13. Awal

362 58 17
                                    

Harusnya Shishi minta maaf kan sama Lucky? Iya, minta maaf atas nama Jeff dan minta maaf Shishi udah kecewain dan malah menganggapnya selama ini teman. Shishi harus ngomong langsung, lewat chat kan sudah diblokir.

“Mau ke mana lo?” Itu Echan, sangat kebetulan mereka papasan.

“Ada urusan bentar,” jawab Shishi datar.

“Ngikut, ya? Gue abis denger gosip soalnya.” Echan dengan santainya malah ngekorin Shishi.

“Gosip?”

“Iya, gosip lo putus sama Lucky gara-gara ketahuan sama pacar lo yang preman dan Lucky digebukin,” ujar Echan dengan santainya.

Langkah Shishi langsung terhenti dan berbalik menatap tajam. “Chan, lo tau sendiri–”

“Judul gosipnya pagi ini emang gitu! Itu yang diomongin siswa siswi sekolah kita sekarang. Iya, gue tau lo sama Lucky gak jadian dan Jeffano itu bukan preman dan bukan pacar lo,” potong Echan nyerocos.

Shishi menghela napas panjang, ia udah duga munculnya Jeff itu cuma nambah masalah. Dan Lucky Shishi gak nyangka dia sebarin berita itu seenaknya dia, berita yang bener-bener merugikan Shishi.

“Lo beneran mau ke kelas Lucky?" tanya Echan dan Shishi diem aja.

“Lo gak malu, Shi? Kakak kelas semua isinya anjirrr.” Echan heboh sendiri di belakang.

“Gue gak minta ditemenin, ya. Kalo emang lo malu balik lagi sana.” Tanpa menoleh sedikitpun, Shishi berucap dingin. Emosi sudah menguasai.

“Nggak lah, Shi.” Echan bergumam dan nyaris gak terdengar, kayaknya dia agak atur jarak sama Shishi, udah pasti dia malu.

Kebetulan Lucky ada di koridor samping kelasnya. Dengan penuh keberanian Shishi menghampiri.

Lucky yang menyadari kedatangan Shishi langsung senyum tertarik, ia melipat tangannya di dada.

Awalnya Shishi mau minta maaf, sekarang gak jadi.

“Kenapa Kakak malah sebarin hoax?” tanyanya berusaha tenang dan nanya secara baik-baik.

Lucky tertawa. “Hoax lo bilang? Buktinya udah jelas ini gue babak belur digebukin pacar lo yang kayak preman!” Ini bukan Lucky yang Shishi kenal, dia teriak-teriak dan tatapan matanya begitu menyeramkan.

“Tapi dia bukan pacar Shishi,” jawab Shishi masih mencoba menahan emosi.

“Bukan pacar? Ah ya kalian langsung putus semalam, ya? Atau lo ketahuan selingkuh lagi sama cowok yang tadi anterin lo? Ada berapa sih pacar lo? Banyak bener. Gue pasti cuma salah satu dari banyaknya korban lo.”

Tangan Shishi terkepal erat, pengen dia gampar atau maki-maki.

“Kak, gue minta maaf karena selama ini malah anggap kakak teman. Gue bodoh, malah nungguin kakak nembak gue duluan buat nolak kakak,” ujar Shishi mati-matian mengatakan itu.

Wajah Lucky semakin merah padam, tangannya mencengkram pergelangan tangan Shishi secara tiba-tiba lalu tubuh cewek itu dia dorong ke tembok, kasar banget. Perkataan Shishi buat dia marah. Sebelah tangannya mulai naik mencengkeram rahang cewek itu.

“Itu lebih parah, Shishi! Lo peka sama perasaan gue tapi lo malah nungguin gue nembak buat nolak gue? Gue bisa terima kalo lo cuma anggap gue teman dan gak sadar sama perasaan gue, tapi ini?” Lucky bener-bener marah saat ini, rahangnya benar-benar mengeras dengan tatapan merahnya itu.

“Woy, lo apain temen gue!” Echan dari kejauhan berlari menghampiri. Ternyata Echan emang atur jarak sedari tadi.

