Hanya ia yang boleh membunuh Raina. Bukan orang lain.

Raja Artha bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju pintu keluar. Ia ingin menemui penasehat pribadinya, Ein.

"Hormat saya Yang Mulia Raja. Ada gerangan apa Yang Mulia mencari saya?" tanya Ein ketika Raja Artha bertemu dengannya di lorong.

"Kita bicarakan di ruang kerjaku." ucap Raja Artha.

"Baik Yang Mulia."

Sesampainya di ruang kerja Raja Artha. Dia segera menjelaskan maksud mencari Ein.

"Aku ingin kau mempersiapkan semua hal yang diperlukan untuk menuju ke kerajaan Emerland." ucap Raja Artha.

"Baik Yang Mulia, saya laksanakan perintah anda." ucap Ein.

"Satu lagi.." ucap Raja Artha, "Besok aku ingin menyerang kerajaan Emerland disaat pertahanan kerajaan itu tengah lengah dengan berita penyihir disana. Tolong kau urus itu, aku tidak ingin mendengar apapun lagi." jelasnya.

"Baik Yang Mulia." Ein tetap patuh kepada Rajanya, meskipun permintaan sang Raja cukup mengejutkan.

"Ada lagi Yang Mulia?" tanya Ein.

"Tidak, kau bisa pergi." ucap Raja Artha yang langsung membuat Ein undur diri pergi dari ruangan itu.

Raja Artha menatap langit-langit ruangan kerjanya, "Sebentar lagi.."

"Sebentar lagi kau akan pulang. Tenang saja, aku akan membantumu. Kau tidak akan merasa kesakitan lagi berada di dunia ini."

Raja Artha memejamkan matanya. Lalu terdengar suara barang yang pecah. Raja Artha saat ini sedang merasa kacau.

Karena semakin hari, ia semakin membutuhkan penyihir untuk ia hisap kekuatannya. Agar kekuatannya bertahan dan tidak menghilang.

Tetapi para penyihir sekarang juga sangat langka dan jarang ditemukan. Raja Artha harus memutar otak lagi. Mungkin Raina bukanlah seorang penyihir.

Raja Artha tersenyum miring. Mungkin saja ada penyihir yang bersama dengan Raina. Penyihir yang bisa membuat Raina terkena rumor jika dia seorang penyihir.

Ah, ternyata rasanya menyenangkan menjadi seorang Raja. Menangkap dua makhluk sangat mudah baginya. Apa lagi kedua makhluk ini sangat menguntungkan untuknya.

Sekali tangkap langsung mendapatkan dua.

Baru kali ini Raja Artha merasakan senang atas suatu hal.

_____

🐺🦉

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang