12. Mereka

357 52 12
                                    

Pagi ini berat banget bagi Shishi, masalah semalam sama Theo yang jemput kemarin. Gak apalah, Theo juga bukan siapa-siapa Shishi.

“Shi, kayaknya di depan ada yang nunggu tuh, pacar baru ya?” tanya Chakra sang papa langsung ikut duduk untuk sarapan.

Shishi yang gak semangat sarapan ini langsung tersentak, siapa yang jemput? Jangan-jangan Lucky?

“Kamu itu ganti-ganti pacar terus, udah sama Jeff aja,” ujar Airin yang selalu saja mengagungkan Jeff. Cuma itu yang mamanya khawatirin dari Shishi.

“Padahal mama sendiri tau kayak gimana Kak Jeff, tukang selingkuh!” Shishi membalas dengan ketus dan langsung berdiri buat berangkat dan lihat siapa yang jemput.

“Shishi berangkat,” lanjut Shishi tanpa menoleh pada mereka.

“Biarin aja ganti-ganti pacar, anak muda, nurun dari papanya dia dulu haha.”

Shishi cuma menghela napas panjang mendengar ucapan Chakra. Mereka terlalu santai dan gak pernah khawatir Shishi mau disakitin cowok apa nggak. Shishi emang gak pernah dipukulin mereka, gak pernah dituntut punya nilai bagus, gak pernah dikekang gak boleh pacaran, mereka gak pernah ada pertengkaran atau perselingkuhan.

Tapi dengan bebasnya Shishi ini justru buat Shishi sakit, dan Shishi udah hilang respect sama mereka. Sebagaimana mereka memperlakukannya, Shishi juga kayak gitu sama mereka. Keromantisan antara ayah dan anak atau ibu dan anak sama sekali gak ada dalam hidup Shishi.

Shishi sebagai anak merasa gak pernah dianggap berharga sama mereka.

“Kak Theo!” seru Shishi melihat cowok yang katanya nunggu itu adalah Theo.

“Shi, kamu gapapa? Aku khawatir banget.” Theo turun dari motornya dan menghampiri, merapikan rambut Shishi dan melihat wajahnya seolah-olah takut ada luka.

“Shishi gapapa, Kak,” balasnya bingung banget.

“Lia sama Jemian bilang kamu pulang duluan kemarin karena sakit.” Theo masih sibuk natap Shishi dan rapihin rambutnya itu dan Shishi yakin rambutnya dari tadi rapi-rapi aja.

Iya, Shishi seneng dan nyaman kalau ada orang yang perhatian sama dirinya seperti itu, karena dia gak pernah diperlakukan kayak gitu sama mama papanya.

“Mana kamu gak bisa dihubungi lagi, nambah khawatir.”

“Maaf, Kak, udah bikin Kakak khawatir,” ujar Shishi tersenyum dengan tulus.

Theo balas tersenyum dan menggeleng, tapi sayang ... di setiap tingkah Theo ngingetin Shishi sama Jemian, mungkin karena mereka sepupu jadi sifatnya agak mirip. Shishi gak mungkin tetap berada di samping Theo karena nyamannya Shishi yang merasa Theo kayak Jemian.

Tak terasa sudah sampai di depan gerbang sekolah, dari tadi Shishi melamun, lagi-lagi satu mantan yang belum bisa dia lupain, satu mantan yang selalu bikin dia porak poranda, Jemian. Yang lebih parah Shishi yang bayangin lagi di bonceng Jemian bukan Theo.

“Mau sampe ke dalam anterinnya?” tanya Theo yang udah berhenti sedari tadi ini.

Mungkin karena Shishi gak turun-turun, malu banget. “Nggak usah, sampe sini aja,” ujarnya cepat turun dari motor.

“Makasih ya, Kak.” Shishi natap Theo yang udah lepas helm itu dan juga ikutan turun.

Theo senyum dan lagi-lagi rapihin rambut Shishi, suka banget dia lakuin itu.

Dan bersamaan dengan itu, sebuah motor lewat begitu cepat dan hampir nyerempet Shishi. Membuat cewek itu ditarik Theo sampe dipeluk.

“Woy, hati-hati dong!” teriak Theo.
“Gak apa-apa, kan, Shi?”

Shishi diam, itu barusan Lucky, pasti marah besar sama Shishi.

“Gak apa-apa, Kak. Ya udah Shishi masuk ya.” Shishi berusaha bersikap sebiasa mungkin.

Cewek itu masuk pintu gerbang dengan deg-degan banget. Kejadian barusan masih bikin dia syok.

“Sekarang gue tau kenapa tu cewek gonta-ganti pacarnya, ternyata aslinya pacarnya banyak.” Suara seseorang yang terdengar seperti sindiran itu.