Echan menarik Lucky kasar dan mendorongnya.

“Gila lo! Kasar sama cewek!” sarkas Echan.

Sepertinya kejadian ini mulai menarik perhatian dan membuat banyak murid menonton mereka.
Lucky tertawa. “Gue denger lo juga korbannya Shishi, kan? Korban yang berpura-pura menjadi sahabatnya?”

Bugh~ Echan menonjok wajah Lucky membuat Shishi histeris.

“Chan, udah, Chan.”

“Korban yang kini menjadi pahlawan,” sambung Lucky benar-benar seperti rela dipukuli, tidak meringis atau kesakitan sama sekali, malah seperti tertawa senang.

“Bilang aja lo masih punya perasaan kan sama si pelacur murahan ini?”

Bugh~

Hampir semua yang ada di sana kini menjerit karena kebanyakan anak perempuan. Echan semakin membabi buta menghajar Kakak kelasnya itu. Shishi juga terkejut dan sakit sama ucapannya itu.

Sehina itu Shishi? Dan serendah itu Shishi karena punya banyak mantan? Matanya udah panas banget menahan agar gak nangis di sini.

Dengan napas memburunya Echan berkata, “Lo pantas dapetin pukulan dari Jeffano semalam. Dan gue yakin Jeff gak asal main pukul lo kalo lo gak cari gara-gara,” tutup Echan langsung berdiri dan narik Shishi pergi dari sana. Membelah kerumunan orang untuk jalan mereka berdua.

“Gimana coba kalo gue gak temenin lo,” gumam Echan yang masih narik tangan Shishi kencang.

“Shi,” panggilnya, dan yang dipanggil diam, cuma nunduk dan nangis tanpa suara.

“Shi, astaga lo nangis?” pekiknya setelah membalikkan tubuhnya dan melihat keadaan cewek itu.

“Chan, gue mau pulang sekarang,” lirih Shishi masih menunduk.

“Pulang? Oy bentar lagi juga masuk.”

“Pokoknya gue mau pulang!” Kekeh Shishi, dia gak bakalan konsen belajar.

“Jangan pulang, mending lo di UKS aja buat jam pertama.”

“Echan ...,” melas Shishi.

“Di UKS aja, nanti biar Lia temenin lo.”

Tapi bukan itu maksud Shishi sekarang. “Bener apa kata Kak Lucky, lo korban gue ngapain mau jadi sahabat gue dan peduliin gue?”

Echan berdecak kecil. “Korban apaan? Emang lo dulu mainin gue? Emang lo dulu selingkuh? Dulu juga kita putus secara baik-baik dan keputusan bersama. Karena kita gak cocok buat jadi pacar, kan?” cerocos Echan mulai.

Shishi mengangguk, iya pacaran terabsurd Shishi itu sama Echan. Mereka gak bisa romantis, katanya pacaran tapi gak ada sweet-sweetan apalagi skinship. Gak pernah panggil-panggil sayang, pas nyoba pegangan tangan berdua juga kayak geli aneh gitu, dan akhirnya mereka memutuskan untuk kembali menjadi teman dan parahnya sahabat paling deket, Echan juga jadi tempat curhatnya Shishi kalau lagi ada masalah.

Waktu itu setelah putus sama Echan gak lama Shishi pacaran sama Jemian, dimulai ketika itulah Echan jadi temen curhat Shishi.

Echan juga tahu pas Shishi gak sengaja putusin Jemian dan Jemian langsung terima gitu aja. Tapi tidak tentang perasaan Shishi sama Jemian yang masih tersisa sampai sekarang, setelah itu Shishi gak pernah cerita apa-apa lagi sama Echan tentang Jemian.

“Pokoknya gue mau pulang, Chan, sebelum gerbang tutup. Tas gue biar Lia yang bawa pulang nanti,” ujar Shishi menatap Echan dan tanpa persetujuan dia berbalik.

“Gue anterin lo!” Bukan, itu bukan Echan melainkan Jemian.

“Gak usah bilang Lia gue yang anterin,” lanjut Jemian pada Echan.

Maksudnya? Kenapa Lia gak usah tau?

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang