BAB 31 | Kembali

25 1 0
                                    

Seminggu setelah pernikahannya, masa cuti Yudha di kantor telah berakhir. Besok, ia harus masuk kantor seperti biasa. Itu artinya, Yudha harus kembali ke kotanya untuk bekerja dan berpisah sebentar dengan Alifa.

Permasalahan ini sudah Yudha bicarakan dengan Alifa sejak sebelum mereka menikah. Lewat salah satu surat ta'aruf mereka, Yudha membicarakan dengan jelas soal pekerjaannya. Yudha yang seorang pegawai bank, pergi pagi pulang malam, dan yang paling penting belum seorang karyawan tetap. Yudha juga mengingatkan soal dirinya yang akan tetap ada di kota ini jika seandaikannya mereka menikah nanti. Secara tidak langsung, Yudha mengatakan bahwa Alifa harus ikut dirinya setelah menikah.

Namun, balasan Alifa berbeda. Alifa tidak bersedia ikut ke kota Yudha. Ia saat ini juga belum berstatus sebagai karyawan tetap. Alifa saat ini bekerja di puskesmas dan hanya digaji satu kali per dua bulan. Akan sulit bagi Alifa untuk melamar pekerjaan di rumah sakit meskipun dirinya dulu sempat magang di sana. Apalagi Alifa sungguh mencintai tempat bekerjanya sekarang.

Dengan dua perbedaan itu, akhirnya mereka menyepakati satu hal. Yudha akan tetap bekerja di kotanya dan Alifa juga tetap akan bekerja di puskesmas itu. Yudha berjanji akan pulang setiap akhir pekan. Jadi sepanjang weekdays, mereka harus LDR sementara.

Pagi itu, Yudha baru saja selesai mandi. Ia berencana untuk berangkat ke kotanya pukul 08.00 nanti. Ia akan berangkat sebelum hari semakin terik karena Yudha akan berangkat dengan motornya.

Setelah mengeringkan rambutnya, Yudha mengenakan baju yang telah diletakkan oleh Alifa di atas tempat tidur. Sementara istrinya itu sedang sibuk mengemas pakaian yang akan ia bawa.

"Bajunya ga usah terlalu banyak ya, Sayang. Baju Mas masih ada beberapa di rumah."

Setelah satu minggu, Alifa sudah cukup terbiasa dengan panggilan itu. Intensitas kupu-kupu terbang di perutnya sudah jauh berkurang dibanding hari pertama.

"Iya, Mas. Mas makan aja dulu. Tadi sarapannya udah Alifa siapin."

"Temenin, sayang. Masa mas makan sendiri."

Inilah satu sifat Yudha yang baru terbongkar setelah mereka menikah. Yudha benar-benar manja. Sungguh. Alifa bahkan merasa dirinya punya bayi yang harus diperhatikan selama 24 jam.

Alifa akhirnya menyudahi pekerjaannya. Ia menghampiri Yudha seraya membawa sisir kemudian membantu menyisirkan rambut suaminya yang masih sedikit basah.

"Manjanya dikurangin ya, Mas Suami. Nanti di sana ga ada yang bakal manjain, Mas." ucap Alifa gemas.

"Makanya selagi ada kamu, manjanya dipuas-puasin dulu, sayang." balas Yudha seraya mengecup pipi Alifa.

Alifa menggeleng pelan. Sudah pasrah dengan sikap Yudha yang terlihat bucin maksimal.

Kemudian, keduanya akhirnya keluar dari kamar dan turun untuk segera sarapan.

---

Pukul 07.45

Yudha sudah siap dengan jaket kulit dan celana jeans yang membungkus tubuhnya. Ia mengenakan kaus kaki dan sarung tangan untuk melindungi diri dari panas matahari. 

"Mas yakin tetep bawa motor?" tanya Alifa yang berdiri tepat di belakang Yudha

Sebenarnya, Alifa cukup khawatir dengan keputusan Yudha yang bersikeras untuk mengendarai motornya. Bagaimanapun, perjalanan Yudha selama 4 jam bukan perjalanan yang mudah. Apalagi medan jalan ke arah sana cukup sulit.

"Iya, sayang. Mas kan kuat. Kalau ga bawa motor, besok Mas pergi kerja pake apa. Kamu jangan khawatir gitu, dong." 

Yudha berbalik. Ia menatap Alifa kemudian memeluk istrinya itu. Tentu saja Yudha merasa berat untuk berpisah.

"Kamu baik-baik di sini, ya. Jaga kesehatan. Kerjanya jangan terlalu capek. Kabarin Mas kalau ada apa-apa, yah." pesan Yudha sembari memberikan kecupan di pipi kiri, pipi kanan, dan kening Alifa segera bergantian.

"Iya. Mas juga hati-hati, ya. Nanti kalau udah sampai jangan lupa hubungin aku." balas Alifa.

Yudha mengangguk sebagai jawaban.

Setelahnya, Yudha berpamitan pada mertuanya.

Beberapa menit kemudian, Yudha telah memacu motornya di tengah kepadatan jalan raya.

---

Bagaikan terbangun dari mimpi, Yudha akhirnya kembali ke kehidupannya yang sibuk dan menguras pikiran. Benar-benar berbanding terbalik dengan waktu yang dialaminya seminggu belakangan. 

Saat ini, Yudha sudah ada di kantor. Banyak karyawan lain yang menyambut kedatangannya. Beberapa di antara mereka bahkan memberikan hadiah dan permintaan maaf karena tidak sempat hadir saat resepsi pernikahannya kemarin. Alhasil, pagi itu kubikel Yudha sedikit sesak karena kado yang ia terima. 

Namun, di balik kebahagiaan Yudha, ada sebuah masalah yang menantinya.

Benar, lebih dari satu minggu tidak hadir di kantor membuat Yudha lupa soal target kredit yang harus dicapainya. Saat ini, kreditnya baru 475 juta. Itu artinya, ia masih harus mencari kredit sebanyak 525 juta lagi. Terlebih Yudha tidak punya banyak waktu. Batas satu tahun targetnya enam bulan lagi.

Senyum Yudha yang tadinya mengembang langsung menghilang dari bibirnya. Seraya menghembuskan napas keras, Yudha mengenakan jaket kulitnya. Baiklah, mari ulangi lagi rutinitasnya keliling satu kabupaten untuk mencari orang yang bisa menjadi nasabah dan memenuhi target kreditnya.

"Loh, mau kemana Yudh?"

Pertanyaan itu berasal dari rekan kerjanya yang menempati kubikel di sebelahnya.

"Ngejar target kredit, Mas. Masih ketinggalan banyak."

Rekan kerjanya tidak lagi membalas ucapan Yudha. Ia malah menatap kasihan ke arah Yudha. Itulah tantangan memegang posisi AO. Gaji yang ditawarkan memang besar. Namun, sekali target yang ditetapkan tidak bisa dicapai, maka selesai sudah semuanya. Apalagi posisi Yudha saat ini belum seorang karyawan tetap. Itu artinya, Yudha bisa saja diberhentikan jika tidak bisa memenuhi target kreditnya. 

Pagi itu, sekali lagi Yudha memacu motornya di jalan raya seraya mengucapkan selamat datang kembali pada kehidupannya yang penuh kerja keras.

---

Assalamu'alaikum readers...

Akhirnya part geli geli selesai. Bahagia banget aku tuuuhh

Meskipun di part ini tetap ada romantisnya juga, tapi gapapa lah ya.

Kan ga mungkin penganten baru aku bikin perang-perangan.
Nikmati aja mumpung hidup mereka lagi manis, ya ga sih

BAB 32, Konflik 

AHAHAHA, akhirnya bikin konflik lagi

Tapi mungkin klimaksnya bakal lebih kerasa di BAB 33 ya

So, tungguin aja


See you next part


Assalamu'alaikum 


Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang