Hai!
Mau tau dong, ada yang masih nunggu kelanjutan cerita ini?
Kalau masih ada, jangan lupa tinggalkan jejak🔥Happy reading!
_____
Setelah beristirahat satu malam. Pagi harinya aku memikirkan banyak hal. Bahkan aku terlalu terkejut dengan fakta baru yang baru saja aku dapatkan. Juga sikap menyebalkan Pangeran Oliver.
flashback on
Aku berjalan pulang sambil ditemani oleh Ryan. Dia menemaniku pulang. Dia menyenangkan saat diajak berbicara. Dia bukan orang yang kaku.
Tetapi lucunya. Kami pulang kerumah yang sama. Yaitu rumah Paman Kell dan Bibi Han. Aku tidak tau jika Ryan adalah anak pertama dari suami istri tersebut, alias kakak dari Lyn.
Kami cukup akrab walau hanya bertemu beberapa jam yang lalu. Ryan banyak bicara, dia bisa mencari topik agar tidak membuat suasana menjadi sepi atau canggung. Dia bisa mencairkan suasana.
Tawaku terhenti karena di depan pintu berdiri seorang pria dengan tatapan tajamnya yang menusuk ke ulu hati. Aku berdehem mencoba menetralkan detak jantung.
"Kau ingin masuk, Ryan?" tanyaku.
Ryan tertawa, "Tentu saja. Inikan rumahku." ucap Ryan yang mungkin masih belum menyadari Pangeran Oliver.
"Kakak!" Lyn keluar dari dalam rumah lalu menubrukkan dirinya ke Ryan.
"Kakak mengenal nona Rain?" tanya Lyn.
Ryan mengangguk.
"Kebetulan sekali karena mereka tamu kita!" ucap Lyn.
"Rain! Kau kemana saja? Ini sudah malam dan kau baru saja kembali! Aku khawatir padamu!" ucap Julia yang mulai cerewet padaku.
Aku melengos segera masuk ke dalam rumah. Tetapi pergerakanku terhenti karena Pangeran Oliver tiba-tiba menghadangku. Aku menatap sang pelaku utama.
"Dari mana saja kau?" tanyanya.
Aku tersenyum sinis, "Untuk apa kau peduli?" lalu aku melewati Pangeran Oliver dan segera masuk untuk membersihkan diri.
flashback off
Aku menghela napas pelan. Rasanya berat sekali memikirkan ucapanku kemarin. Biarkan saja Pangeran es itu. Mau dia terjun dari tebing atau hanyut disungai aku tidak peduli.
Aku bangkit dari dudukku, dan mengambil pedang yang sekarang selalu kubawa kemanapun. Aku hendak pergi dari teras rumah untuk menemui Pangeran Oliver yang berada di bukit. Aku ingin membicarakan sesuatu.
"Hei, Ra? Kau tidak ingin ikut ke pasar bersama denganku dan kak Lyn?" tanya Julia sambil menggeret lengan Lyn.
"Tidak," tolakku.
Julia nampak murung, "Kenapa sejak kemarin kau terlihat berbeda?"
"Mungkin hanya perasaanmu saja," ucapku beralih menatap Lyn, "Aku pergi."
Aku segera meninggalkan mereka berdua. Aku bergegas menuju bukit yang kemarin menjadi tempat bertemunya aku dan Ryan. Pangeran Oliver berada di sana karena Ryan mengajaknya kesana untuk berlatih pedang.
Sesampainya disana aku melihat mereka saling menyerang dengan pedang. Mereka terlihat seperti bermusuhan sungguhan. Aku berdiri agak jauh dari mereka. Rupanya Ryan menyadari keberadaanku, ia lantas menghentikan latihan.
Aku melirik Pangeran Oliver yang hanya menatap kami dengan datar. Tetapi sepertinya Ryan paham dengan maksudku. Karena dia langsung beralasan untuk pergi memberi ruang untukku berbicara dengan Pangeran Oliver.
"Ah, aku harus menemui ayah. Aku akan kembali lagi nanti." ucap Ryan menepuk pelan pundakku saat melewatiku.
Tinggal kami berdua disini. Pangeran Oliver hanya diam melihatku. Aku yang sudah kesal langsung berjalan mendekatinya dan berdiri tepat di depannya.
"Aku tidak ingin basa-basi lagi. Bisakah kita pergi saja dari rumah Paman Kell dan Bibi Han? Kita cari tempat lain saja." ucapku menatapnya serius.
