Happy reading!
_____
Saat aku kembali, aku melihat Pangeran Oliver dengan muka menyeramkan. Sedangkan Julia menunduk dalam diam. Apakah ada sesuatu yang terjadi disaat aku pergi?
Pangeran Oliver yang tadinya hendak memarahiku langsung turut membantuku menolong Panglima Thomas. Pangeran Oliver membantu Panglima Thomas untuk bersandar pada batu.
"Apa yang terjadi, Ra?" tanya Julia menghampiriku.
"Aku menemukan Panglima hendak diserang harimau." ucapku.
"Diserang harimau?! Dimana sekarang harimau itu?" heboh Julia.
Bahkan sekarang ia lupa jika ia harus menjelaskan kenapa Pangeran Oliver bisa sampai mengetahui keberadaannya. Apa karena Julia terlalu asik berenang?
"Sudah pergi." jawabku.
Pangeran Oliver menekan luka di perut Panglima Thomas. Aku mendekat padanya. Mencoba melihat seberapa parah luka yang dialami.
Itu jelas sekali sebuah luka tusukan pedang. Apa yang terjadi? Kenapa Panglima bisa berada disini?
"P-pangeran Oliver.." ucap Panglima Thomas lemah.
"Bagaimana ini bisa terjadi Panglima?" tanya Pangeran Oliver.
"K-kerajaan di-diserang," ucap Panglima Thomas terbatuk darah.
"Siapa yang menyerang?" tanyaku.
Tetapi Pangeran Oliver menatapku tajam. Aku menunduk merasa bersalah.
Tatapan Pangeran Oliver beralih menatap Julia yang hanya terdiam. Julia mengerjapkan matanya.
"Kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk menyembuhkannya?" tanya Pangeran Oliver.
Julia mengangguk ragu, "Mungkin energi saya akan habis dan butuh waktu untuk mengumpulkannya lagi." ucap Julia.
Aku mengernyitkan dahi. Sejak kapan mereka dekat?
Pangeran Oliver mundur beberapa langkah untuk mempersilahkan Julia menyembuhkan Panglima Thomas. Aku terdiam melihat itu.
Julia mengulurkan tangannya kearah luka di perut Panglima Thomas. Sebuah cahaya putih muncul dari tangannya. Aku melihat itu tanpa berkedip. Kekuatan Julia memang bisa membuatku kagum.
Beberapa saat kemudian wajah Julia mulai memucat. Aku melihat perubahan itu. Begitu besar pengorbanan Julia. Luka pada Panglima Thomas tidak terlihat lagi. Panglima Thomas pingsan setelah Julia berniat menyembuhkannya tadi. Tapi aku yakin, dia akan baik-baik saja.
Julia bangkit berdiri saat dirasa sudah cukup. Aku yang menyadari perubahan Julia langsung menepuk bahunya pelan. Julia memegang dadanya. Dia terlihat kesakitan.
"A-aku harus kembali ke kalungmu." ucap Julia yang langsung kuangguki.
Julia segera kembali ke dalam kalungku. Aku menatap Panglima Thomas yang sudah seperti sediakala. Seperti tidak ada luka ditubuhnya.
"Kita harus pergi." ucap Pangeran Oliver.
"Maksudmu dengan meninggalkan Panglima Thomas disini?" ucapku menatap Panglima Thomas.
"Dia akan pergi bersama kita." ucap Pangeran Oliver.
Aku menatap Pangeran Oliver aneh, "Kau akan menggendongnya menelusuri hutan tanpa akhir?"
"Mau bagaimana lagi?" tanya Pangeran Oliver balik.
Aku mendengus kesal, "Lebih baik kita makan terlebih dahulu. Aku tidak ingin menambah bebanmu yang mungkin saja bisa pingsan di tempat karena kelaparan." ucapku menuju hewan buruan Pangeran Oliver.
"Hanya dua, huh?" ledekku.
Pangeran Oliver berjalan kearahku dan mengambil alih kelinci hasil buruannya. Dia suka marah seperti itu ya?
"Kupikir hanya ada kita." ucap Pangeran Oliver pelan.
"Prediksimu itu salah Pangeran. Kita punya tamu baru." ucapku mulai mencari ranting dan daun kering untuk kubuat api.
Pangeran tidak menghiraukan ucapanku. Ia lebih memilih pergi ke air terjun untuk membersihkan kelinci itu.
Sedangkan aku mulai mengumpulkan menjadi satu dan teringat jika korek api yang Ellie siapkan tertinggal di hutan. Aku mendesah kecewa. Aku lupa jika benda itu amat sangat berharga. Meminta bantuan Julia itu sama saja membunuh teman sendiri.
Hanya ada satu cara. Aku berjalan menuju Pangeran Oliver yang sedang membersihkan daging kelinci.
"Ekhem... Kurasa kita punya masalah." ucapku saat sudah berada di dekatnya.
Pangeran Oliver menoleh sekilas lalu dia merogoh jubahnya. Dan melempar sesuatu padaku. Aku langsunng sigap menangkap. Ternyata korek api. Aku tersenyum senang.
"Kau bahkan tidak tau cara bertahan hidup di hutan." ucap Pangeran Oliver sarkastik.
Aku memutar bola mata kesal, "Hei ayolah! Ini hanya masalah korek api!" ucapku menghentakkan kaki kesal dan berbalik meninggalkannya.
"Wanita memang makhluk paling rumit." gumam Pangeran Oliver yang aku acuhkan.
Aku masih memasang raut wajah kesal saat sedang mencoba menyalakan api. Saat Pangeran Oliver datang dengan daging kelinci di tangannya aku langsung senang.
Kami membakar daging itu di atas api. Setelah matang, aku makan dengan lahap. Sedangkan Pangeran Oliver menyantap makanannya dalam diam.
"Kenapa kau mau menyelamatkanku?" tanyaku asal mencari topik pembicaraan.
Pangeran Oliver yang hendak melahap makanannya langsung menatapku dalam diam.
"Maaf, aku salah mencari pertanyaan." ucapku mengunyah makananku lagi.
Aku tidak berani menatap Pangeran Oliver. Yang kutau Pangeran Oliver masih menatapku dalam diam. Aku tidak sanggup mendapat tatapan darinya lebih lama.
Pangeran Oliver masih sama seperti saat aku mengenalnya pertama kali. Dengan pertemuan yang tidak terduga. Bahkan sampai saat ini aku tidak menyangka bisa bersama dengan seorang Pangeran dari kerajaan besar.
Aku bahkan lupa bagaimana cara bersikap yang baik dan benar dengan seorang Pangeran sepertinya. Karena aku merasa dia berbeda. Aku merasa nyaman bersamanya. Jadi tidak ada yang perlu kutakutkan saat bersama dengannya.
Meskipun sejujurnya sikapnya cukup menyebalkan. Tapi kata terima kasih tidak akan cukup untuk membalas kebaikannya padaku selama ini.
Dia menyelamatkanku beberapa kali. Dia tidak peduli tatapan orang sekitarnya. Tapi bagaimana jika orang-orang tau kami dekat?
Maksudku sejak aku melarikan diri dari kerajaan, para warga mungkin mencari kemana Pangeran mereka? Bagaimana jika mereka mengira sang Pangeran diculik olehku?
Tapi disini salah. Pangeran Oliver yang membawa lari aku. Bahkan aku mencoba bertahan dengan sisa tenagaku dan tiba-tiba saja dia muncul saat aku sedang dalam masa kritis.
Aku tidak pernah meminta bantuannya. Dia sendiri yang datang padaku.
"Karena kau berharga." ucap Pangeran Oliver.
Aku yang sedang makan langsung beralih menatapnya. Aku berkedip beberapa kali.
Aku berharga? Maksudnya aku berharga untuk siapa? Bahkan aku lupa tadi sempat membicarakan apa.
"Lupakan saja." lanjutnya hendak bangkit.
"Tunggu.." ucapku mencoba menahannya, "Maksudmu kau menyelamatkanku karena aku berharga bagimu?" tanyaku menatap ke dalam manik mata tajamnya.
Kami saling menatap dalam diam. Aku tidak bisa menebak isi hati Pangeran Oliver. Yang kutau jantungku saat ini rasanya mau copot.
Tiba-tiba suara batuk-batuk seseorang menyadarkan kami. Aku menolehkan padanganku.
Panglima Thomas telah sadar.
_____

KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom of Destiny
Fantasy[Selesai] Aku gadis dari masa depan yang terdampar di sebuah tempat dengan sistem pemerintahan berupa kerajaan. Aku menjadi rakyat biasa dan tinggal disebuah desa bersama Ibu dan kakak laki-lakiku. Kami hidup damai di desa itu. Hingga suatu ketika...