Menginjak usia kandungan yang kelima bulan, Alifa akhirnya memutuskan cuti sementara dari pekerjaannya. Perutnya yang sudah membesar sering kali membuat Alifa susah bergerak. Ditambah dengan badannya yang cukup kurus membuat Alifa kepayahan untuk sekedar tidur. Namun, terlepas dari semua kesulitannya, Alifa tetap menjalani kehamilannya dengan bahagia.
Hari ini adalah hari terakhir Alifa bekerja sebelum cuti. Persis ketika jam kerjanya habis, Arfan datang untuk menjemput. Lantaran Yudha masih bekerja di luar kota, Arfan lah yang mengisi peran Yudha untuk menjaga Alifa. Bahkan, sesekali Arfan juga menemani putrinya untuk memeriksa kandungannya. Tentu saja Arfan melakukannya dengan suka rela. Bagaimana tidak, sebentar lagi ia akan menyambut kelahiran cucu pertamanya.
Sesampainya di rumah, Alifa membersihkan diri dan bersiap untuk memasak makan malam. Sejak usia kandungannya tiga bulan, mual dan muntahnya sudah jauh berkurang. Nafsu makannya pun mulai berangsur pulih. Alhasil, Alifa tidak lagi sensitif terhadap bau bumbu masakan sehingga bisa memasak di dapur dengan nyaman.
Sembari bersenandung pelan, Alifa tersenyum membayangkan kepulangan suaminya. Benar, hari ini adalah akhir pekan. Itu artinya Yudha akan pulang nanti malam dan mereka bisa bertemu. Entahlah, sejak kehamilannya, akhir pekan dan bertemu dengan Yudha adalah saat yang paling Alifa nanti-nantikan. Kebahagiaannya terasa meningkat berkali lipat saat bisa bertemu dan memeluk suaminya.
Menjelang maghrib, mood Alifa yang tadinya bahagia pelan-pelan berubah buruk. Hal itu karena Yudha tak kunjung memberi kabar. Padahal Alifa sudah menghubunginya sejak satu jam yang lalu. Namun, sama sekali tidak ada balasan sampai sekarang.
Tidak mau berpikiran buruk, Alifa menghela napas panjang. Ia beranjak menuju kamar mandi. Wanita itu memutuskan untuk bersiap menunaikan shalat maghrib lantaran adzan sudah mulai terdengar bersahut-sahutan di luar sana.
Selepas menunaikan shalat, Alifa mulai membaca Al-Qur'an. Meskipun sudah menjadi salah satu rutinitas, semenjak hamil, Alifa lebih sering lagi membaca Al-Qur'an. Ia ingin mengenalkan firman Allah kepada buah hatinya sejak dini agar ketika sudah lahir ke dunia, anaknya memiliki keterikatan dengan Al-Qur'an. Ia percaya dengan sering memperdengarkan bacaan Al-Qur'an kepada anaknya, kelak buah hatinya bisa menjadi pribadi yang akan mencintai dan mengamalkan Al-Qur'an.
Lama Alifa tenggelam dalam rutinitasnya, bahkan sampai adzan isya akhirnya berkumandang. Lantaran wudhu'nya belum batal, Alifa langsung menunaikan kewajiban shalatnya. Alifa memang memilih melaksanakan shalat di awal waktu sebelum rasa malas dan kantuk menguasainya.
Pukul 21.00
Alifa akhirnya merasa cemas. Sejak sore tadi, jangankan membalas pesannya, Yudha bahkan tidak online sama sekali di sosial media. Hal ini jarang sekali terjadi karena Yudha biasanya selalu bisa dihubungi, bahkan di tengah rapat sekalipun.
Tidak tahan harus menanggung khawatir sendirian, Alifa akhirnya menghubungi mama mertuanya.
"Assalamu'alaikum, Ma." sapa Alifa saat teleponnya sudah tersambung.
Di seberang sana, Nia menjawab salam itu. Ia tengah berada di ruang keluarga bersama suaminya. Keduanya bukan sedang menonton tayangan televisi, melainkan tengah bertanya-tanya dan menatap lurus ke arah satu pintu yang sedari tadi tertutup.
"Maaf Alifa nelfon malam-malam, Ma. Dari tadi Alifa belum bisa hubungi Mas Yudha, Ma. Mas Yudha ada di rumah, Ma?"
Nia yang mendengar pertanyaan itu menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Iya, Sayang. Yudha ada di rumah. Dia lagi tidur. Sepertinya kelelahan setelah lembur tadi. Mungkin malam ini Yudha ga bisa pulang ke sana, Nak. Besok pagi Mama coba bilang supaya Yudha ke sana, ya."
"Ga usah, Ma. Mas Yudha gapapa istirahat di sana aja, Ma. Alifa tadi cuma khawatir karena Mas Yudha ga bisa dihubungi, Ma."
Setelah satu dua kalimat saling menanyakan kabar masing-masing, percakapan itu ditutup. Nia sekali lagi menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terang [LENGKAP]
RomanceTentang keluarga dan pasangan. Tentang alur nyata kehidupan. Tentang berdamai dengan semua takdir menyakitkan. Tentang menerima, mencintai, dan saling menguatkan. Cerita tentang titik terang dalam hidup yang gelap dan diselimuti kebohongan.