"Kenapa?" tanyanya dingin.
"Karena kau seorang Pangeran, kau akan tetap menumpang di sana? Apa kata warga jika seorang Pangeran sepertimu menumpang di rumah kepala desa." ucapku.
Pangeran Oliver mengalihkan pandangannya, "Kau peduli padaku atau lebih peduli dengan tanggapan orang lain?" tanyanya yang membuatku bungkam.
"Kau hanya ingin membicarakan itu?" tanya Pangeran Oliver masih dengan tatapan dinginnya, "Membuang waktuku saja," ucapnya lalu hendak pergi dari sana tetapi suara Ryan membuat kami menoleh.
Ryan memasang raut serius, "Seekor harimau mendadak muncul di pasar." ucapnya yang membuatku terkejut.
"Harimau itu mengamuk dan hendak menyerang warga." lanjutnya.
"Kita harus segera kesana!" ucapku langsung berlari tergesa-gesa menuju pasar.
Sesampainya di pasar aku melihat para warga sedang berkerumun melihat harimau yang hendak di tangkap dengan tali tambang. Aku melihat harimau itu memberontak hendak mencakar salah satu warga yang untungnya gesit menghindar.
Harimau itu mengambil ancang-ancang untuk mencari jalan keluar. Ia melompat ke tempat lain yang sialnya disana ada Lyn dan Julia. Aku melihat Paman Kell dari kejauhan yang berkata 'awas'. Tetapi terlambat, harimau itu akan menyerang Lyn dan Julia.
Tetapi Lyn langsung mengeluarkan pisau dari bajunya, dan menggores tubuh sang harimau. Aku terkejut melihat hal itu. Maka dari itu, aku langsung berlari mencegah kemungkinan terburuk terjadi. Aku memang bodoh. Aku lebih memilih menyelamatkan harimau itu dari Lyn.
"Jangan!" ucapku merentangkan tangan mencegah Lyn melukai harimau itu lagi.
"Apa yang kau lakukan!" ucap Lyn.
Para warga segera menangkap harimau itu. Menariknya paksa yang membuat harimau itu meronta tidak terima. Harimau itu ditangkap dengan menggunakan tali tambang dan diikat kuat dari berbagai sisi.
"Hentikan!" ucapku kepada mereka.
"Dia berbahaya nona!"
"Jangan melakukan hal bodoh!"
"Manjauhlah dari sana nona!"
Begitulah seruan warga desa untukku yang mencoba menyelamatkan harimau itu. Harimau itu sudah pasrah di tangkap oleh warga desa.
"Tolong jangan melukainya.." ucapku jatuh terduduk saat seorang warga menangkapku yang hendak melepaskan tali pada harimau.
Aku tidak tau ada apa dengan diriku. Aku hanya tidak ingin harimau itu terluka. Aku pernah bertemu harimau itu sebelumnya. Kurasa itu harimau yang sama.
"Anda baik-baik saja nona?" tanya Paman Kell memegang pundakku memastikan aku baik-baik saja.
Aku menatap lurus ke depan tepat diharimau itu di tangkap, "Jangan sakiti dia." ucapku.
Aku menajamkan tatapanku beralih pada Lyn. Tanpa aba-aba aku langsung menyerangnya. Aku hendak mengeluarkan pedangku, Julia dengan sihirnya langsung mendorongku hingga jatuh di samping harimau yang sudah terkulai tidak berdaya. Nasib kita sepertinya sama.
"Apa yang kau lakukan Rain!" Julia terlihat marah padaku.
Aku mengabaikannya.
"Bertahanlah," ucapku pada harimau. Aku menepuk kepala harimau itu pelan.
"Kau harus bertahan." ucapku.
Rupanya sihir Julia dapat melukaiku. Sihirnya cukup kuat yang membuat dadaku sedikit nyeri. Aku memegang dadaku sendiri, mencoba meredam rasa sakit itu.
Harimau itu menggeram pelan. Aku tidak tau apa yang terjadi. Karena saat aku mengatakan itu, muncul cahaya yang sangat silau dari sang harimau.
Lalu aku pingsan, karena tidak kuat dengan sihir yang Julia berikan padaku. Aku tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya saat aku pingsan.
_____
🐅🐅🐅
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Destiny
خيال (فانتازيا)[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar disebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan Kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika t...