46

2.3K 223 2
                                    

_____

Author POV

Alaric membolak-balik daging rusa yang sudah di panggang diatas api. Sedangkan Ryan sibuk mengomel karena Alaric tidak berbakat memanggang daging. Lyn hanya bisa tertawa lebar melihat tingkah mereka.

Alaric tidak pernah mendapat kehangatan seperti keluarga mereka. Waktu Alaric kecil, ia hanya mendapat tekanan dari banyak pihak. Mereka menganggapnya sebagai pangeran yang harus dihormati.

Bahkan selama hidupnya dan menempuh pendidikan selama masih kecil, ia belum mendapat teman yang benar-benar tulus padanya. Makanya ia sedikit iri dengan kehangatan keluarga Ryan dan Lyn. Sedangkan keluarganya hanya memikirkan tentang politik. Terutama ayahnya yang sebenarnya sangat kejam itu. Ayahnya hanya terus menyuruhnya untuk belajar, belajar dan belajar.

Alaric sebenarnya lelah. Ia hanya ingin bebas. Ia tidak mau menjadi raja. Lebih baik ia menjadi rakyat biasa daripada harus berperang politik seperti ayahnya.

Sedangkan Oliver, laki-laki itu terlihat mulus dengan hidupnya. Dia melakukan hal yang ayahnya perintahkan dengan mudah. Meskipun begitu, ayahnya tidak terlalu memerhatikan Oliver.

Ayahnya memberikan harapan yang besar untuk Alaric. Tetapi Alaric tidak bersikap sesuai keinginan ayahnya. Itulah yang membuat kedua kakak beradik itu tidak nampak akur. Mereka saling merasa tersaingi satu sama lain.

Alaric yang tidak bisa menjadi multitalenta seperti Oliver. Sedangkan Oliver yang tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari ayahnya, menjadikannya lelaki yang dingin. Mereka saling bertolakbelakang dan saling pergi.

"Kau melamun lagi! Lihatlah kau membuatnya gosong!" ucap Ryan menepuk keras bahu Alaric.

Alaric mengaduh pelan. Ryan selalu bisa membuatnya kesal. Padahal mereka baru kenal beberapa waktu yang lalu.

"Sabarlah sedikit kak! Kau juga harus belajar tata krama karena dia seorang pangeran!" celetuk Lyn sambil menyiapkan daun pisang untuk menaruh daging yang telah matang.

"Bagaimana orang sepertinya bisa menjadi pangeran kerajaan?" Ryan membantu Alaric membalik daging.

Alaric tersenyum tipis. Dia sebelumnya telah mendengar ucapan itu dari orang yang berbeda.

"Mungkin aku hanya orang beruntung yang memiliki darah bangsawan." ucap Alaric.

Ryan menatapnya datar, "Kau memang pangeran teraneh yang pernah kutemui,"

Alaric hanya bisa tertawa lebar menanggapi ucapan Ryan. Sedangkan Lyn memelototi kakaknya yang hanya dibalas dengusan panjang.

"Setidaknya bersikaplah seperti seorang pangeran yang mencoba mencari jalan keluar dalam masalah yang sedang dihadapi." ucap Ryan memakan sebuah daging yang sudah matang.

"Kau ini sepertinya lebih mengerti kehidupan seseorang daripada hidupmu sendiri ya, kak?" ledek Lyn.

"Aku hanya menyampaikan fakta. Dia hanya duduk tenang disini sambil memanggang daging. Sedangkan pangeran pertama sibuk mengurus masalah yang sedang dihadapi." jelas Ryan menatap tajam adiknya.

"Kak, kau tidak bisa membandingkan dua orang yang jelas berbeda!" bisik Lyn tetapi masih bisa didengar oleh Alaric.

"Aku tidak meminta lahir sebagai pangeran," ucap Alaric menaruh daging yang sudah matang di daun pisang, "Bahkan jika waktu bisa di putar, aku lebih memilih menjadi rakyat biasa yang hidup damai." lanjutnya yang membuat kedua lawan bicaranya itu terdiam.

"Kerajaan itu tidak seperti yang kalian bayangkan selama ini. Aku memang hidup mewah. Tetapi apa arti kemewahan itu jika aku tidak benar-benar bahagia disana?" ucap Alaric menatap Ryan dan Lyn yang masih terdiam.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang