28

2.9K 304 0
                                    

Hola!
Terima kasih yang udah meluangkan waktu sebentar mampir ke cerita ini. Thanks juga untuk yang udah vote dan komen ╥﹏╥ (kalian baik bangedd)

Happy reading!

_____

Kematian Paman Fedrick membawa pengaruh yang besar bagiku. Aku tidak fokus mengerjakan suatu pekerjaan. Bahkan aku sering lupa jika mempunyai suatu tugas. Dan aku sering diam saat Ellie mengajakku berbicara.

Aku telah kehilangan orang yang aku sayangi meski aku hanya seseorang yang tersesat di dunia ini. Pertama Ibuku, dia ibu yang luar biasa. Meskipun aku hanya menghabiskan waktu beberapa saat sebelum kematiannya.

Lalu ada Devila. Dia orang yang membuatku mengerti tentang seluk beluk kehidupan ini. Kita tidak bisa menilai orang hanya dari luarnya saja. Bisa saja dia sedang menyembunyikan hal yang mungkin tidak kita ketahui. Dan alasan itu yang membuat Devila bersikap seperti itu padaku. Tapi dia orang yang baik. Tanpanya, mungkin aku sudah kehilangan nyawa lagi.

Aku tersenyum tipis. Kehilangan nyawa lagi? Bahkan aku lupa bagaimana terakhir kali arwahku keluar dari dalam ragaku.

Yang ketiga ada Rion. Dia anak yang paling hebat. Aku ingin sekali menghabiskan waktu lebih lama dengannya. Aku ingin melihat tawa lucunya, bahkan melihat bagaimana dia menatapku dengan tatapan lugu dan polosnya itu. Aku benar-benar merindukannya.

Terakhir, ada Paman Fedrick. Dia orang yang membuatku merasa kagum. Dia berjuang untuk membuat anaknya kembali padanya. Meskipun Devila selalu bersikap kasar. Aku tau, dia orang tua yang baik. Dia menginginkan yang terbaik untuk anak perempuannya. Maka dari itu, ia lebih memilih anaknya bersama dengan orang lain yang mungkin baginya lebih bisa membahagiakan anak perempuannya. Dia sudah seperti keluargaku. Itulah kenapa aku merasa terpukul atas kematiannya.

Aku sampai lupa jika aku sedang berada di hutan. Aku ditugaskan Marleen untuk mencari kayu bakar bersama para pelayan lain. Tetapi aku tersesat seorang diri. Mungkin aku terlalu jauh mencari hingga terpisah dengan rombongan.

Itulah kenapa jangan melamun sendirian, apalagi saat berada di dalam hutan.

Aku menoleh kesana-kemari. Sama sekali tidak ada orang. Aku bahkan lupa tadi berjalan dari arah mana.

"Nasibku sungguh sangat sial sekali," ucapku pelan.

Aku memilih berjalan daripada berdiam diri seperti orang gila. Tetapi selama aku berjalan, aku seperti merasa diikuti dari belakang.

Aku menoleh, tetapi tidak ada seseorang di belakang. Aku mempercepat langkahku, tetapi aku langsung berbalik menoleh ke belakang secara tiba-tiba. Hingga aku melihat seorang perempuan dengan gaun bewarna putih yang berdiri tidak jauh dariku.

Perempuan itu sepertinya seumuran denganku. Dia masih berdiam diri sambil menatapku. Aku merasa waspada karena tidak mungkin seorang perempuan berada di hutan tanpa tujuan apapun.

"Kau siapa?" tanyaku.

Perempuan itu masih diam. Kenapa menjadi sangat horor sekali?

"Hei? Kau manusia, kan?" tanyaku melambai-lambaikan tangan padanya.

Setelah aku mengatakan itu, perempuan itu tiba-tiba hilang tepat di depan mataku. Ia muncul lagi tepat di depanku. Perempuan itu menatapku lamat.

"Tempatmu bukan disini," ucapnya.

Aku mundur beberapa langkah. Dia bukan manusia.

"Ka-kau penyihir!" ucapku histeris.

Perempuan itu menggembungkan pipinya seperti ikan buntal, "Kau sangat tidak ramah sekali!" ucapnya.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang