31

2.7K 270 3
                                    

Happy reading!

_____

Aku mengelap minuman yang Putri Serena tumpahkan di lantai kamarnya. Ingat satu hal, aku masih ada pekerjaan dengan medusa ini. Setidaknya aku masih bisa menahan amarah yang mungkin akan meledak.

Putri Serena memandangku tajam. Sedangkan aku sengaja mengabaikannya. Biar saja dia bersikap kesetanan.

"Bahkan kau tidak bisa membersihkan lantai dengan benar." sindir Putri Serena.

Aku tersenyum kecil, "Bahkan seorang putri bersikap seperti kaum rendahan," ledekku balik.

Putri Serena melebarkan matanya. Apa? Dia kira matanya bagus?

"KAU!!"

Putri Serena bangkit dari ranjangnya. Dia berjalan ke arahku yang saat ini berada di samping meja bekas tumpahan minumannya yang sengaja ia jatuhkan.

Putri Serena mengangkat tangannya hendak menamparku. Tetapi pergerakannya sudah lebih dulu aku baca. Aku menahan tangannya tepat sebelum menyetuh wajahku.

"Kau tidak punya tata krama sama sekali dengan seorang putri!!" ucapnya marah.

"Untuk apa saya menghormati orang yang tidak menghormati saya sama sekali?" ucapku tersenyum miring.

Kurasa Putri Serena semakin marah. Karena ia sudah bersiap untuk menjambak rambutku. Aku segera menghindar berlari menuju pintu keluar. Tetapi aku mengurungkan niatku karena aku ingin berbicara empat mata dengan medusa ini.

"Apakah Putri tidak bisa memikirkan ulang tentang pernikahan dengan Raja Artha?" tanyaku saat melihatnya berdiri kaku tidak seperti tadi yang menjelma menjadi singa betina.

Dia menajamkan tatapannya, "Kau tidak berhak mengatur seorang Putri!"

"Aku rasa ini saatnya kita berbicara empat mata. Dari awal aku memang tidak suka denganmu. Tapi pikirkan lagi dengan pernikahanmu. Itu bisa saja menjadi sebuah bencana besar." ucapku menyilangkan tangan di dada menatapnya santai.

"Tau apa kau dengan hidupku!!" ucapnya galak.

Aku mendengus geli, "Hei nona, aku sedang mencoba untuk memperpanjang umurmu. Tapi kau sendiri yang tidak mau dibantu. Jangan salahkan aku jika suatu saat kau akan mati di tangan calon suamimu sendiri," ucapku berbalik menuju pintu keluar.

"Apa urusanmu dengan Artha?" tanya Putri Serena.

Aku mengurungkan niat keluar dari kamar Putri Serena. Aku berbalik menghadapnya lagi.

"Kau tidak perlu tau urusanku dengannya." jawabku.

Putri Serena memalingkan wajahnya. Ia mengatur napasnya yang memburu. Setelah amarahnya sedikit reda, ia menatapku lagi.

"Apa maumu? Aku lelah jika semua yang kupunya beralih kepadamu. Kau ini siapa sebenarnya?" tanya Putri Serena dengan nada yang sedikit frustasi.

Aku baru melihat sisi seorang Serena yang seperti ini. Sebelumnya aku melihat keangkuhan pada dirinya yang menjadikannya seperti medusa.

"Tidak perlu mencari tau siapa diriku. Aku hanya ingin kau memikirkan lagi tentang keputusanmu." ucapku berbalik menuju pintu keluar.

"Tunggu sebentar!"

Aku memutar bola mata malas. Sejak kapan Putri Serena menjadi orang yang labil seperti ini?

"Kau tau sesuatu tentang Artha?" tanyanya.

"Dia orang yang sangat berbahaya. Aku mengatakan ini demi kebaikanmu juga. Meskipun aku tidak ingin memberi tahumu yang sebenarnya." jelasku.

"Bahaya seperti apa yang mengancamku?" tanyanya.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang