PROLOG

243 14 5
                                    

Malam beranjak semakin matang. Laki-laki itu akhirnya bangkit dari posisi duduknya. Masuk ke dalam rumah. Menghindari angin malam yang sudah memeluknya terlalu lama.

Seisi rumahnya belum lelap. Terutama di bagian dapur. Ia masih bisa melihat wanita yang membesarkannya mondar-mandir bersama neneknya. Kedua adik perempuannya juga sibuk membantu. Memotong sayuran sambil mendengar lagu.

Seraya menghela napas, laki-laki itu melanjutkan langkah. Mengabaikan rentetan kesibukan. Tidak ingin keluarganya melihat sedikit saja raut gelisah di wajahnya.

Malam ini, langit-langit kamarnya terasa lebih terang. Seterang janji-janji hari esok yang akan ditempuhnya. Membuatnya lagi-lagi enggan untuk menutup mata.

Dengan perasaan yang berkecamuk, laki-laki itu kembali membuka kertas yang ada di dalam genggamannya. Membaca rentetan huruf-huruf yang tertulis di sana. Membuat pertanyaan-pertanyaan itu kembali muncul secara bergantian di dalam kepalanya.

Ya Allah...
Mampukah aku mencintainya setelah ini?

---

Assalamu'alaikum readers ku...
Enjoy cerita baru ini ya...
Harap kritik dan sarannya...

Jangan lupa vomment!!!
Jangan lupa berda'wah. Semoga lelah kita menjadi lillah :)

Titik Terang [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang