28. Tatapan

318 46 11
                                    

Shishi kira berangkat sekolah kepagian, ternyata nggak terlalu. Udah lumayan banyak murid sekarang.

“Inget ya, sekarang aku pacar kamu. Kamu jangan dengerin apa kata orang tentang kamu.” Theo ini seneng banget sentuh pucuk kepala Shishi, mau itu dielus, diacak-acak atau dirapikan rambutnya.

Shishi cuma ngangguk dan senyum aja. Dia sadar lagi-lagi dirinya pagi ini jadi pusat perhatian anak-anak. Mereka berbisik-bisik, pasti karena kemarin diantar sama Jeff dan sekarang Theo. Sampai Theo udah pergi pun setiap langkah Shishi kayak pusat perhatian gitu.

Shishi udah membiasakan diri dengan keadaan ini, keadaan tentang dirinya yang dipandang rendah sama satu sekolahan ini. Iya, setelah kejadian Jeff yang cium paksa Shishi kemarin nama Shishi udah kotor banget, gak ada yang mau peduli Shishi dipaksa apa bukan.

“Eh eh jalang lewat.” Di setiap langkahnya ada aja yang gunjing Shishi meskipun gak langsung di depan wajahnya.

Dan bisikan lainnya.

Gak bisa dipungkiri Shishi tersinggung, sesak dan sakit mendengar gunjingan mereka. Tapi dia cuma bisa diam seolah dia baik-baik saja, iya Shishi harus kuat gak boleh nunjukin ke mereka kalau dirinya lemah.

Shishi merasa sekarang tak lebih dari sampah di mata mereka, dan rasanya itu ... Shishi pengin menghilang aja di muka bumi ini. Kalau bisa memutar waktu, maka yang bakal Shishi lakuin adalah gak akan mau kenal dengan cowok yang namanya Jeffano, dia kan yang selalu bikin keadaan kacau?

Sampai akhirnya Shishi sekarang papasan sama genknya Yerii, mereka jumlahnya ada empat dan kayak halangin jalan Shishi gitu.

“Permisi, Kak.” Shishi gak mau cari masalah.

Yerii melipat tangan di dada. “Gue bilang juga apa, gaes. Ni cewek semalam pacarnya ganti lagi, pake sok-sokan sakit segala lagi, padahal gue yakin mau berduaan sama cowoknya itu di dalam.”

“Eh seriusan lo?” timpal temannya karena memang tidak diundang di ulang tahun Lia.

“Eh lo, mending keluar aja deh dari sekolah ini. Malu-maluin sekolah kelakuan lo.” Yerii mendorong bahu Shishi

“Yerii!” Suara lantang seseorang dan itu Junior si ketos.

Yerii memutar bola mata malas. “Mau belain mantan?” tanyanya tertawa sinis.

“Jangan ganggu Shishi lagi, atau gue bawa lo ke ruang BK karena pembullyan.”

“Pembullyan? Bully apa sih gue gak pernah bully dia, cuma ngingetin kelakuan gak benernya aja,” ketus Yerii gak terima.
“Cabut ah gaes, cewek ini para mantannya suka tiba-tiba jadi bodyguard,” ajak Yerii pada genknya dan mereka pun pergi.

“Makasih, Kak. Tapi harusnya Kakak gak usah belain Shishi,” ujarnya pelan.

“Shi, kamu gapapa, kan?” Junior mendekat.

Shishi gak mau jawab. “Maaf, duluan, Kak,” balasnya langsung melanjutkan pergi.

Dia pasti kasihan sama gue atau kalau nggak jijik sama gue.

Shishi berjalan cepat dan masuk ke dalam kelas. Ternyata dia emang gak kepagian berangkat, pasti karena kelamaan sarapan tadi sama Theo, kelamaan ngobrolnya maksudnya.

“Datang juga lo,” sambut Lia dengan cerianya, bangku Shishi dari tadi kayaknya didudukin sama Jemian.

Shishi cuma diam dan nyimpan tas di mejanya terus duduk di bangku Echan, bangkunya kan didudukin Jemian.

Eh ada sesuatu yang menarik perhatian Shishi, kenapa dirinya gak nyadar dari tadi pas masuk kelas? Di sini sekarang ada Jenov, dia duduk si samping Yezy, kayaknya mereka balikan soalnya senyum-senyum gitu dua-duanya. Melihat Jenov ingatan Shishi tiba-tiba melayang pada saat malam tadi, Jenov yang dengan seenaknya cium Shishi dan bilang jalang, lagi-lagi gadis itu cuma bisa senyum miris.

“Mereka balikan,” bisik Lia yang menyadari tatapan Shishi, dan Shishi diam aja gak mau peduli.

Jemian mulai bersuara, “Tadi malam gue lihat lo ditarik sama dia, terus pergi ke belakang. Ngapain?” tanyanya dengan muka dan mata menunjuk ke arah Jenov.

“Hah seriusan?” Malah Lia yang menanggapi. “Kok gak bilang aku sih?” Lia mencuatkan bibir.

“Eh.” Sedangkan Shishi bingung mau jawab apa, gak mungkin dia bilang kalau Jenov ngajak balikan lagi atau bilang Jenov cium dirinya tanpa izin tadi malam.

“Cuman ngobrol biasa, kok,” balas Shishi akhirnya datar.

“Gue tebak pasti ngajak balikan,” ujar Lia menjentikkan jarinya dan mata memicing. Shishi mau mengiyakan ucapan Lia tapi rasanya ogah karena kenyataannya Jenov balikan sama Yezy, dan akhirnya Shishi lagi-lagi diam.

“Shi, gue kangen lo yang cerewet.” Nada bicara Lia berubah pelan, ia menopang dagunya dan tatapannya sendu.

Iya, Li. Kalau bisa jujur gue setengah hati menjalani hidup sekarang, semua orang udah anggap gue jalang dan sampah.

“Makasih kalian masih setia jadi temen gue,” lirih Shishi akhirnya menatap Lia dan Jemian. Dia masih berani ke sekolah karena mereka.

“Udahlah, Shi. Jangan mikirin masalah kemarin, lo tetap sahabat gue mau gimana pun keadaan lo.” Shishi hanya tersenyum membalas ucapan Lia.

Jemian kembali bersuara, “Sekarang lo udah resmi kan sama Kak Theo?”

“Iya,” jawab Shishi pelan sambil mengangguk. Shishi terpaksa bohongin mereka, karena kesepakatan dirinya sama Theo, pura-pura pacaran termasuk di depan mereka.

Jemian tersenyum. “Baguslah, gue seneng dengernya. Sekarang lo ada yang lindungin.” Ucapan Jemian ini terasa ambigu buat Shishi, ah mungkin karena dirinya yang masih sayang sama Jemian.

“Shi, pokoknya lo bakal jadi sahabat nomor satu gue selamanya,” ujar Lia lagi, Shishi harap Lia gak sepemikiran sama dirinya tentang Jemian saat ini.

“Gue gak bisa bayangin kalo kita harus kayak lo sama Yezy akhirnya,” lirih Lia masih belum diam.

Eh? Shishi sama Yezy? Iya, Yezy sahabat Shishi awalnya. Shishi, Yezy sama Lia selalu sama-sama bertiga. Sampai dimana Shishi jadian sama Jenov dan brengseknya Jenov diam-diam pacarin Yezy juga di belakang Shishi. Persahabatan mereka hancur cuma gara-gara cowok, termasuk antara Yezy dan Lia karena Yezy juga memutuskan menjauh. Sebenarnya Shishi suka sedih kalau inget ke sana, pengin persahabatannya balik lagi kayak dulu, tapi sayangnya Yezy suka cari masalah sama Shishi layaknya musuh.

“Cukup Yezy yang pergi, ya? Antara kita jangan ada yang berkhianat,” ujar Lia yang sukses membuat Shishi membeku.

Apa maksud perkataan Lia? Dia takut Shishi rebut Jemian darinya? Atau dia menyadari perasaan Shishi buat Jemian?

“Ngomong apa sih, lo?” Shishi tertawa kecil mencoba mencairkan suasana. “Kita selamanya tetap kayak ginilah,” lanjutnya dengan pasti.

Lia ikut tertawa dengan begitu manisnya, dia juga cantik, serasi sama Jemian. Shishi juga gak bisa bayangin kalau akhirnya mereka berakhir kayak sama Yezy.

Tenang, Li. Gue tahu gimana rasanya diselingkuhin apalagi sama sahabat sendiri. Gue gak akan mungkin rebut Jemian dari lo. Gue udah berusaha lupain Jemian, kalaupun tetap gak bisa, gue mungkin bakal simpan buat sendiri aja perasaaan ini.

Shishi lirik Jemian yang sedari tadi diam dan ternyata dia tengah lihatin Shishi tajam banget. Lia gak bakal lihat tatapan Jemian karena posisi Jemian di belakang Lia. Dan tatapan Jemian itu Shishi gak bisa mengartikan, karena dia sering banget ditatap seperti itu sama Jemian.

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang