03

6.8K 669 4
                                    

_____

Aku duduk di kursi kayu sambil bertopang dagu menatap Ibu. Sejak pulang dari pasar, aku membawa beberapa belanjaan karena Ibu menyuruhku untuk membawanya. Dan sebagai anak yang penurut, aku melakukan apa yang Ibu perintahkan.

"Biasanya Ibu melakukan apa setelah pulang dari pasar?" tanyaku kepada Ibu.

Ibu menatapku aneh. Kenapa? Aku salah bicara lagi? Aku serba salah jika berada di zaman kuno ini.

"Ibu pergi ke danau untuk mencuci pakaian," ucap Ibu.

"Apakah tidak ada mesin cuci? Lebih mudah memakai mesin cuci." ucapku tanpa sadar.

Ibu langsung terdiam menatapku. Aku hanya bisa tersenyum bodoh. Ingat Rain, kau sekarang sedang berada di zaman kuno. Jangan membawa hal yang tidak mereka tahu.

"Apakah Ibu benar-benar harus membawamu ke tabib?" tanya Ibu cemas.

Aku menggeleng, "Tidak. Aku baik-baik saja," Aku bangkit dari dudukku, "Ibu, bagaimana cara kita mendapatkan uang?" pertanyaan bodoh.

Ya kerja lah Raina!

"Bekerja di ladang kerajaan. Biasanya para gadis datang kesana. Cobalah hal itu agar kau dapat berbaur dengan orang lain."

"Aku harus kesana?" tanyaku.

Ibu menatapku galak, "Umurmu sudah sembilan belas tahun dan hanya mau bermalas-malasan dirumah?"

Oke, aku kalah.

"Iya Ibu ku sayang, doakan agar aku mendapat calon suami disana!" ucapku yang langsung keluar dari rumah agar tidak kena amukan Ibu.

***

Author POV

Seorang Pangeran duduk terdiam memandang hamparan ladang yang luas. Sementara Ibunya berjalan menemui rakyatnya yang sedang memanen cabai.

Pikirannya terpecah saat bersitatap dengan seorang gadis di pasar tadi. Benar-benar tidak terduga.

Oliver menghela napas pelan. Kenapa ia memikirkan gadis di pasar tadi? Sama sekali tidak penting.

Ia bangkit dari duduknya dan berjalan menemui Ibunya. Ia sadar jika sedari tadi diperhatikan oleh para gadis desa disana. Ia benar-benar merasa risi dengan hal itu.

"Ibu mari kita kunjungi tempat lain." ucap Oliver menatap manik mata hitam Ibunya.

Ratu Starla tersenyum lembut. Ratu Starla memiliki umur yang sudah tidak muda lagi, tapi ia masih terlihat muda.

"Ada apa Oliver?" tanya Ratu Starla.

"Kita cari tempat lain." ucap Oliver dengan muka datar.

Ratu Starla mengangguk setuju. Saat ingin berjalan pergi, Oliver dan Ratu Starla mendengar suara seorang gadis.

"Maaf bapak—eh. Maksud saya Panglima! Iya Panglima!"

"Saya tidak sengaja! Sumpah— maksud saya maafkan saya!"

Ratu Starla yang mendengar keributan segera menghampiri seorang gadis tersebut. Oliver mau tidak mau mengikuti Ibunya. Mata tajam Oliver melihat seorang gadis dengan rambut yang tergerai indah sedang menunjukkan tatapan bersalahnya kepada Panglima Perang. Ini adalah gadis yang sempat ia lihat di pasar tadi.

"Ada apa ini Panglima?" tanya Ratu Starla dan Oliver hanya diam mendengarkan.

"Anu—maafkan saya Ratu Starla." hampir saja Rain mengeluarkan kata-kata mutiaranya kepada seorang Ratu di depannya.

"Anda tidak sopan menjawab pertanyaan Ratu yang seharusnya ditujukan untuk saya," ucap Panglima Thomas.

"Ya maaf," cicit Rain pelan.

"Cukup," ucap Ratu Starla yang membuat Rain langsung ciut nyalinya.

Apakah kepala Rain akan berakhir di penggal?

"Ceritakan padaku nak, apa yang terjadi." ucap Ratu Starla lembut.

Rain langsung terdiam kaku. Bagaimana jika ia salah mengucapkan kata? Hingga membuat Ratu Starla tersinggung? Dan berakhir kepalanya yang hilang?

"Anda dengar apa kata Yang Mulia?" tanya Panglima Thomas karena gadis di sampingnya ini hanya terdiam.

Rain melirik sebentar Panglima galak disampingnya, "Tadi saya sedang berjalan sambil membawa sekeranjang cabai, tapi saya tidak sengaja menabrak Panglima. Ini salah saya. Saya minta maaf. Karena saya sudah membuat kegaduhan disini," ucap Rain sambil menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Ratu Starla.

Ratu Starla tersenyum. Gadis ini merasa sangat bersalah. Ia dapat melihat kesungguhan dalam raut wajahnya.

"Siapa namamu?" tanya Ratu Starla.

Rain membulatkan mulutnya, lalu dengan cepat menutupnya lagi. "Nama saya Rain, Yang Mulia Ratu."

"Rain? Nama yang bagus. Mungkin lain waktu kita bisa mengenal lebih dekat," ucap Ratu Starla menyentuh pundak Rain.

Rain sangat gugup saat ini. Bagaimana tidak? Orang di depannya ini adalah Ratu di kerajaan Emerland dan dibelakangnya ada seseorang yang menatapnya tajam. Seperti deja vu dengan kejadian di pasar.

"Dengan senang hati Yang Mulia Ratu." ucap Rain pelan.

Ratu Starla tertawa pelan, "Panggil saja Ratu Starla."

Rain menunduk, "Baik Yang—maksud saya Ratu Starla."

Ratu Starla beralih menatap Panglima Thomas,
"Panglima tolong tunjukkan jalan ke taman di desa ini," ucap Ratu Starla kepada Panglima Thomas.

"Dan untuk Rain.." ucap Ratu Starla, "Tolong bereskan kekacauan ini," ucap Ratu Starla yang langsung mendapat anggukan oleh Rain.

Ratu Starla berlalu pergi bersama Panglima Thomas. Rain yang sejak tadi merasa tegang akhirnya bisa bernapas lega.

"Sebenarnya ini hari kesialanku atau hari keberuntunganku?" tanya Rain pada dirinya sendiri.

Rain segera mengumpulkan cabai yang berserakan. Ia tidak sadar jika sejak tadi masih ada satu orang yang menatapnya dengan tatapan datar nan dingin.

Oliver menatap Rain yang sedang mengumpulkan cabai itu dengan diam. Ia benar-benar tidak menyangka ada orang yang tidak peduli dengan sekitarnya yaitu gadis di depannya yang tidak sadar jika ia berdiri beberapa langkah dari gadis itu.

"Dasar gadis bodoh," ucap Oliver lalu berjongkok untuk membantu Rain mengumpulkan cabai yang berserakan.

Rain yang menyadari keberadaan orang selain dirinya langsung pucat pasi. Ia lupa jika masih ada Pangeran es batu di depannya.

Rain menatap orang di depannya yang juga sedang menatapnya datar. Rain tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.

"Kenapa menatap saya seperti itu?" tanya Oliver.

Rain langsung menundukkan kepalanya menatap tanah, "Maaf karena saya lancang terhadap Pangeran. Ta-tapi tolong jangan penggal kepala saya," ucap Rain.

Ucapan abstrak Rain hampir membuat Oliver melengkungkan senyumnya. Tapi masih bisa ia tahan. Gadis ini sangat aneh bagi Oliver.

"Sudahlah, lebih baik kita bereskan ini semua," ucap Oliver lalu bangkit berdiri saat semuanya sudah beres.

Rain tersenyum menatap Pangeran di depannya, "Terima kasih atas bantuan Pangeran. Saya kira Pangeran marah karena ucapan saya yang lancang terhadap Yang Mulia Ratu."

Oliver hanya menatap datar.

"Hm," ucap Oliver lalu pergi begitu saja dari hadapan Rain.

Rain ingin sekali menarik kata terima kasihnya kepada Pangeran sombong itu. Ingin sekali Rain mengutuk Pangeran Oliver jadi katak.
Bicara sangat irit sekali.

Sedangkan Oliver yang berjalan meninggalkan Rain mulai melengkungkan senyumnya keatas. Yang menbuat ketampanannya bertambah beribu-ribu kali lipat. Rain adalah orang yang bisa meruntuhkan pertahanan seorang Oliver Ravegan.

_____

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang