EPILOG

36 1 0
                                    

Matahari bersinar lembut. Langit biru sejauh mata memandang. Satu dua awan berarak pelan. Beriringan. Saling bergantian.

Semburat cahaya matahari masih terasa hangat saat Yudha dan Alifa menuntun langkah sepasang kaki kecil yang berjalan pelan. Mereka hati-hati melewati gundukan demi gundukan tanah yang ditandai dengan nisan berdebu.

Seperti biasa, pagi itu pemakaman sunyi. Tidak ada orang yang berziarah sama sekali. Hanya mereka bertiga yang kini perlahan mendekat menuju salah satu makam dengan batu nisan putih.

Sesampainya di sana, Yudha, Alifa dan putri kecil mereka merendahkan tubuh. Masing-masing mencoba membersihkan makam lantas kemudian berdo'a dalam senyap.

Sudut mata Yudha sedikit berair. Setiap kali berziarah ke sini, ia selalu ingat ketika Ari akhirnya pergi untuk selamanya. Laki-laki hebat yang ia panggil papa itu tutup usia setelah kondisinya terus menurun pasca operasi.

Setelahnya, Yudha tahu kenapa Ari harus mengungkapkan rahasia yang sempat membuatnya benci. Karena, selepas ketiadaan Ari, banyak sekali orang yang membicarakannya. Menganggap rendah dirinya. Apalagi saat tahu bahwa Ari tetap memberikan warisan untuknya lewat surat wasiat, meskipun secara agama, ia sama sekali tidak berhak untuk itu

Sederhana saja, Ari tidak ingin Yudha tahu fakta menyakitkan itu melalui orang lain. Jika Yudha harus tahu, maka dari mulut Ari lah Yudha harus mendengarnya.

Ari akhirnya dimakamkan di kota ini, kota yang menyimpan seluruh masa hidupnya sejak muda hingga tutup usia. Kota yang membuatnya menjadi dewasa. Kota tempat ia menemukan cinta, membangun keluarga, dan membesarkan putra-putrinya dengan baik.

Setelah menuntaskan do'a untuk Ari, Yudha berbalik. Ia kemudian juga melakukan hal yang sama untuk jasad yang terkubur persis di samping makam Ari.

Benar, jasad ibu kandungnya.

Setelah percakapan dengan Alifa malam itu, semua kebencian luruh sudah. Tidak ada yang bisa ia salahkan atas takdir yang membawanya lahir ke dunia. Semua sudah berlalu dan tidak akan ada yang berubah dengan menyalahkan seseorang.

Yudha sudah memeluk semuanya. Luka yang menemaninya tumbuh. Kesepian yang membuatnya dewasa. Semua perjalanan hidupnya dari awal hingga sekarang, Yudha berjanji akan mencintainya. Ia tidak akan menyimpan satu penyesalan pun agar bisa mencapai harapan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya sekarang.

Hampir saja air mata Yudha menetes kala ia merasakan sepasang tangan kecil bergelayut di lengannya.

"Papa..."

Yudha menoleh. Ia menatap wajah putri kecilnya yang sangat mirip dengan Alifa.

"Nur lapar."

Yudha tersenyum.

"Kita ke rumah Nenek Nia, ya. Nur pasti kangen sama rendang nenek, kan?"

Semangat Nur menganggukkan kepala. Tentu saja. Rendang Nenek Nia adalah masakan favoritnya.

Alifa juga ikut tersenyum melihat interaksi itu. Ia kemudian menggendong Nur yang masih berusia tiga tahun. Melangkah lebih dulu menuju mobil mereka yang terparkir di dekat gerbang masuk pemakaman.

Yudha menatap Alifa dari belakang. Dialah wanita hebat yang membuatnya bisa bertahan hingga sekarang. Wanita yang mampu meyakinkannya bahwa masih ada harapan setelah semua rasa sakit. Wanita yang bagaikan satu titik terang di hidupnya yang gelap.

Dan kini, ia punya satu titik terang lain yang berpendar terang. Putri pertama mereka yang Yudha beri nama Nur. Cahaya. Titik Terang.

Bersama keduanya, Yudha yakin bahwa akan selalu ada cahaya dan bahagia di ujung cerita.

-----

Assalamualaikum readers

Resmi sudah kita menutup cerita Yudha dan Alifa

Semoga Yudha benar-benar bisa menemukan kata bahagia bersama keluarga kecilnya

Aku berterima kasih untuk semua orang yang sudah membantuku menyelesaikan cerita ini. Setelah 3 tahun, akhirnya cerita ini menemui akhir yang semoga memuaskan semua pihak

Aku harap ada banyak pelajaran yang bisa kalian ambil dari kisah yang jauh dari kata sempurna ini.

Mungkin aku akan rindu saat-saat menulis kisah hidup Yudha yang kadang sedih, kadang bahagia, kadang romantis. Akan kangen sekali mengetik kata "Yudha dan Alifa" setelah ini.

Semoga cerita keduaku ini banyak mendapat cinta dari kalian semua

Sampai jumpa di cerita lain yang Insyaa Allah juga memberikan banyak kesan dan pesan.

Terimakasih

Assalamualaikum

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang