_____
Rain POV
Aku memandangi kuda yang berada di dalam kandang. Mataku tertuju kepada salah satu kuda yang berwarna hitam. Kuda itu seolah ingin mengatakan sesuatu padaku karena sejak tadi menatapku aneh.
Aku segera memberi makan kuda-kuda yang berada di dalam kandang. Tetapi mataku masih tertuju kepada kuda hitam itu.
Aku sebenarnya bukan tanpa alasan berada di sini. Ratu Starla menyuruhku untuk memberi makan para kuda. Aku tidak tau hubungannya memberi makan kuda dengan menjadi pelayan pribadinya. Bahkan itu tidak ada hubungannya sama sekali.
Tepat saat aku mendekati kuda hitam itu, aku terkejut dengan kuda hitam yang tiba-tiba menundukkan kepalanya padaku. Aku membulatkan mata karena terkejut.
"Hei, kau kenapa?" tanyaku lalu mengelus kuda itu.
Kuda itu jinak. Aku kira ia akan cepat marah jika kusentuh sembarangan. Aku tersenyum senang.
"Ternyata kau dirawat dengan baik." ucapku melihat kuda hitam ini yang bersih dan terawat.
"Kau mau makan? Aku membawa makanan untukmu." ucapku yang hendak memberi dia makan langsung terhenti karena kuda hitam ini meringkik nyaring.
"Kau tidak lapar ya?" tanyaku mengelus kuda itu lagi yang sepertinya nyaman denganku.
Saat aku sedang asyik mengelus kuda, sebuah suara menghentikan kegiatanku.
"Jangan sentuh dia," ucap Pangeran Oliver.
Aku menjaga jarak dengannya saat ia maju mendekati kuda hitam. Aku melihat Pangeran Oliver mengelus kuda itu dengan sayang.
Pangeran Oliver membuka kandang kuda hitam itu. Lalu ia menarik kuda itu keluar. Aku melotot terkejut.
"Maaf Pangeran, tapi kuda itu belum sempat makan jadi.."
Pangeran Oliver menatapku tajam. Aku hanya bisa meringis dalam hati.
"Dia sudah saya beri makan tadi pagi." ucap Pangeran Oliver.
"Tapi kalau ada yang mencari kuda ini bagaimana?"
"Namanya Drew," ucap Pangeran Oliver.
Aku terdiam beberapa saat, "Ha-halo Drew senang berkenalan denganmu," ucapku sambil melambaikan tangan ke arah kuda itu.
Aku melirik Pangeran Oliver yang membuang muka ke samping dengan wajah yang memerah. Dia kenapa lagi?
"Kau mau menaiki Drew?" tanya Pangeran Oliver.
"Ti-tidak, saya pikir Pangeran akan membawa Drew pergi."
"Dia temanku,"
Aku membulatkan mata, "Teman anda.." aku menggantung ucapanku menatap mata Pangeran Oliver yang masih minim ekspresi, "Seekor kuda?" aku hampir saja tertawa.
Pangeran Oliver menatapku tajam. Seolah-olah ucapanku tadi salah besar. Aku tau aku sudah terlewat batas berbicara dengan Pangeran tanpa sopan santun.
"Jangan menjelekkan Drew," ucapnya ketus.
Aku mengangkat bahu, "Saya hanya memperjelas saja, apa salahnya?"
Drew meringkik nyaring. Seolah tidak terima aku ejek sesuka hati. Hey, aku tidak sedang mengejek kuda itu. Aku hanya memperjelas jika teman Pangeran Oliver seekor kuda.
Diluar dugaan, aku kira Pangeran Oliver akan marah padaku. Tetapi laki-laki itu berjalan keluar dari kandang kuda sambil menyeret Drew keluar. Aku hanya menatapnya yang mulai berjalan menjauh.
"Tawaran saya masih berlaku," ucap Pangeran Oliver berhenti mendadak.
Tawaran? Jadi tawaran berkuda itu masih berlaku? Aku tersenyum sambil menatap punggung tegapnya.
"Baiklah tolong ajari saya berkuda Pangeran Oliver yang terhormat,"
***
"Kau lebih cocok menaiki keledai daripada Drew," ucap Pangeran Oliver yang sedari tadi mengomentari kesalahan diriku.
Aku menekuk wajahku kesal. Sudah beberapa waktu berlalu yang membuatku merasa kesabaranku sudah habis. Karena tadi aku menunggangi Drew dan terjatuh dengan tragisnya. Aku benar-benar tidak berbakat menaiki kuda.
Aku bangkit berdiri sambil menepuk pakaianku pelan karena tadi aku jatuh dari kuda sialan itu. Drew dengan seenaknya menjatuhkanku dan berlari kecil kembali kepada tuannya siapa lagi kalau bukan Pangeran Oliver.
Aku merasa menyesal mengiyakan ajakan Pangeran Oliver untuk berkuda. Ternyata ini hanya sebuah jebakan untuk membuatku kesal sampai ke ubun-ubun.
Seolah-olah kuda dan tuannya itu sudah bekerja sama untuk menjatuhkanku.
"Kau benar-benar bodoh," ucap Pangeran Oliver.
Dia berkata seperti itu seolah aku ini tidak punya perasaan apa? Harga diriku terluka mendengar ucapannya yang kelewat sarkas itu. Aku mengerucut sambil menghentakkan kaki kesal.
Pangeran Oliver manarik Drew menuju ke arahku. Aku masih diam di tempat menunggu apa yang akan Pangeran itu lakukan.
"Naik."
Aku menatapnya malas. Dia menyuruhku untuk naik sedangkan dia mengomeliku hanya karena kesalahan kecil?
Aku tetap mengiyakan ucapannya. Karena ucapan Pangeran Oliver sudah mutlak tidak bisa diganggu gugat.
Aku naik ke atas Drew, tetapi dengan posisi miring. Berjaga-jaga jika kuda itu menjatuhkanku lagi. Aku bisa langsung loncat terjun bebas.
Tanpa aku duga, Pangeran Oliver juga ikut naik ke atas kuda. Aku melotot terkejut. Saat ini adalah posisi paling berbahaya. Lengan kekar itu melingkar di antara sisi tubuh bagian kanan dan kiriku. Aku bahkan tidak sempat untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin.
Pangeran Oliver memacu kudanya agar bergerak. Aku masih terdiam kaku tidak berani menatap belakang karena posisi kami begitu dekat.
Setelah beberapa putaran akhirnya suasana canggung itu berakhir. Aku segera turun dari kuda dengan cara meloncat tanpa aba-aba.
"Sudah paham caranya berkuda yang benar?" tanya Pangeran Oliver saat turun dari kuda.
Omong-omong, setelah mengalami hal semacam ini tadi aku sadar sesuatu jika Pangeran Oliver selain kejam, kaku seperti es dan ternyata ia juga CEREWET. Entah perasaanku saja atau tidak. Tetapi sejak aku jatuh dari Drew aku merasa Pangeran Oliver sedikit cerewet.
"Selain bodoh ternyata kau juga tuli," ucap Pangeran Oliver.
Aku mengerjapkan mataku beberapa saat. Apa katanya tadi?
"Maaf karena saya lancang, tetapi ucapan Pangeran bisa di pikirkan terlebih dahulu tidak?" tanyaku semakin tidak peduli jika dia seorang bangsawan sekalipun.
"Pangeran berkata seperti itu seolah saya tidak punya harga diri. Saya terluka dengan ucapan anda." lanjutku menggebu-gebu.
Pangeran Oliver diam sambil terus menatapku. Aku membuang muka ke arah lain dan menemukan seseorang tengah berjalan ke arah kami. Sepertinya aku kenal dengan orang itu. Setelah beberapa lama terdiam menatap sosok itu hingga akhirnya aku ingat siapa dia.
"Hormat saya Pangeran. Maaf mengganggu waktu anda. Saya hanya ingin menyampaikan jika Raja kerajaan sebelah membawa Putri Serena kembali," ucap Panglima Thomas menunduk hormat.
"Kenapa Serena bisa bertemu dengan bedebah itu?" tanya Pangeran Oliver.
"Saya kurang tau dengan itu. Tetapi saya mendapatkan informasi jika Raja Artha ingin meminang Putri Serena sebagai bentuk perdamaian antara dua kerajaan."
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Destiny
Fantasy[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar disebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan Kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika t...