BAB 8 | Berubah

56 8 1
                                    

"Jalan berubah menuju kebaikan memang tidak mulus. Akan selalu ada tantangan yang harus dihadapi. Karena itu, hanyalah orang-orang spesial yang bisa melewatinya. Orang-orang yang memutuskan berubah karena Allah, bukan yang lain."

-----

Alifa memandang lobby rumah sakit dari kejauhan. Pandangannya tertuju pada Yudha yang berjalan persis di belakang seorang wanita yang Alifa tebak adalah mamanya. Sepertinya laki-laki itu sudah diperbolehkan pulang.

Setelah kejadian pemberian surat tempo hari, Alifa tak pernah lagi mengunjungi ruang rawat Yudha. Ia mendapat shif malam selama tiga hari terakhir. Lagipula, dirinya bukan siapa-siapa sehingga harus mengunjungi ruang rawat Yudha dan mengetahui keadaannya.

Sejujurnya, Alifa memiliki banyak pertanyaan. Apa Yudha sudah membaca surat yang ditulisnya? Apa surat itu bisa menyentuh hati kecil laki-laki itu? Dan pertanyaan yang seharusnya tidak pernah ia tanyakan adalah, apakah Yudha sudah putus dengan kekasihnya?

Alifa sama sekali tidak mengerti apa yang tengah terjadi pada dirinya. Sistem tubuhnya seolah terganggu setelah mengenal Yudha, atau lebih tepatnya bertemu dengan laki-laki itu. Semua itu semakin tidak wajar saat ia merasakan ada perasaan ganjil melihat Yudha pergi meninggalkan rumah sakit.

Ada yang berubah dengan diri dan hatinya.

Setelah memalingkan pandangan, Alifa menghela napas panjang. Lanjut mendorong trolley yang berisi ransum pasien dengan hati kosong.

-----

Tiga hari kemudian, Yudha akhirnya diperbolehkan pulang. Ia keluar dari ruang rawat dengan langkah pelan. Mengiringi mamanya yang berjalan selangkah lebih dulu. Memutar kepala beberapa kali dalam jangka satu menit. Mencari seseorang.

Meski sulit mengakuinya, bahkan pada diri sendiri, Yudha sebenarnya tengah mencari keberadaan suster yang memberinya surat tempo hari. Berharap ia melepas kepulangannya dari rumah sakit. Walau ia tahu bahwa itu mustahil. Jelas saja, memang dirinya siapa sampai suster itu harus mengantarnya pulang? Benar-benar tidak masuk akal kan?

Kali ini, hanya ada Mama yang menemaninya. Papa sudah sibuk dengan rutinitas kantor. Membuat perjalanan pulang itu terasa canggung.

Sebenarnya, hubungan keduanya sudah seperti biasa. Nia--mamanya--dengan cepat melupakan pertengkaran hari itu. Yah...seperti biasanya. Terkadang, Yudha berfikir, hati mamanya terbuat dari apa? Kenapa bisa sesabar itu?

Papanya juga sudah tidak mengungkit tentang keberadaan Lidya waktu itu. Hanya memberikan peringatan keras dua hari yang lalu. Lantas, bersikap seperti biasa pada Yudha.

Yang berubah dan menjadi masalah adalah Lidya. Selepas pertengkaran hari itu, ia sama sekali tidak bisa dihubungi. Yudha bahkan sudah nge-spam di sosmed kekasihnya itu. Jangankan mendapat balasan, dibaca pun tidak.

Namun, entah sadar atau tidak, hal yang turut berubah adalah, Yudha sendiri. Setiap akan mengirimi kekasihnya itu pesan, kata-kata di dalam surat yang ditulis oleh suster yang sampai saat ini belum ia ketahui namanya itu, selalu terngiang-ngiang di kepalanya.

Memangnya Mas fikir pesan-pesan romantis itu biasa aja? Jangan salah, Mas. Ada orang yang bahkan dengan kata-kata seperti itu bisa terpancing gairahnya.

Yudha menggeleng-gelengkan kepalanya. Lidya jelas bukan tipikal orang yang seperti itu. Gadisnya itu dewasa dan berpendidikan. Agamanya juga bagus, buktinya ia mengenakan khimar.

Agama seseorang ga bisa diukur lewat tampilan aja, Yudh. Toh, seorang Syekh juga pernah membunuh dan memperkosa seorang gadis. Lo ga tau ceritanya, kan?

Itu dari Gibran. Teman sekamarnya dulu. Sejak ia tahu Yudha memiliki seorang kekasih, Gibranlah yang paling gencar memintanya putus. Ia yakin bahwa hubungan yang tidak berdasarkan Allah, hanya akan memberi mudharat bagi pelakunya.

Belum lagi kata-kata yang tertulis di surat itu begitu menusuk. Seolah tahu bahwa sebenarnya, Yudha lebih dari paham mengenai haramnya pacaran dalam islam.

Alasan kenapa pacaran ga boleh adalah agama. Klasik memang, tapi mengikat.

Kayaknya, Mas tuh kurang baca berita, ya. Memangnya Mas ga tahu udah banyak kasus hamil di luar nikah karena pacaran? Itu udah jadi bukti kalau negatif pacaran itu besar.

Mas mau ngeles kan, kalau Mas ga bakalan berbuat seperti itu? Lah, memangnya Mas bisa menjamin? Toh, Mas dengan laki-laki yang sudah menghamili pacarnya itu sama saja, kan? Sama-sama laki-laki dan punya hawa nafsu.

Soal pendirian, buat setan itu urusan gampang. Kalau kita sudah membuka pintu maksiat dengan pacaran, maka langkah-langkah untu berbuat hal yang dilarang itu akan semakin dilancarkan.

Selagi tenggelam dalam pikirannya, Yudha sama sekali tidak sadar bahwa mobil yang dikendarai mamanya telah berhenti persis di depan rumah. Sedikit kaget saat wanita itu menyentuh lengannya sambil tersenyum. Lantas turun terlebih dulu sambil membawa semua barang-barang miliknya selama dirawat.

Kedatangan Yudha disambut oleh Zahra, Annisa, dan Farhan. Sejenak, Yudha tersenyum meski bibirnya terasa nyeri. Ia tak menyangka bahwa adik kandungnya itu--Farhan--akan izin sekolah demi menyambut kepulangannya.

Sebelum ia melangkah masuk, Zahra lebih dulu berlari ke arahnya. Memeluk kakinya sehingga membuat Yudha merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan gadis kecil itu. Pelan, jari Zahra menyentuh bibirnya yang masih dilapisi kain kasa.

"Sakit ya, Da? Coba ngomong, dong!"

Yudha hanya tersenyum samar. Mengacak puncak kepala Zahra lalu melangkah masuk. Annisa hanya melempar senyum singkat. Adiknya yang satu itu memang lebih kalem dan pendiam.

Sesuai dugaannya, Farhan memeluk Yudha beberapa detik. Menepuk pundaknya pelan. Namun, bisikan adiknya itu, membuat Yudha tak pelak mematung sesaat.

"Gue ga tahu apa yang udah lo lakuin sama perempuan itu, Da. Yang jelas, Papa ga bakalan suka sama keberadaannya."

Setelahnya, tanpa mempedulikan apapun, Yudha melangkah cepat ke kamarnya. Membuka pintu berwarna putih itu tidak sabaran. Dan Yudha benar-benar kehilangan kontrol atas dirinya melihat keberadaan Lidya di kamarnya dalam keadaan acak-acakan dan berurai air mata.

-----

Assalamu'alaikum readers..

Udah pada sholat tarawih belum? Semoga udah ya. Jangan lupa juga buat tilawah Al-quran nya hari ini.

Please enjoy this part ya, guys.
Vomment dari kalian semua ditunggu.

Oh iya, buat yang belum main-main ke sebelah, ayo mampir. Kalian bakalan dapat pelajaran lain dengan tajuk "Home".

Jaga kesehatan selalu ya, guys.

Jangan lelah berda'wah. Semoga lelah menjadi lillah. ☺

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang