“Sakit, ya?” tanya Shishi yang tengah mengompres lebam Jemian di wajahnya.
Cowok itu tersenyum dan menggeleng lalu menyentuh tangan Shishi yang berada di wajahnya, perasaannya semakin nyata ia rasakan.
“Aku minta maaf, karena aku Echan jadi benci sama kamu.”
Shishi mengangguk dengan air mata yang tak tertahan lagi, tenggorokannya begitu berat menahan tangis itu. Nyatanya dia bukan hanya akan kehilangan Lia tetapi juga Echan, orang yang selama ini selalu berada di sisinya apapun yang terjadi, Shishi benar-benar harus melepas sahabatnya juga.
“Aku emang pantes dibenci,” lirih gadis itu dengan cepat mengusap air matanya dengan kasar.
“Na, aku mohon. Gimana pun perasaan kamu sekarang, kamu jangan pernah tinggalin Lia, biar aku aja yang pergi, ya.”
“Nggak!” balas Jemian dengan cepat.
“Kasih aku waktu buat selesain semuanya, Lia pasti ngerti!” ujar Jemian tertahan dengan menggenggam tangan Shishi erat, tatapannya begitu dalam.
“Ngerti kamu bilang? Kita udah sakitin Lia!” balas Shishi tak mau kalah, apa yang mereka hadapi bukanlah masalah sepele.
“Udah, sekarang jangan bahas Lia dulu,” bisik pemuda itu melirik dua orang siswi memasuki ruangan itu.
***
Shishi hanya berdiam diri di UKS itu, tak ada Lia ataupun Ryu menghampirinya entah kenapa, ini tidak seperti biasanya. Makanan pun dibeliin Jemian pas jam istirahat tadi.
Dan saat jam pulang tiba, Shishi dengan cepat keluar yang paling awal begitu bel pulang berbunyi karena posisinya itu.
Gadis itu tak peduli dengan tasnya yang masih berada di kelas, rasanya ia malu harus bertatapan dengan Lia setelah pengakuan akan perasaannya terhadap Jemian. Dan ia mengasumsikan beginilah Yezy waktu itu, pergi menjauhinya setelah ketahuan bermain api dengan Jenov, hingga akhirnya memusuhinya sampai saat ini.
Gadis itu berjalan begitu cepat, tapi langkahnya terhenti ketika begitu dirinya keluar gerbang karena seseorang menarik tangannya.
“Shishi! Tunggu!”
Saat tahu itu siapa, ia meliriknya dengan malas dan benci. Setelah kejadian di apartemen waktu itu, mereka baru bertatap muka kembali sekarang. Ya, Theo.
“Aku minta maaf,” lirih pemuda berkulit putih itu mulai menggenggam kedua tangan Shishi.
Gadis itu tersenyum sinis, rasanya ia ingin tertawa saja. “Udah dimaafin,” balasnya dengan cepat.
“Sekarang lepas!” Shishi menarik tangannya itu, ia tidak mau lagi-lagi menjadi pusat perhatian dan selalu masalahnya adalah laki-laki, Shishi memang sudah seterkenal itu.
Iya, orang di sekitarnya berbisik bahkan ada yang terang-terangan mengabadikan moment itu lewat ponsel mereka. Benar-benar tidak tahu malu.
“Ngapain, sih?” Mata gadis itu membulat melihat Theo yang kini berlutut tapi tangannya tidak mau ia lepaskan.
Adegan semakin menarik saja buat para penonton, Shishi sadar akan itu dan hanya bisa melirik mereka, ia yakin namanya semakin terkenal setelah ini — terkenal semakin jelek.
“Aku tau kesalahan aku sangat besar, Shi. Kamu gak mungkin bisa maafin aku. Kamu boleh marah dan benci sama aku tapi izinin aku minta maaf sama kamu. Aku bener-bener nyesel senyesel-nyeselnya.” Theo semakin bertekuk lutut memohon-mohon, kedua telapak tangannya merapat benar-benar mengemis maaf.
Shishi menghela napas beratnya dan akhirnya bersuara, “Kakak mau permalukan aku sekarang? Kakak mau bikin semua orang tau masalahku apa? Masalah Kakak ke aku? Gitu?” tanya Shishi dengan mata yang berkaca-kaca, ingatan tentang Theo dan mamanya di malam itu begitu menyakitkan untuknya.
“Biar aku semakin dibenci sama satu sekolahan?” lanjutnya dengan suara yang tercekat karena tenggorokannya yang ia rasakan berat.
“Aku capek, Kak. Aku ini gak punya tempat buat berlindung, aku gak punya tempat buat berkeluh kesah, Kak Theo yang aku percayai dan menjadi tempatku bergantung juga udah kecewain aku.” Shishi sudah tak peduli tempat lagi, ia benar-benar terisak sekarang ini, menangis lirih dengan disaksikan oleh banyak orang.
Theo yang tentu terkejut perlahan mendongak dan menatap wajah gadis itu yang basah dan menunduk. Theo mengerti betapa sakitnya yang gadis itu rasakan dan membuatnya begitu menyesal.
Namun, secara tiba-tiba tubuh Theo tersungkruk ke samping karena tendangan seseorang.
“Masih punya muka lo? Masih berani nunjukin muka lo di depan Shishi?” ujar cowok yang ternyata Jemian itu kini meninju Theo, padahal wajahnya saja babak belur gara-gara Echan tadi pagi.
Shishi sudah lelah, benci juga karena Jemian selalu ada untuknya dan membelanya. Sekarang ini mereka sudah jadi pusat tontonan yang terlalu menarik.
Tak sengaja mata Shishi bertemu dengan mata Echan, dan tampaknya pemuda itu sama sekali tak mau peduli, terus melajukan motornya dan melewatinya begitu saja. Hati Shishi mencelos sakit melihatnya, sangat sakit.
“Dari awal gue curiga sama lo, ngaku aja lo juga ada perasaan kan sama Shishi?” teriak Theo kini balas menghajar Jemian lebih parah.
Shishi panik. Jangan sampai Jemian mengatakan sejelas-jelasnya saat ini dan di depan banyak orang, tentang apa yang ia rasakan dan bagaimana hubungan mereka.
“Apa-apaan kalian!” Shishi lega setengah mati sekarang ini, Pak Satpam sekolah langsung melerai keduanya dan menghentikan drama adu jotos itu.
Dan tanpa Shishi sadari Ryu mengamit lengannya dengan cepat. “Ayo pulang, cowok gak guna kayak mereka tinggalin aja,” ujarnya dengan mengangkat sebelah alis santai.
Benar saja, Shishi benar-benar meninggalkan keduanya. Ia sama sekali tidak peduli apalagi pada Theo.
“Menurut lo Lia tau gak antara gue sama Jemian?” tanya Shishi menatap keluar dari jendela bus, dan pandangannya kosong.
Ryu di sampingnya tampak berpikir. “Curiga sih kayaknya ada, tapi gak tau kenapa dia diem. Mungkin Lia nunggu kalian jujur secara langsung ke dia,” jawabnya sambil melipat kedua tangannya di dada.
Shishi melirik dengan cepat, itu hal gila kalau harus dilakukan. Itu sama saja dengan membunuh Lia, batinnya.
“Gue aja yang pergi,” ujar gadis itu akhirnya dengan lirih. “Kalaupun seandainya Lia relain Jemian buat gue, gue tetep gak bakal bisa lanjut lagi sama Jemian.”
Mendengar hal itu Ryu tersenyum melirik Shishi yang menampakkan wajah datar dan tatapan kosongnya. Gadis itu akhirnya merangkul Shishi dan menidurkan kepala Shishi di bahunya, ia ingin Shishi baik-baik saja, dan Ryu ingin melindunginya.
“Kalau butuh seseorang Shishi bisa hubungi Ryu. Jangan mikirin aneh-aneh, ada banyak orang yang sayang dan peduli sama Shishi.” Gadis tomboy itu menepuk-nepuk lengan Shishi dengan perasaan yang entahlah — Ryu hanya berharap kalau Shishi tak lagi merasa sakit dan lelah seperti ini.
Ryu ingin melihat Shishi yang dulu, yang selalu ceria dan tersenyum tanpa beban.
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
GREED
Hayran Kurgu[17+] Tidak ada yang berniat selingkuh, namun keadaan membuat mereka menjalaninya dan menjadi pengkhianat. Start : 10 Januari 2022 Finish : 11 Juli 2022 REPUB : 17 Maret 2024