BAB 6 | Ada apa?

41 6 0
                                    

"Setiap orang memiliki jalan yang sudah digariskan oleh Allah untuk mencapai takdirnya."

-----

Seorang gadis melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Ia benar-benar enggan melepas seragam kerjanya. Entahlah. Ia hanya merasa terlalu lelah dan butuh istirahat.

Belum genap gadis itu memejamkan mata, ia mendengar pintu kamarnya berderit. Seorang perempuan paruh baya berdiri di ambang pintu. Tersenyum lembut ke arahnya.

"Kamu udah mau tidur, Fa?"

Seketika, gadis itu kembali duduk. Ikut tersenyum.

"Belum, kok, Bu. Ayo masuk, Bu."

Wanita itu akhirnya berjalan mendekat. Menggelengkan kepala beberapa kali melihat gadis itu masih mengenakan seragam putihnya.

"Bajunya diganti dulu, dong, Fa. Besok-besok kan masih mau dipake. Kamu tuh harusnya mandi dulu, biar tidurnya enakan."

Gadis itu nyengir. Ia mengangguk.

"Iya, Bu. Tadi, Alifa cuma tiduran bentar, kok. Eumm...Ibu mau nanya kondisi laki-laki tadi, ya?"

Wanita yang merupakan pemilik tempat kos yang kini menjadi tempat tinggal sementara Alifa itu pun mengangguk.

Alifa menghela napas panjang. Sejujurnya, pikiran mengenai kepala laki-laki itu juga tak kunjung beranjak dari kepalanya. Termasuk bagaimanaa kecelakaan tadi sore terjadi tepat di depan matanya.

-----

Flashback on--

Alifa menghela napas panjang. Sekali lagi menatap ke ujung jalan. Berharap penjual mie bakso yang sedari tadi ditunggunya akan muncul dengan gerobak kayunya.

Gadis yang mengenakan sweater maroon dan khimar senada itu memang sudah sangat ingin makaan mie bakso sejak seminggu yang lalu. Namun, selallu saja gagal karena ia kebagian shif malam selama seminggu terakhir. Jadi, ia sudah berada di rumah sakit ketika maghrib menjelang.

Oleh karena itu, tak heran ia sangat bahagia karena kebagian shif pagi hari ini. Ia bahkan sudah berada di teras depan selepas ashar. Menunggu penjual mie bakso favoritnya. Hujan deras yang mengguyur malaah membuat keinginannya makan mie bakso tumbuh berkali-kali lipat lebih besar.

Namun, rencana yang Allah tetapkan untuk gadis itu benar-benar di luar dugaan. Sebab, ketika senja mulai hadir, mengubah langit menjadi lebih gelap, dan hujan benar-benar lebih lebat dari sebelumnya, Alifa memutuskan menyerah. Proses penantiannya selama hampir satu jam sama sekali tidak membuahkan hasil. Ia akhirnya memilih kembali masuk ke dalam kos. Mungkin Bu Gita--pemilik kos--sudah membuatkan makan malam untuknya dan penghuni kos yang lain.

Belum genap gadis itu melangkah masuk, fokusnya diambil alih oleh deru kendaraan yang sangat kencang. Beriringan dengan hal itu, dari ujung jalan yang lain, Alifa melihat sebuah truk pasir yang baru saja menyalip kendaraan di depannya.

Semua itu terjadi dalam hitungan detik. Bahkan, Alifa tak yakin bahwa ia sempat menghembuskan nafas. Dan penglihatannya yang menangkap tubuh pengendara motor tergulir ke jurang di seberang jalan membuat nafasnya sesak seketika.

Butuh waktu beberapa detik bagi Alifa untuk mencerna semuanya. Hingga akhirnya, ia cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Meraih handphone yang ada di atas nakas. Menelfon ambulan di tempatnya kerja alias magang untuk membantu.

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang