04

6.4K 596 7
                                    

_____

Aku menunggu Kenzie yang sedang memberi makan ternak. Ternyata pekerjaan Kenzie tidak jauh dari aktivitas penduduk lainnya. Bosan menunggu Kenzie yang sejak tadi belum selesai, aku memutuskan untuk membaca buku tentang musik yang sempat aku pinjam dari perpustakaan.

Saat aku sedang asik membaca, sebuah tangan besar terulur kepadaku. Aku mendongak menatap Kenzie yang dibanjiri oleh keringatnya sendiri.

"Apa?" tanyaku bingung.

"Kau tidak membawakan minum untukku?" tanya Kenzie.

Aku menutup buku yang kubaca, "Memangnya harus?"

Kenzie mendegus pelan. Lalu duduk di sampingku.

"Semenjak kau jatuh dari atap, kau terlihat berbeda sekali." ucap Kenzie yang membuatku terdiam.

"Memangnya aku biasanya bagaimana?" tanyaku yang membuat Kenzie seperti sedang berpikir.

"Kau sangat malas untuk menemuiku di sini," jeda Kenzie sebentar, "Dan kau tidak suka senjata tajam. Tapi di pasar kau mengatakan secara terang-terangan jika menyukai pedang yang dijual disana," jelas Kenzie sambil mengusap keringatnya dengan tangan.

"Berarti itu bagus kan? Aku mulai ada perubahan." ucapku sambil tersenyum menatap Kenzie.

"Tapi kau masih menyusahkan bagiku." ucap Kenzie dengan tatapan serius.

Aku terdiam memandang wajahnya. Kata-kata Kenzie sedikit menohokku.

"Tidak, aku hanya bercanda. Kau adalah adikku mana mungkin kau menyusahkanku." ucap Kenzie lalu mengacak-acak rambutku.

Aku mendorongnya kesamping. Dasar Kakak tidak tahu diri! Untung saja tidak jadi ku tinju wajah tanpa dosanya itu.

"Kau pulanglah jika tidak melakukan apa-apa disini." ucap Kenzie membenahi duduknya.

Aku menoleh padanya, "Aku kesini untuk menjemputmu pulang. Tapi kau menyuruhku pulang tanpa dirimu." ucapku.

"Aku harus berburu di hutan sebelum menjelang malam," ucap Kenzie lalu bangkit dari duduknya.

Aku refleks ikut berdiri, "Aku boleh ikut?"

Kenzie melotot, "TIDAK!"

"Kenapa?"

"Itu sangat berbahaya!"

"Tapi aku ingin ikut denganmu."

"Pulanglah. Aku akan kembali setelah urusanku selesai."

Aku mengamati pergerakan Kenzie yang mengambil busur dan anak panah. Kurasa dia sudah menyiapkannya sedari tadi sebelum aku datang kesini.

"Baiklah. Kau harus hati-hati!" ucapku sedikit kecewa.

Kenzie yang menyadari itu langsung mengacak gemas puncak kepalaku, "Iya."

Aku menatap punggung Kenzie yang mulai menjauh. Jika kalian menebak aku akan pulang kerumah, itu salah besar. Aku akan mengikuti Kenzie dari belakang. Aku ingin tahu bagaimana cara dia berburu.

Aku mengikuti Kenzie secara diam-diam. Semoga saja Kenzie tidak menyadarinya. Langkah demi langkah aku lalui hingga sampailah di hutan yang gelap tanpa adanya cahaya.

Hari sudah mulai petang. Aku tetap mengikuti Kenzie dari belakang. Aku memeluk buku yang aku pinjam dari perpustakaan desa.

Dapat kulihat jika Kenzie berhenti berjalan. Ia sepertinya ingin menyalakan obor. Aku berdiri di antara semak-semak belukar. Melihatnya dari jauh itu sudah cukup untukku.

Aku terus mengikuti Kenzie hingga ia berhenti berjalan. Akupun ikut berhenti. Dari kejauhan aku melihat sebuah kijang dengan ukuran yang cukup besar. Aku memerhatikan apa yang Kenzie akan lakukan.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang