"Maka, salah besar bila orang-orang mengatakan "orang yang menikah lewat ta'aruf pasti tidak mengenal pasangannya". Sebaliknya, orang-orang yang menikah lewat pacaranlah yang harusnya ditanyakan hal tersebut. Apakah mereka sungguh mengenal pasangannya dengan baik?"
-----
Shift kerja Alifa hari ini sudah selesai setengah jam yang lalu. Lantaran adzan ashar akan segera berkumandang, ia memutuskan untuk shalat terlebih dahulu di mesjid yang tak jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja. Bagi Alifa, lebih baik terlambat pulang ke rumah karena shalat dulu ketimbang pulang tergesa-gesa lantas baru menunaikan kewajiban shalat. Toh, maut tidak ada yang tau. Jika malaikat menjemputnya saat dalam perjalanan pulang, setidaknya ia sudah menunaikan kewajiban shalat terakhirnya.
Berbeda dari biasanya, setelah menunaikan shalat tahiyyatul masjid, kali ini Alifa mengeluarkan sebuah map dari dalam tasnya. Map yang dikirimkan Satria beberapa hari yang lalu lewat pos. Map yang berisi CV Ta'aruf seseorang yang sudah ditunggunya hampir satu minggu terakhir.
Dengan perasaan campur aduk, Alifa membuka map yang berwarna biru itu. Ia mengeluarkan beberapa helai kertas yang ada di dalamnya. Mulai membaca setiap kata yang tertulis dengan jantung yang berdetak kencang.
Halaman pertama menampilkan semua biodata diri Yudha. Mulai dari nama, tanggal lahir, hobi, dan hal-hal kecil lain yang bisa menggambarkan diri Yudha dengan utuh, termasuk riwayat penyakit, alergi, bahkan daftar penghasilan.
Dari deretan kata itu, Alifa akhirnya tahu bahwa Yudha lebih tua dua tahun darinya. Selain itu, golongan darah Yudha adalah O dengan rhesus positif. Hal yang tentunya membuat Alifa bersyukur. Itu artinya, jika mereka menikah nanti, ia bisa menghilangkan kemungkinan keguguran atau cacat janin pada anaknya akibat inkompabilitas rhesus.
Dalam medis, pernikahan antara dua orang yang berbeda rhesus darahnya dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi janin. Anak pertama bisa saja lahir dengan selamat, tetapi biasanya memiliki resiko lahir dengan anemia atau ikterik yang dapat disembuhkan. Namun, pada anak kedua, kebanyakan tidak dapat lahir dalam keadaan selamat atau tidak dapat bertahan hidup.
Begitulah baiknya ta'aruf. Ia membuat seseorang bisa mengenal dengan baik pasangan ta'arufnya. Hal-hal yang kecil seperti golongan darah tadi mungkin adalah hal yang tidak diperhatikan dalam hubungan selain ta'aruf. Belum lagi hal-hal yang dianggap sensitif seperti besaran gaji. Mungkin, dalam hubungan seperti pacaran misalnya, akan dianggap tidak sopan atau "matre" bila menanyakan tentang penghasilan pasangan. Namun, di dalam ta'aruf, sah-sah saja bila seseorang ingin menanyakan hal tersebut. Ta'aruf adalah hubungan yang amat menyadari tentang pernikahan yang merupakan ibadah terlama, sehingga dibutuhkan kesiapan dari kedua belah pihak, termasuk restu keluarga untuk menjalaninya.
Maka, salah besar bila orang-orang mengatakan "orang yang menikah lewat ta'aruf pasti tidak mengenal pasangannya". Sebaliknya, orang-orang yang menikah lewat pacaranlah yang harusnya ditanyakan hal tersebut. Apakah mereka sungguh mengenal pasangannya dengan baik?
Selesai dengan halaman pertama, Alifa membalik kertas untuk lanjut membaca ke halaman berikutnya. Siapa sangka, sebuah amplop malah jatuh di sela-sela kertas itu. Sebuah amplop yang di depannya tertulis dengan jelas "untuk Alifa".
Paragraf terakhir itu membawa kembali ingatan Alifa pada saat Satria menceritakan keadaan Yudha padanya lewat telpon. Satria bilang Yudha babak belur. Awalnya Alifa tidak mengerti, tetapi ketika Satria menceritakan kisahnya secara keseluruhan, tentu saja Alifa terkejut. Pacaran dengan 7 wanita sekaligus? Bagaimana mungkin?
Alifa menghela napas panjang. Ia pikir Yudha akan memberitahunya alasan kenapa laki-laki itu berpacaran dengan banyak wanita sekaligus. Sayangnya, surat itu sama sekali tidak menuliskannya. Baiklah, mungkin ia bisa menanyakannya di lain kesempatan.
Saat itulah, Alifa mengetahui sebuah rahasia kecil. Ternyata, Yudha pernah mendatangi rumah sakit selama lima malam hanya untuk mengetahui namanya. Rupanya, pertemuan mereka di koridor saat itu bukan sebuah ketidaksengajaan. Yudha memang mencarinya dan hari itu mereka ditakdirkan bertemu.
Memikirkannya, pipi Alifa tiba-tiba bersemu merah. Aduh, kenapa tiba-tiba jantungnya berdegup kencang saat mengingat kembali pertemuan mereka saat itu?
Suratnya berakhir.
Alifa merapikan kertas itu dengan hati gelisah. Yudha bilang waktu ta'aruf mereka adalah tiga bulan. Setelah tiga bulan nanti, bagaimanakah kisah mereka? Apakah berlanjut atau justru berakhir?
-----
Assalamu'alaikum readers
Akhirnya setelah segala ujian terlewati, aku bisa update lagiBismillah produktif selama libur yaa :)
Gimana guys?
Ngebosenin ya?Aku lagi usaha buat nyari idee niiiih
Kenapa ya, susah banget akhir-akhir ini buat lanjutin cerita ini?
Feel nya berasa kurang dapet gitu 😭Menurut kalian gimana??? 👉🏻👈🏻
Semoga cerita ini bakal seru lagi ya 🙂🙂
See you next part guys
Assalamu'alaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terang [LENGKAP]
RomanceTentang keluarga dan pasangan. Tentang alur nyata kehidupan. Tentang berdamai dengan semua takdir menyakitkan. Tentang menerima, mencintai, dan saling menguatkan. Cerita tentang titik terang dalam hidup yang gelap dan diselimuti kebohongan.