Beberapa part sebelum menuju ending😌
Sudah siap?
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Happy reading!
_____
Aku langsung jatuh terduduk ke tanah dengan air mata yang masih mengalir di pipi. Aku menatap tidak percaya dengan yang terjadi di depan sana. Pangeran Alaric terduduk menatap gerbang di depannya yang sudah menghilang.
Aku kehilangan lagi. Ryan. Dia mengorbankan dirinya mendorong Pangeran Alaric hingga jatuh, dan masuk ke dalam gerbang.
Bukan ini keinginanku. Aku tidak ingin kami mengorbankan nyawa dengan hal yang bisa merugikan kami. Setidaknya kita bisa memikirkan cara lain. Tidak dengan berkorban nyawa seperti ini.
Aku bangkit dari dudukku, "Kenapa kau melakukan semua ini!" ucapku kesal dengan sang naga.
"Aku hanya penjaga pedang abadi. Pedang itu sudah seperti nyawa bagiku. Aku melindunginya dari orang-orang yang hanya mementingkan keegoisan mereka." ucapnya, "Jadi jika ingin mendapatkan pedang itu. Salah satu dari kalian harus mengorbankan nyawa." lanjutnya.
"Kau tidak bisa mengeluarkannya lagi?!" tanyaku geram.
"Jika ada yang masuk ke dalam gerbang kematian, tidak akan bisa kembali lagi." jelasnya yang membuatku meneteskan air mata lagi.
"Tapi dia masih mempunyai keluarga. Bagaimana jika keluarganya tau jika putra mereka berkorban hanya demi sebuah pedang?"
"Pedang itu sangat berarti. Pedang abadi bisa menjadi senjata yang amat mematikan."
Aku menutup mataku. Bolehkah aku menangis lebih keras lagi?
Sebuah sinar putih menyelimuti tangan Pangeran Oliver. Pedang abadi dengan ukiran naga itu telah berada di tangannya. Jadi dialah yang layak mendapatkan pedang itu.
"Sang darah biru memang layak mendapatkan pedang abadi." ucap naga agung.
Aku bangkit berdiri, "Apakah bisa menukar nyawa Ryan dengan nyawaku?" tanyaku menatap naga, "Aku tidak ingin keluarganya sedih." lanjutku.
Sebuah lengan kekar memelukku, membawaku ke dalam pelukan hangatnnya. Pangeran Oliver semakin mengencangkan pelukannya saat tangisanku semakin keras.
"Jangan menangis," bisiknya, "Kau membuatku sedih." lanjutnya.
Tiba tiba naga itu berubah menjadi cahaya merah dan masuk ke dalam pedang abadi yang di pegang oleh Pangeran Oliver. Aku menatapnya dalam diam. Masih pada pelukan Pangeran Oliver yang hangat. Aku segera menjauh darinya, merasa ada yang salah disini.
"Kita harus segera pergi dari sini." ucap Pangeran Oliver.
Pangeran Alaric berjalan menghampiri kami. Ia menatapku sebentar lalu beralih menatap Pangeran Oliver.
"Ini terakhir kalinya kau mendapatkan semuanya lagi." ucap Pangeran Alaric tajam.
Mereka bertatapan cukup lama. Hingga Pangeran Oliver bergerak menghindari Pangeran Alaric. Lalu Pangeran Oliver menancapkan pedang itu ke tanah. Kemudian tanah bergetar, aku hampir saja pingsan.
Sebuah cahaya melingkupi tubuh kami. Aku menutup mataku. Merasakan kesiur angin lembut.
Lalu setelah aku membuka mata. Aku telah berada di depan tembok batu yang menjadi awal petualangan kami. Aku menatap sekitar. Banyak sekali kera yang tewas akibat pertempuran kami.
"Kemana Panglima Thomas?" tanyaku menatap sekitar.
Sebuah cahaya keluar dari dalam kalungku. Julia muncul sambil menatap sekitarnya. Aku menunggu apa yang akan dia katakan. Mungkin Julia tau sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Of Destiny
Fantasía[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar disebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan Kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika t...