_____
Aku berdiri di samping Ratu Starla yang duduk termenung di ranjangnya. Sebenarnya aku ingin bertanya kenapa dia menjadi murung, tetapi aku tidak ingin mengganggu ketenangan batinnya.
"Tanyakan hal yang ingin kau ketahui," ucap Ratu Starla.
Aku melebarkan mataku terkejut. Ratu Starla tau?
"Eum.. saya ingin menanyakan hal ini kepada Ratu. Tetapi saya takut Ratu tersinggung," ucapku pelan.
"Tanyakan saja," ucap Ratu Starla.
"Maaf sebelumnya, sebenarnya Raja Artha itu siapa Ratu?" tanyaku pelan.
Ratu Starla tertawa pelan, "Ternyata kau cukup pintar mencari pertanyaan," ucap Ratu Starla.
"Maaf jika pertanyaan saya membuat Ratu tersinggung,"
"Dia anak dari sahabatku," ucap Ratu Starla yang membuatku tersedak ludahku sendiri.
"Mau aku ceritakan sebuah cerita?" tanya Ratu Starla.
"Jika Ratu tidak merasa keberatan saya bersedia mendengarkannya," jawabku.
"Aku punya satu sahabat dari kalangan pelayan. Aku merasa senang mendapat sahabat sebaik dirinya. Tetapi sejak dia menjadi kekasih Raja Orlan aku merasa dia sedikit berbeda. Dia agak melupakanku," Ratu Starla bercerita sambil menatapku.
Aku tertampar kenyataan. Ini fakta yang baru aku ketahui. Aku terdiam mendengar cerita Ratu Starla.
"Aku merasa sahabatku sedikit berbeda. Dia bahkan tidak menceritakan bagaimana dia bisa menjadi kekasih Raja Orlan. Sejak saat itu dia mulai menjauh dariku." jelas Ratu Starla sambil mengelus ranjangnya.
"Saat itu aku tidak tahu jika dia menjauh dariku karena akulah orang yang akan dijodohkan dengan kekasihnya yaitu Raja Orlan."
Aku menutup rapat mulutku. Aku tau kemana arah cerita ini akan mengalir.
"Kami menikah tepat dihadapan sahabatku. Aku merasa menjadi sahabat yang paling buruk. Aku menyakiti sahabatku sendiri. Sejak saat itu aku mendengar jika dia keluar dari pekerjaannya."
"Aku mendengar informasi jika ia menikah dengan Raja Hiraksa, ayah Raja Artha. Belum lama ini aku mendengar kabar kematian sahabatku saat pengangkatan Raja Artha. Aku tau kenapa Raja Artha berniat menghabisi kerajaan Emerland, itu karena masalalu ibunya."
"Jika aku diberi kesempatan untuk bertemu dengan sahabatku. Aku hanya ingin meminta maaf padanya untuk yang terakhir kali."
Ratu Starla mengusap air matanya yang mengalir. Aku tahu Ratu Starla pasti merasa sangat kehilangan.
Sebenarnya hanya karena cinta, kedua sahabat ini menjadi saling pergi.
"Apa Ratu mencintai Raja Orlan?" tanyaku pelan.
"Aku mencintainya. Tetapi aku merasa bersalah dengan sahabatku karena membiarkan perasaan ini berkembang," jawab Ratu Starla.
"Ratu berhak bahagia. Ratu tidak bisa bersembunyi di dalam masalalu terus- menerus. Itu hanya menyakiti diri sendiri. Sahabat Ratu pasti sudah tenang disana. Bagaimana jika sahabat Ratu tahu jika sahabatnya masih bersedih atas semua hal yang telah terjadi?" ucapku panjang lebar.
Ratu Starla terdiam. Aku takut kalimat yang kukatakan tadi salah.
"Kau benar. Tapi aku harus membuat Raja Artha melupakan dendamnya. Maka dari itu aku bersedia jika Raja Artha menikahi Serena. Jika mereka saling mencintai, aku rela melepas Serena." ucap Ratu Starla.
"Tapi bagaimana jika Raja Artha punya niat terselubung?" tanyaku.
"Aku sudah memikirkan konsekuensinya," jawab Ratu Starla.
"Raina,"
"Iya, Ratu?"
"Apakah aku bisa mengobrol seperti ini denganmu lagi? Rasanya seperti mengenang masa mudaku dulu." ucap Ratu Starla tersenyum lembut.
Aku membalas tersenyum, "Tentu saja Ratu Starla. Saya pelayan pribadi anda, panggil saya jika anda butuh bantuan," ucapku.
"Tapi aku tidak ingin menjadikanmu hanya sekedar pelayan,"
"Maaf... maksudnya?"
Ratu Starla hanya tersenyum padaku.
***
Aku menuju kamar Putri Serena setelah mengobrol dengan Ratu Starla. Aku harus menemui Putri Serena. Sebelum semuanya terlambat. Meskipun dia adalah putri yang kejam, tapi aku masih menaruh rasa simpatik padanya.
Di tengah perjalanan, aku berpapasan dengan Raja Artha dan dua prajurit Hiraksa. Aku menajamkan tatapanku. Sedangkan Raja Artha tersenyum padaku.
"Kita bertemu lagi, nona," ucapnya berhenti di depanku, "Kau ingin menemuinya bukan?" tanyanya.
"Maaf, tapi itu bukan urusan anda," ucapku ketus.
Raja Artha tertawa pelan, "Kau benar-benar berbeda," Raja Artha maju selangkah agar menjadi lebih dekat denganku, lalu ia menunduk, "Mungkin kau sudah tau apa tujuanku kesini ya?"
"Itu sama sekali bukan urusan saya," ucapku lagi.
"Oh? Benarkah? Jika aku kesini karena ada hal yang berhubungan denganmu, apa kau percaya?" tanyanya lalu tersenyum miring.
Aku menggeleng, "Masalah anda tidak ada disaya. Anda hanya menaruh dendam dengan kerajaan ini," ucapku.
"Kau percaya diri sekali, nona,"
"Menghadapi orang seperti anda harus dengan percaya diri agar tidak mudah dijatuhkan," ucapku tajam.
"Bukankah kau ingin kembali ke duniamu, nona? Kanapa kau malah mengacaukan rencanaku?" tanya Raja Artha.
Aku mengeratkan jemariku, "Anda tidak perlu tau tentang saya,"
"Tapi aku tau semua tentangmu, nona."
"Anda tidak mengenal saya, Raja Artha."
Raja Artha tertawa pelan, "Kau sangat berbeda dengan wanita lainnya. Ternyata kau lebih keras kepala." ucapnya sengaja mengejekku.
"Apa motif anda mendekati Putri Serena?"
Raja Artha menunduk menatapku lebih dekat, "Dia hanya aku jadikan umpan, jadi tenang saja. Karena ikan itu sudah memakan umpan yang aku berikan,"
"Anda akan kalah dengan permainan yang anda buat sendiri," ucapku yakin.
"Oh begitukah?" Raja Artha tersenyum miring. Dalam sekejap aku melihat matanya yang seperti diselimuti kegelapan.
"Anda tidak bisa terus-menerus menaruh dendam dengan kerajaan Emerland. Hanya karena masalalu ibu anda, anda menjadi orang yang pendendam. Jangan membuat anda menjadi lupa jati diri anda sendiri. Saya permisi.." ucapku sebelum berlalu pergi. Tetapi tangan kekar menahan tanganku yang hendak melintasinya.
"Kau ingin tahu sebuah rahasia, nona?" tanyanya dengan tatapan datar nan-dingin.
Aku menoleh ke arahnya, untuk pertama kalinya aku melihat Raja Artha yang menatap mengerikan seperti ini. Hanya satu yang aku dapat simpulkan. Dia tidak suka membicarakan masalalu ibunya.
"..."
Raja Artha tersenyum. Tapi aku tahu itu bukan senyum yang baik. Akan ada pertanda buruk.
"Ragamu telah tiada,"
Aku terdiam mendengar kata-katanya. Tapi.. tunggu sebentar, apa katanya?
"Apa?" tanyaku sekali lagi dengan nada yang bergetar.
"Ragamu telah tiada, nona." jawabnya lagi.
Raja Artha yang melihat perubahan wajahku langsung tersenyum menyeringai. Yang aku tau sekarang, dia tau sesuatu. Tidak, lebih tepatnya dia adalah alasan kenapa aku bisa berada di sini.
"Kurasa kita akan sering bertemu," ucapnya menepuk pelan puncak kepalaku pelan.
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Destiny
Fantasy[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar disebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan Kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika t...