Bukan seperti lagi, tapi itu memang Lucky tengah nyindir Shishi secara terang-terangan. Lucky yang banyak luka-luka gara-gara Jeff semalam.

Shishi berusaha cuek gak mau menanggapi meski kesal karena Shishi gak pernah sekalipun selingkuh walaupun mantannya banyak. Terus berjalan menuju kelas, rasanya pagi kali ini horor banget.

“Murahan!” Telinga dan hati Shishi udah panas, dengan cepat-cepat melangkah gak mau dengar apa pun lagi.

“Putus juga akhirnya lo sama Lucky.” Baru juga masuk kelas udah mendapat sapaan seperti ini dari Arjun.

Padahal Shishi gak pernah pacaran sama Lucky, gak pernah merasa terima cinta dia. Tapi sayangnya Lucky kemarin anggap mereka itu pacaran, dan mulai sekarang orang-orang tahunya Lucky itu masuk barisan mantan Shishi termasuk orangnya sendiri.

“Lamaan mana pas pacaran sama gue? Apa dia juga putusin lo gara-gara Jeff juga?” tanya Arjun agak sinis kedengarannya, padahal selama mereka putus Arjun gak pernah bersikap gini sama Shishi, karena ya mereka yang satu kelas.

“Jun, kok nada lo gak enak,” ucap Shishi santai dan duduk di bangku.

Lia belum datang karena kayaknya Shishi kepagian gara-gara udah dijemput Theo tadi.

“Kenapa lo gini sih, Shi? Berapa banyak korban lo?” Arjun duduk di seberang Shishi.

“Korban?” Cewek itu memutar bola mata gak suka, dia gak pernah ada niatan mainin hati cowok manapun.

“Iya. Jeff mungkin emang penyebab putus kalian, tapi masalahnya lo kayak fine-fine aja putus sama Kak Lucky, seolah masih banyak cowok yang ngantri buat jadi pacar lo dan lo gak peduliin cowok-cowok yang udah jadi mantan lo.”

“Sama ketika lo putus sama gue, lo malah langsung jadian sama adik kelas dan gak peduli perasaan gue gimana.”

Shishi tertawa sinis mendengar semua penuturan Arjun, dan langsung menjawab, “Masalahnya di sini lo gak tau apa-apa, gue gak pernah terima cinta Kak Lucky. Dan tentang lo ...” Shishi jeda sebentar dengan menghela napas.

“Gue sakit banget waktu lo putusin gue, tanpa lo ada niatan perjuangin gue.”

“Lo lupa gimana lo putusin gue waktu itu? Dengan semua kata bijak lo, lo nyuruh kembali sama Jeff, dengan gampangnya bilang lo gak apa-apa asal gue bahagia, tanpa mau tahu gue bahagia apa nggak sama Kak Jeff.”

“Di situ gue mikir, baru gitu aja lo udah mundur, gimana entar, gimana lo mau perjuangin gue di saat berada dalam masalah lebih besar.”

“Gue tulus sama lo, Jun. Gue tulus buka hati gue buat lo selama dua bulan kita pacaran, gue tulus sayang sama Lo.” Iya, tanpa sekalipun pernah manfaatin Arjun atau siapa pun buat lupain Jemian atau untuk lepas dari Jeff.

“Iya, gue gak pernah berjuang buat lo.” Arjun mengacak rambutnya penuh penyesalan.

Shishi berdiri dan menghampiri Arjun, mereka bertatapan begitu dekat. Mungpung kelas masih sepi.

“Apa sekarang lo bisa perjuangin gue? Lo mau lepasin gue dari Jeff seutuhnya? Lo mau bikin perasaan gue benar-benar jatuh sama lo?” bisik Shishi dengan wajah sedekat ini.

Arjun diam, iya Shishi tau dia gak bisa. Makanya dulu putusin Shishi. Arjun gak bakalan bisa lawan Jeff yang gila itu, yang ada dia nanti babak belur kayak Lucky.

“Sekarang lo tau kan gimana tersiksanya gue biar bisa lepas dari Jeff?”

“Woy! Kalian ngapain pagi-pagi gini malah mesra-mesraan? Mau balikan kalian?!” suara Lia dari arah pintu langsung membuat Shishi menjauh dari Arjun.

Shishi lirik Lia yang tentunya gandengan sama Jemian. Tau kan setiap melihat kemesraan mereka, hati Shishi gak bisa terkendali. Sumpah demi apa pun, kalau Lia bukan sahabatnya, Shishi udah rebut Jemian lagi dan nyatain kalau dirinya masih sayang sama Jemian.

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang