16

4K 417 3
                                    

_____

Aro tersenyum lembut, "Apa kabar?" tanyanya yang hanya sekedar basa-basi.

Aku tidak berniat menjawab pertanyaannya. Otakku seperti terbelah menjadi dua.

"Kau mengenalnya?" tanya Ratu Starla kepada Aro.

Aro mengangguk, "Tentu saja ibu." jawabnya lalu beralih menatapku lagi.

"Kau.. benar-benar Aro?" ucapku tanpa mengalihkan pandangan dari pria di depanku.

Aro mengangguk.

Ratu Starla berdehem pelan, "Sebaiknya aku memberi waktu untuk kalian." ucap Ratu Starla yang langsung pergi begitu saja bersama dua pengawal pribadinya.

"Kita harus bicara." ucap Aro berusaha memegang pergelangan tanganku.

Tetapi aku segera menepisnya dan mundur beberapa langkah.

"Kau tidak menceritakan apapun tentang ini, Aro!" ucapku kesal.

"Dengarkan aku terlebih dulu." ucap Aro berusaha mendekat.

"Kau membohongiku." ucapku sambil menunduk, menatap lantai.

Aro terdiam.

"Begitu bodohnya aku, sampai aku tidak tau bahwa kau adalah Pangeran Alaric..." lanjutku menatap sendu kearah Aro.

Untung saja lorong ini sepi. Jadi kami bebas berbicara sesuka hati.

"Aku tidak bermaksud begitu, ada alasan kenapa aku melakukan semua ini padamu." ucap Aro—maksudku.. Pangeran Alaric.

"Apa alasannya?" tanyaku menatap Pangeran Alaric.

Pangeran Alaric diam. Dia benar-benar tidak menjawab pertanyaanku. Aku menghembuskan napas kasar.

"Maafkan saya karena sudah bersikap lancang kepada anda." ucapku menundukkan kepala.

"Jangan bersikap formal seperti itu." ucap Pangeran Alaric sambil menatap tajam.

"Maaf.." ucapku pelan.

"Ikut aku." ucap Pangeran Alaric menarik pergelangan tanganku.

Aku yang tidak siap langsung tersentak kaget. Aku mencoba melepaskan cengkraman tangan Pangeran Alaric, tapi aku tau itu hanya sia-sia.

Aku memilih mengikuti langkah kaki Pangeran Alaric. Dia menarikku menuju perpustakaan kerajaan. Perpustakaan ini sepi, Pangeran Alaric mungkin ingin mengatakan hal serius.

Pangeran Alaric membawaku menuju rak paling pojok. Di sini tidak akan ada yang bisa melihat kami.

"Apa yang ingin—" aku membulatkan mata terkejut.

Ini benar-benar diluar dugaan. Pangeran Alaric langsung memelukku erat! Aku nyaris saja limbung kalau Pangeran Alaric tidak menahan tubuhku.

"Aku merindukanmu." ucap Pangeran Alaric.

Aku berusaha mencerna situasi ini. Jantungku rasanya habis lari marathon. Ini bukan Pangeran Alaric! Ini bukan Aro!

"Aku benar-benar khawatir," lanjutnya.

Aku segera mendorong Pangeran Alaric menjauh. Ini di luar batas.

"Bersikaplah layaknya seorang Pangeran! Kau tidak boleh sembarangan memelukku!" gertakku.

Pangeran Alaric tertawa pelan.

"Kenapa kau malah tertawa?!" gertakku lagi karena merasa kesal dengan sikap Pangeran Alaric.

"Kau benar-benar Rain yang ku kenal." ucap Pangeran Alaric.

"Kau ingin membicarakan apa?" tanyaku menatap tepat ke manik matanya.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang