GREED

34. Anak Baru

Waktu dengan cepat berlalu, Arjun terpilih dan resmi menjadi ketua osis baru, kebanggaan tersendiri buat Shishi dan Lia karena teman sekelasnya yang terpilih menjadi ketua osis.

Setelah pelantikan kini penyerahan jabatan, dari Junior ke Arjun.

Shishi tersenyum simpul melihat moment itu, mereka dua-duanya mantan pacarnya. Bukan, bukan kebanggaan yang Shishi rasakan saat ini karena sudah memacari orang-orang nomor satu di sekolah itu, tapi justru ia merasa miris, bersalah dan menyesal.

Gadis itu menyesal karena sudah merasa tak pernah menjadi yang terbaik saat bersama mereka dan begitu jahatnya pada dua cowok itu.

Shishi sangat mengakui, Junior pacar pertamanya saat di SMA itu ia putuskan secara sepihak gara-gara sang cowok tak ada waktu untuknya, Junior selalu paling sibuk di antara anggota osis lainnya ketika itu. Iya, saat bersama Junior, Shishilah yang jahat, egois dan tidak mau mengerti. Dan mungkin apa yang menimpa Shishi sekarang adalah karma untuknya.

Dan saat bersama Arjun? Walaupun cowok itu yang mengakhiri hubungan tetapi Shishi tetap merasa bersalah. Jeff melabrak habis-habisan Arjun karena sudah memacari gadisnya, meminta Arjun meninggalkan Shishi dan bicara seolah-olah Shishi itu cuma cinta sama Jeff.

Arjun sangat terluka, tentu saja, begitu juga Shishi. Meskipun hubungan Shishi dan Arjun saat ini baik-baik saja sebagai teman, tapi Shishi tetap selalu merasa bersalah, karena cowok itu terluka karena dirinya.

“Bangga ya pasti jadi lo, semua cowok most wanted pernah lo pacarin,” celetuk teman sekelas Shishi pas mereka sekarang di kelas.

“Yang jadi kapten basket sekarang udah dipastiin bakalan Jenov,” lanjutnya.

Shishi masih diam karena tidak peduli, dan memilih tidak menggubrisnya sama sekali. Punya banyak mantan itu gak enak, selain dicap gak bener dan murahan, tapi juga di mana-mana pasti Shishi selalu dikaitkan dan jadi pembahasan orang-orang.

“Gue gak mau nambah mantan lagi,” gumam Shishi pelan banget, dan Lia mendengarnya.

“Langgeng aja sama Kak Theo sampe ke pelaminan,” sahut Lia menyikut Shishi menggodanya.

Mendengar nama Theo Shishi langsung bungkam. Kalian masih ingat kan tentang perjanjian mereka yang cuma pacaran bohongan? Katanya kalau udah satu bulan bisa putus atau lanjut. Dan sekarang kalau Shishi ingat hubungan bohongan itu udah satu bulan setengah. Jadi, artinya?

Entahlah, tak pernah ada yang membahas itu antara keduanya. Tapi hubungan mereka seperti biasanya, baik-baik saja dan tak pernah ada pertengkaran. Apa Shishi sudah bisa membuka hati dan menerima Theo sepenuhnya?

“Wih, ada anak baru, anak baru.” Echan sewot banget memasuki kelas menyita perhatian anak sekelas.

Ternyata benar saja, bel langsung berbunyi dan diikuti seorang guru masuk, wali kelas mereka.

“Selamat pagi, anak-anak. Sekarang kalian punya teman baru,” ucap Pak Dadang penuh wibawa di depan sana. “Kamu, ayo masuk.”

Dan masuklah seorang gadis cantik berambut sebahu penuh semangat, sepertinya gadis itu begitu percaya diri. Semua riuh karena kehadiran murid baru itu, selain cantik sepertinya dia juga orang yang asyik terbukti dengan tatapannya yang terus tegak dan terus mengumbar senyum.

Shishi mematung tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini, gadis itu temannya di bangku sekolah dasar dulu.

“Perkenalkan, nama gue Ryu Shafa. Gue harap kita bisa berteman baik,” ujar gadis itu lalu membungkuk.

Tatapan Ryu tak sengaja bertemu dengan Shishi, saat itu pula matanya membulat terkejut dan senang. Itu teman lamanya, gak salah lagi.

“Ryu, kamu duduk di samping Echan,” tunjuk Dadang ke bangku paling belakang itu.

Tentu saja Echan senang, ia langsung melambaikan tangan pada Ryu dan menyiapkan bangkunya seolah menyambut tuan putri, dan langsung mendapat sorakan dari semua temannya.

“Shishi,” bisik Ryu begitu kecil pas melewati Shishi. Karena posisinya bangku Echan itu berseberangan dengan bangku Shishi dan Lia, sedangkan Shishi berada di sudut kelas.

“Hai,” balas Shishi tersenyum ikut senang bisa bertemu teman lama.

“Lo kenal, Shi?” bisik Lia.

Shishi mengangguk. “Temen SD.”

.
.
.

Setibanya waktu istirahat.

“Shishi, beneran Shishi, kan? Gila Shishi tambah cantik aja gedenya, ya.” Ryu ini tak seperti murid baru biasanya yang bingung karena belum punya teman. Duduk di samping Shishi tepatnya di tempat Lia.

“Lo juga nambah cantik,” balas Shishi mendadak agak kikuk, ia tidak seperti halnya Ryu yang tampak tersenyum lepas.

Ryu melongo mendengar ucapan Shishi, merasa aneh. “Sekarang Shishi bisa ngomong gue lo?” tanyanya.

“Ya bisalah,” balas Shishi tertawa kecil.

“Shishi pasti banyak berubah, Ryu gak –eh maksudnya gue gak nyangka lho,” ucap Ryu. “Ih kangen deh,” pekiknya langsung memeluk Shishi.

Echan dan Lia yang sedari tadi diam saling pandang.

“Eh, lo murid baru bukan, sih? Kebalik perasaan tingkahnya,” ujar Echan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

Mata Ryu langsung mendelik dan menatap tajam. “Ya suka-suka gue lah, kenapa lo ngelarang!” balasnya yang langsung membuat Echan terkejut karena ngegasnya Ryu.

“Echan ini sahabat baik gue, maklumin ya sifatnya emang berisik gitu,” ujar Shishi yang lagi-lagi membuat Ryu melongo takjub mendengar secara langsung Shishi ngomong gue.

“Daebak seorang Shishi ngomong gue!” pekik Ryu lagi.

“Biasa aja kali, lo kenapa sih!” Echan lagi-lagi menimpali.

“Lo itu gak tau aja, Echan. Shishi ini dulu sama dirinya sendiri jangankan ngomong gue, ngomong aku aja nggak, dia suka nyebut namanya sendiri. Terus ke gue gak pernah panggil kamu tapi Ryu gitu.”

“Itu kan masih bocil, biasa aja. Dulu juga gue sama diri sendiri manggil Echan.”

Ryu masih menggeleng tidak terima. “Beda, ini beda. Anak sepinter Shishi, selugu Shishi, se-kutubuku Shishi akhirnya pake bahasa gue lo itu ajaib banget menurut gue,” kekehnya.

Echan menahan tawa.

“Shishi kutu buku?” ujar Lia mulai bersuara.

“Shishi pinter? Lugu? Dari mananya woy?” teriak Echan tertawa keras. “Lo pasti salah orang, Shishi masuk 10 besar aja nggak.”

Mendengar ucapan dan tawa Echan Shishi langsung tersenyum tipis, Shishi yang dulu dan sekarang emang beda.

“6 tahun di SD Shishi rangking 1 terus lho, yang salah pasti lo,” tuduh Ryu yang pada dasarnya sifatnya gak mau kalah.

“Yang salah lo, anak baru. Gue sahabatnya tau dia luar dalam.”

Lia sekarang geleng kepala dengan kelakuan Echan dan Ryu yang gak mau kalah ini, padahal yang diperebutkan ada di depan mata mereka.

“Yakin lo sahabatnya?” cibir Ryu.

“Ya, sekaligus mantan pacarnya.” Echan menaik-turunkan kedua alisnya pada Ryu, bangga cewek secantik Shishi adalah mantannya.

“Makin ngaco, nih! Gak mungkin banget. Hahaha!” Ryu tertawa makin keras dan memegangi perutnya, Echan memutar bola matanya malas.

“Lagi pada gosip apaan, nih?” Jemian menghampiri kerumunan di sudut kelas itu.

Ryu yang melihat Jemian sedari di pintu mula dan tatapannya mengarah ke Shishi langsung nyeletuk, “Nah! Kalo dia baru gue percaya pacarnya Shishi! Iya, kan?”

Atmosfir di sekitar seketika berubah, semua mendadak diam termasuk Echan sendiri.

“Jemian pacar gue!” Lia menarik tangan Jemian dan menggenggamnya.

tbc