BAB 18 | Penolakan

27 3 0
                                    

"Jika ingin mendapatkan hati seorang perempuan, dapatkan dulu restu penguasa hatinya. Jika restu itu sudah didapatkan, maka hati perempuan itu juga sudah dalam genggaman."

-----

Pukul 01.25

Alifa sedikit menyesali keputusannya untuk mengiyakan permintaan laki-laki di hadapannya ini. Harusnya, saat ini Alifa sudah dalam perjalanan pulang. Tubuhnya amat letih dan menuntut untuk beristirahat. Sayangnya, Alifa malah terjebak bersama laki-laki yang menurut resepsionis rumah sakit sudah mencarinya selama lima malam berturut-turut.

"Ada perlu apa Mas, nyari saya?" tanya Alifa akhirnya setelah Yudha tak kunjung angkat suara.

"Nama kamu." jawab Yudha singkat.

Dua kata itu rupanya tidak bisa membuat Alifa mengerti maksud Yudha. Meski tidak menyatakannya secara langsung, ekspresinya yang kebingungan sudah menjelaskannya.

"Saya mau tau nama kamu." jelas Yudha lebih baik.

Jawaban itu nyaris saja membuat Alifa mengumpat. Astaghfirullah. Jadi, laki-laki di hadapannya ini rela mencarinya selama lima malam dan tadi mencegat langkahnya saat sedang menangani pasien hanya untuk mengetahui namanya? Yang benar saja?! Pasti ada yang salah dengan Yudha saat ini.

"Saya pulang dulu, Mas." putus Alifa sambil bangkit dari posisi duduknya. Tubuhnya amat lelah untuk melayani Yudha yang sedang tak waras.

"Kamu udah janji lho, buat ngasih tau nama kamu di pertemuan kita selanjutnya."

Kalimat yang meluncur dari mulut Yudha sebagai isyarat agar ia tak pergi itu seketika membuat Alifa emosi. Yang dia maksud adalah pertemuan yang tidak disengaja. Bukan pertemuan yang sangat direncanakan seperti ini.

Namun, karena sudah terlanjur menjanjikan meski secara tidak langsung, Alifa akhirnya menyerah. Tanpa merasa harus berbalik, Alifa akhirnya menyebutkan namanya.

"Nama saya Alifa."

Lantas tanpa perlu pamit, Alifa segera meninggalkan lobi rumah sakit. Ia tidak peduli lagi dengan keberadaan Yudha di sana. Satu-satunya yang ada di pikirannya saat ini adalah pulang dan beristirahat.

Namun, Yudha malah berpikir sebaliknya. Mendapati Alifa yang melangkah pergi, Yudha langsung bangkit dan mengikuti langkah gadis itu. Tentu saja tak lupa mengerling sedikit ke arah resepsionis yang dari tadi menatap ke arah mereka sebagai ucapan perpisahan. Hal yang jelas membuat resepsionis bergedik jijik. Dalam pikirannya, ia tak mengerti mengapa seorang gadis cantik dan sholehah seperti Alifa mau dengan laki-laki yang tengil dan tak tau batasan seperti itu.

"Al, kamu mau kemana?"

Alifa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Al katanya? Panggilan macam apa itu? Seumur-umur, tidak ada yang pernah memanggilnya dengan sebutan "Al". Tapi, masa bodoh dengan itu. Kalau Alifa terus meladeni Yudha, entah kapan ia bisa pulang ke kos.

"Al, Alifa. Kamu mau pulang, ya?"

Tentu saja. Memangnya Alifa mau kemana lagi jam segini. Terlebih sudah jelas bahwa ia melangkah menuju parkiran. Tapi, sekali lagi, bodoh amat. Alifa tidak berniat untuk merespon. Ia terus berjalan tanpa memedulikan Yudha yang sepertinya malam ini amat hiperaktif.

"Oh, sebentar ya Alifa. Saya bakalan balik lagi."

Tanpa disadari Alifa yang terus berjalan, Yudha segera memutar langkahnya. Ia bergegas mengambil motornya yang diparkir sembarangan di depan gedung rumah sakit. Ia punya ide cemerlang untuk bisa bersama Alifa lebih lama.

Lima menit kemudian, Yudha mendatangi Alifa yang sedang ada di parkiran. Tanpa basa-basi, Yudha langsung melontarkan tawaran yang dari tadi sudah ia persiapkan.

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang