41

2.4K 225 3
                                    

Halooww

Akhirnya update lagi!
Ada yang masih nunggu cerita ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak🤩

Happy reading!

_____

Rain POV

Mungkin jika aku bisa mempercepat waktu, aku akan mempercepat sampai ketujuan yang entah dimana itu. Pangeran Oliver bahkan tidak menjelaskan secara rinci kemana tujuan kami. Ia hanya terus menyuruh berjalan kearah barat. Yang dimana kakiku semakin terasa pegal jika disuruh berjalan lagi.

Ini seperti penyiksaan terhadap bawahan. Meskipun aku bukan bawahannya. Tetapi aku pelayan di kerajaannya. Ah, sama saja.

Aku terus bertanya kapan kita akan sampai ketempat tujuan. Tetapi Pangeran es batu itu hanya mengatakan 'sebentar lagi'. Aku terus menanyakan itu hingga dia tidak lagi mau menjawab pertanyaanku. Kurasa dia marah karena aku banyak bertanya padanya.

Tapi mau bagaimana lagi? Aku kesal jika berjalan tanpa arah yang jelas. Perbekalan kami sudah habis. Aku harus mengandalkan ketahanan tubuhku sendiri.

Tetapi aku dapat merasakan jika pohon-pohon yang ada dihutan lama-lama semakin tidak terlihat. Maksudku setiap kami melangkah kedepan, jarang terlihat pohon-pohon besar. Hanya semak-semak belukar yang mungkin bisa melukaiku.

Pangeran Oliver menyibak semak-semak itu dengan pedangnya. Ia selalu membawa pedang itu, tidak ingin melepasnya. Ah, aku jadi rindu memegang pedang.

Tetapi pemikiranku buyar saat aku melihat kedepan. Di depan sana terdapat hamparan ladang hijau yang luas. Aku sampai menganga tidak percaya dengan apa yang aku lihat.

"Aku tidak tau ada tempat seindah ini." ucapku tanpa sadar.

"Anda harus lebih banyak berkeliling, nona." ucap Panglima Thomas.

Ah, soal Panglima Thomas, dia sudah sembuh dari masa kritisnya. Dan beberapa waktu ini aku tidak berbicara dengan Julia. Entahlah dia sedang apa. Mungkin dia sedang mengumpulkan energinya yang habis setelah membantu Panglima Thomas.

Aku menginjakkan kaki di ladang hijau. Aku mengambil nafas sebanyak-banyaknya, dan entah kenapa ini membuatku sedikit sedih. Aku seharusnya tetap berada di rumah, sambil meminum teh dengan ibu.

"Kita harus mencari permukiman penduduk." ucap Pangeran Oliver setelah sekian lama diam seperti es.

"Mencari dimana? Ladang hijau ini luas..." aku menggambarkan dengan tangan seberapa luasnya ladang hijau ini, "Kau mau mencari dari ujung sampai ujung? Kalau begitu, aku akan menunggu disini saja. Kakiku terlalu lelah untuk berjalan." ucapku sambil tersenyum.

Pangeran Oliver menatapku lalu beralih menatap kakiku. Aku bingung dengan tingkahnya kali ini. Karena dia berbalik dan berjongkok di depanku.

"Naiklah," ucapnya tanpa beban.

Aku menatap Pangeran Oliver yang berjongkok membelakangiku dan beralih menatap Panglima Thomas. Tetapi disini ada Panglima Thomas yang melihat dengan jelas interaksi antara kami. Bagaimana aku tidak malu?

"Tidak, aku bisa berjalan sendiri." ucapku masih berpegang teguh dengan gengsi.

Pangeran Oliver bangkit dan berjalan meninggalkanku yang menganga tidak percaya. Sudah begitu saja? Wah parah sekali Pangeran es ini.

Dengan kesal aku mengikutinya sambil sesekali menggerutu dengan sikapnya yang aneh itu. Tidak sepenuhnya salahnya. Karena aku juga yang menolaknya. Tetapi dia salah karena melakukan hal gila itu di depan mata Panglima Thomas.

The Kingdom Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang