27

3K 309 2
                                    

Wah gak nyangka sih.
Makasih yang udah mampir baca cerita ini.

Meskipun cerita ini masih banyak kekurangan. Tapi makasi banget udah mampir walau cuma baca. Wk10x.

Ok, lest get it.

Happy reading!

_____

"Pangeran benar-benar mengikuti saya!" ucapku sambil menunjuk laki-laki itu.

Pangeran Oliver menajamkan tatapannya. Aku menelan ludah kasar. Kurasa aku salah bicara.

"Saya tidak mengikuti siapapun," ucapnya kelewat santai.

"Tapi anda tau saya mendapatkan bunga mawar itu dari siapa!" ucapku masih ingin membuatnya mengaku.

"Saya asal menebak, ternyata benar." ucapnya lagi.

Aku membulatkan mata. Asal menebak katanya? Alasan yang sangat klasik.

"Pangeran mengganggu privasi saya," ucapku pelan tetapi tajam.

"Saya tidak mengganggu privasi siapapun,"

Aku menghela napas pelan. Susah sekali berbicara dengan es batu berjalan ini. Daripada sama-sama keras. Lebih baik aku mengalah. Sedikit pusing menghadapi sikap Pangeran Oliver.

"Kau tidak lelah berdiri?" tanya Pangeran Oliver yang membuatku mengerjapkan mata beberapa kali.

Pangeran Oliver melirik tempat kosong disebelahnya. Aku menatapnya, itu semacam kode? Aku harus duduk disebelahnya? Oke, mengingat tatapan tajam Pangeran Oliver membuatku segera menuruti ucapannya.

Aku duduk disebelahnya, dan tidak ada pembicaraan lagi. Kami sama-sama terdiam. Tidak ada yang membuka pembicaraan.

"Pangeran.."

"Cukup panggil Oliver," ucapnya.

"Saya tidak bisa," ucapku sambil menatapnya.

Pangeran Oliver membalas tatapanku, "Kalau dengan Alaric kau bisa, kenapa denganku kau tidak bisa melakukannya?" tanya Pangeran Oliver. Dia.. dia mulai mengganti penggunaan 'saya' menjadi 'aku'. Dan ini bukan hal yang baik.

Aku mengalihkan pandangan. Aku juga tidak tau kenapa aku tidak bisa memanggilnya dengan nama langsung. Sedangkan dengan Pangeran Alaric, aku bahkan bisa memanggilnya dengan nama panggilannya.

"Saya tidak tau..." ucapku pelan.

Lalu suasana mulai hening lagi. Aku benci suasana ini.

"Haruskah kita berkenalan ulang?" tanya Pangeran Oliver. Tapi dia sedikit aneh. Dia mengulurkan tangan padaku, tetapi kepalanya menoleh ke arah lain. Ini cara berkenalan yang baru?

Aku tersenyum menyambut uluran tangannya, "Rainazela Rosaline,"

Pangeran Oliver menoleh padaku, ia menatapku sesaat lalu beralih menatap jabatan tangan kami.

"Kau pasti tau siapa aku," ucapnya penuh percaya diri.

Aku memutar bola mata, "Senang berkenalan dengan anda," aku menarik tanganku lagi.

Pangeran Oliver berdecak pelan, "Bisakah kau menghilangkan 'saya-anda' saat sedang bersamaku," ucapnya masih dengan raut dinginnya.

"Baiklah akanku usahakan," aku mulai membiasakan menggunakan 'aku' bersama Pangeran Oliver.

"Ini aneh," ucapnya pelan.

"Apa?"

Pangeran Oliver menatapku, "Seperti mimpi,"

Mimpi? Aku mengernyitkan dahi.

"Ini memang mimpi Pangeran Oliver. Beberapa hari sebelumnya kau bersikap kasar padaku dan sekarang kau banyak bicara." ucapku mengeluarkan hal yang ingin aku keluarkan.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang