Bab 10 | Kenyataan dan Masalah

49 4 7
                                    

"Mungkin Allah perlu menampar kita berkali-kali dengan kenyataan dan masalah, agar kelak kita sadar bahwa semua itu hanya agar kita kembali pada-Nya."

------

Hari ini, Yudha sudah masuk kantor. Kemarin, seluruh perban dan kain kasa yang melekat di wajahnya sudah di lepas. Meninggalkan bekas luka yang sebenarnya sedikit mengganggu ketampanannya.

Tak banyak yang menyambut kedatangan Yudha. Wajar saja, ia adalah staff yang mendadak naik pangkat menjadi CS (Costumer Service) dalam masa kerja yang cukup singkat. Ia juga orang dengan etos kerja yang bagus. Atasannya menyukainya. Berimbas pada staff lain yang malah berbalik membencinya. Ya, hidup memang selalu begitu kan?

Setelah berbasa-basi dengan beberapa orang, Yudha mulai duduk dibalik meja kerjanya. Bersiap untuk mulai melayani nasabah seperti biasanya.

Hari itu sebenarnya mulai kembali seperti biasa. Yudha yang bekerja maksimal. Menampilkan senyum pada nasabah, meski bibirnya masih nyeri. Bahkan, tak jarang nasabah menanyai bekas luka yang ada di wajahnya.

Hanya ada satu yang berbeda.

Lidya yang sempurna menghilang.

-----

Flashback on--

Yudha mematung. Mencerna perkataan Farhan baik-baik.

Detik setelahnya,ia menoleh pada Lidya. Mata kekasihnya itu tak lagi berkaca-kaca. Malah terlihat cenderung menyembunyikan amarah.

"Apa maksud Farhan tadi?"

Wanita yang ditanyai itu hanya diam. Berbalik menatap mata Yudha. Seolah ingin memperlihatkan wajah memelasnya agar Yudha melunak.

Sayangnya, rahang Yudha malah mengeras. Ia mati-matian menahan amarahnya. Tanpa pikir panjang lagi, Yudha menarik sebelah lengan Lidya.

"Aku antarin kamu pulang."

Lidya sempat menahan. Ingin menolak. Namun, ekspresi Yudha yang begitu dingin membuat nyalinya menciut hingga akhirnya membiarkan Yudha membawanya pulang.

Selama perjalanan pulang, pikiran Yudha berkelana jauh. Kalimat Farhan tak kunjung pergi dari benaknya. Membuat Yudha untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun,meragukan perasaannya untuk perempuan yang tengah memeluk erat dirinya dari belakang, Lidya.

Moge Yudha akhirnya berhenti persis di depan komplek rumah Lidya. Hal itu jelas membuat Lidya berkerut bingung. Yudha tak pernah seperti ini sebelumnya.

"Turun!," perintah Yudha dengan nada dingin.

"Maksud kamu apa, Yudh?"

Lidya akhirnya bertanya dengan nada kesal setelah turun dari moge Yudha.

Di saat seperti itu, entah waras atau tidak, Yudha masih memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Lidya. Jujur saja, ia belum bisa kehilangan gadis itu. Entah karena terlalu terbiasa atau karena hal lain.

Akhirnya, Yudha melunak. Memberi tatapan lembut pada Lidya.

"Kasih aku waktu, Lid. Aku perlu waktu buat nenangin diri dan mikirin ini semua."

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang