30

2.9K 287 1
                                    

Happy reading!
_____

Aku mengerjapkan mataku perlahan. Menyesuaikan cahaya yang masuk. Aku mengedarkan padangan, menatap sekitar.

Ini.. rumah yang dulu aku tempati bersama ibu dan Kenzie? Kenapa aku berada disini?

Seseorang berlari dari dalam rumah. Aku melihatnya, dia Rion. Aku menahan air mata yang mungkin akan keluar dari pelupuk mata.

Dibelakangnya ada seorang perempuan. Aku sudah menebaknya. Dia adalah diriku sendiri. Tetapi kurasa itu adalah jiwa Raina yang menempati raga yang asli.

Mereka berlarian di halaman. Rion mengangkat sebuah kertas kosong. Sedangkan Raina mengejarnya dari belakang.

Mereka tertawa lalu terduduk sambil mengatur napas. Lalu mereka tertawa lagi. Aku masih memerhatikan mereka hingga Rion bersuara.

"Kak Lain, Lion lelah." ucap Rion duduk di atas rumput.

Raina duduk di sebelah Rion, "Kakak juga lelah."

"Ayo kita menggambal saja Kak!" ucap Rion dengan riang.

Raina mengangguk semangat. Rion mengeluarkan pensil dan kertas yang ia bawa tadi. Anak kecil itu terlihat senang menggambar di kertas itu.

Aku mendekat dan berdiri di belakang mereka. Aku melihat Rion menggambar sebuah hewan. Gambarnya masih sama seperti saat dia memberikan gambar sebuah keluarga. Aku tersenyum getir. Bahkan aku masih mengingatnya hingga saat ini.

"Kakak membuat apa?" tanya Rion melihat Raina yang sedang fokus melipat kertas.

"Membuat pesawat kertas." ucap Raina.

"Wah kakak hebat bisa membuatnya!" ucap Rion senang saat Raina memperlihatkan hasil karyanya.

"Rion mau?" Raina memberikan pesawat kertas itu kepada Rion.

Rion menerimanya dengan senang. Raina tertawa saat Rion mencoba menerbangkannya tetapi tidak bisa karena tidak ada angin.

Aku duduk di samping diriku sendiri. Ini terasa aneh, karena aku dapat melihat dan merasakan perasaan yang diriku alami saat itu.

"Kak Lain!! Kenapa tidak bisa telbang?" tanya Rion mengerucut sebal.

"Coba perhatikan arah angin." ucap Raina.

Rion menuruti ucapan Raina. Entah anak itu paham atau tidak. Tetapi Rion terdiam sambil melihat sekitarnya.

Setelah itu, Rion menerbangkan pesawat itu. Dan akhirnya berhasil terbang. Tetapi pesawat itu berakhir mendarat di atap rumah Raina.

"Yahh," ucap Rion sedih.

Raina berdiri, ia menghampiri Rion dan mengusap kepala anak itu.

"Kakak ambilkan." ucap Raina berjalan menuju pohon di samping rumah.

Raina memanjat ke atas pohon itu. Lalu ia sampai di atap rumah. Ia berjalan hati-hati sambil sesekali menatap kebawah.

"Kakak hati-hati!" teriak Rion.

Raina hendak mengambil pesawat itu. Tetapi kakinya tergelincir dan tanpa aba-aba, tubuhnya jatuh ke bawah.

Aku melotot melihat hal itu. Karena di bawah sana ada sebuah batu. Tetapi cukup untuk membuat luka di bagian kepala manusia.

Raina jatuh kebawah dengan keadaan yang menggenaskan. Kepalanya terkena batu dan mengeluarkan darah. Sedangkan di tangannya terdapat pesawat kertas milik Rion.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang