Kehidupan Yudha seolah memasuki tahap baru. Tidak ada lagi kesibukan rutin menempuh puluhan kilometer untuk bertemu Alifa tiap akhir pekan. Kini, setelah kurang lebih lima hari bekerja, Yudha bisa santai di rumah kecilnya yang terasa nyaman.
Kandungan Alifa juga sudah memasuki usia tujuh bulan. Kurang lebih hanya butuh dua bulan lagi hingga mereka bisa bertemu sang buah hati. Kehamilan Alifa pun tidak ada masalah. Bayi mereka tumbuh dengan sehat setiap harinya.
Meskipun berencana untuk melahirkan di samping ibunya, Alifa tetap memilih untuk mendampingi Yudha dulu sampai nanti usia kandungannya mendekati sembilan bulan. Jika saat itu tiba, barulah ia akan kembali pulang ke rumah orangtuanya dan melahirkan di kota yang sama dimana ia dulu dilahirkan.
Hari ini, untuk pertama kalinya, Yudha akan dinas luar kota. Meskipun terhitung sebagai karyawan baru, reputasi Yudha di kantor melejit cepat. Rupanya, pengalaman bekerjanya di bank dulu sangat membantu. Di saat karyawan lain masih bingung soal kredit dalam jumlah yang besar, Yudha sudah sangat terbiasa seolah itu adalah makanannya sehari-hari. Jadi, tak heran Yudha sudah diminta untuk turun ke lapangan mengurus kredit dalam jumlah besar yang bermasalah.
Pukul 06.00
Alifa sibuk mengemas beberapa baju suaminya ke dalam koper mini. Ia melakukannya sambil bersenandung, pertanda suasana hatinya sedang bahagia. Sangat berbanding terbalik dengan Yudha yang khawatir karena harus meninggalkan Alifa sendirian.
"Kamu beneran gapapa Mas tinggal sendirian? Mas antar ke rumah ibu aja ya, Sayang."
"Aduh, Mas. Mas udah bilang hal yang sama sepuluh kali sejak kemarin. Aku kan udah dewasa, Mas. Aku bisa kok, jaga diri."
"Tapi, kan..."
Ucapan Yudha yang tengah berpakaian terpotong saat Alifa tiba-tiba saja berdiri di depannya, mengambil alih tugas tangannya yang sedang mengancingkan baju.
"Iya, Mas, Alifa tahu kok, Alifa lagi hamil. Tapi beneran deh, gapapa. Lagipula Mas kan cuma pergi sebentar. Apalagi Ibu besok juga kesini sama ayah. Jadi Alifa sendirian cuma malam ini. Itupun kan banyak tetangga, Mas. Insyaa Allah ga bakal terjadi apa-apa." jelas Alifa panjang lebar sembari melanjutkan pekerjaannya untuk memakaikan dasi yang berwarna senada dengan kemeja yang dikenakan suaminya.
"Ya sudah. Nanti kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Mas, ya."
Alifa mengangguk pasti. Ia menatap kedua bola mata suaminya sebelum akhirnya menghadiahkan kecupan pelan di pipi kiri dan kanan Yudha.
"Hati-hati ya, Mas. Kalau Mas jadi mampir dulu ke rumah, titip salam buat Mama sama Papa, ya. Adik-adik juga."
Yudha mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban. Ia kemudian mengecup dahi istrinya.
Kota yang menjadi tempat dinas Yudha hari ini memang hanya berjarak satu jam dari rumah orang tuanya. Oleh karena itu, Yudha berniat mampir ke rumahnya saat pekerjaannya sudah selesai. Apalagi semenjak pindah kerja, Yudha belum sekalipun pulang untuk bertemu kedua orang tuanya.
Setelah berpamitan, Yudha akhirnya pergi bersama mobil kantor berwarna hitam yang melaju dengan kecepatan tinggi.
-----
Yudha dan rekan satu kantornya sampai di kota yang dituju empat jam kemudian. Memang sedikit lebih lama dibanding seharusnya lantaran mereka sempat terjebak macet akibat kesibukan pasar tradisional salah satu daerah.Setelah sempat beristirahat sebentar, mereka segera beranjak menuju tempat yang berbeda. Ya, meskipun punya tugas yang hampir sama, rekan kantor Yudha mendapatkan masalah kredit yang sedikit lebih rumit lantaran statusnya sebagai karyawan senior.
Yudha segera menemui kepala kantor bank yang sudah ditugaskan padanya untuk meminta rincian permasalahan dalam kredit mereka. Termasuk rincian jumlah pinjaman dari nasabah serta kendala lainnya.
Masalah itu bisa Yudha atasi dengan cepat. Hal itu malah tergolong sangat mudah baginya. Bahkan kepala kantor bank itu berseloroh bahwa Yudha seharusnya sudah menangani masalah kredit yang jumlahnya jauh lebih besar dari ini. Yudha hanya menanggapinya dengan senyum tipis. Ia menyimpan rapat-rapat fakta bahwa dirinya adalah pegawai baru.
Berkat kepiawaiannya, pekerjaan Yudha selesai ketika adzan ashar berkumandang. Ia menyempatkan diri terlebih dulu untuk shalat di mesjid yang ada di wilayah bank itu sebelum kemudian beranjak untuk memeriksa keadaan rekannya di bank yang lain.
Sesuai dugaan, ketika Yudha sampai di sana, masalah itu belum teratasi sama sekali. Ternyata, selain jumlah kredit yang besar, ada beberapa kendala nasabah yang dialami bank itu. Belum lagi keuangan internal bank yang juga bermasalah. Wajar saja belum ada progres yang signifikan dari solusi semua permasalahan itu.
"Kamu kalau mau ke hotel duluan gapapa, Yudh. Saya mungkin coba selesaikan dulu. Bisa jadi saya tidur di sini. Pokoknya, masalah ini harus kelar sebelum kita balik lusa."
Kalimat itu Yudha sambut dengan semangat. Tentu saja. Dirinya sudah lelah dan ingin istirahat. Tidur adalah satu-satunya hal yang ingin Yudha lakukan sekarang. Bersikukuh untuk tetap di bank ini pun tidak ada gunanya karena dirinya masih belum punya cukup kemampuan dan pengetahuan untuk memikirkan solusi atas masalah ini.
Berdiskusi satu dua hal, Yudha akhirnya melangkah ke parkiran. Di tangannya sudah ada kunci mobil kantor. Ia sudah tidak sabar untuk mengendarai mobil itu dan melaju menuju hotel yang sudah dibooking oleh pihak kantor untuknya.
Namun, begitulah adanya cerita ini.
Hidup Yudha yang bahagia bagaikan laut tenang yang rupanya menyimpan banyak bahaya di dalamnya.
Sebelum langkah Yudha sampai di parkiran sebagaimana niatnya semula, ponselnya bergetar pelan. Ia pikir, Alifa lah yang menelponnya untuk sekedar menanyakan kabar. Namun, senyum yang tadinya terlukis di bibir Yudha perlahan luntur kala dirinya bisa membaca dengan jelas nama yang tertulis di layar ponselnya.
Mama
"Assalamu'alaikum. Halo, Ma"
"Wa'alaikumussalam. Halo, Yudh. Kamu dimana?"
Suara Nia terdengar bergetar.
Sesaat, perasaan tidak nyaman menyelimuti hati Yudha.
"Yudha kebetulan lagi dinas, Ma. Ada apa, Ma?"
Cukup lama Nia terdiam sampai akhirnya ia kembali angkat suara,
"Maaf Mama ganggu kesibukan kamu. Tapi...papa...papa masuk IGD, Yudh. Papa serangan jantung."
---
Assalamu'alaikum readers
Iya, aku tau kemarin hiatus mendadak lagi
Tapi gimana 😭
Aku cukup stress di semester ini dan tidak sempat untuk menuangkan ide brilian di kepalaku yang sudah sangat penuh
Maaf, ya
Harusnya aku bisa bagi waktu
Tapi beneran susah banget
Aku bakal terus berusaha untuk produktif menulis di sela-sela kesibukan yang sangat astaghfirullah ini ya :)
Oiya, mungkin adegan di atas agak sinetron sedikit
Tapi mohon dimaklumi ya
Karena memang begitulah adanyaNext beneran konflik besar terakhir
BismillahSee you SECEPATNYA yaaa
Assalamu'alaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terang [LENGKAP]
RomanceTentang keluarga dan pasangan. Tentang alur nyata kehidupan. Tentang berdamai dengan semua takdir menyakitkan. Tentang menerima, mencintai, dan saling menguatkan. Cerita tentang titik terang dalam hidup yang gelap dan diselimuti kebohongan.