38. Ungkapan

292 47 47
                                    

38
“Shishi makan dulu, ya? Ryu udah masakin,” ujar gadis itu menyerahkan sepiring nasi goreng.

“Makasih, ya?” balas Shishi yang langsung menyantapnya.

“Shishi belepotan, tapi lucu.” Ryu mengusap nasi yang terdapat di bibir Shishi langsung dengan jarinya tanpa jijik.

Shishi tertegun mendapat perlakuan Ryu yang menurutnya agak aneh itu, sebenernya gadis itu sudah menyadari ketika Ryu yang memeluknya erat ketika tidur bahkan mengendus rambutnya.

Tak mau berpikiran aneh Shishi melanjutkan makannya.

“Lo gak makan?” tanya Shishi.

“Ryu jarang makan malam kalo gak lapar banget,” balasnya yang tak henti memerhatikan Shishi dengan intens, terutama ke arah bibir tipis Shishi yang terus mengunyah.

“Shi, di saat kita berdua kita bicaranya kayak kita waktu SD aja dong, biar nyaman aja,” lirih Ryu mempoutkan bibirnya.

Shishi tertawa mendengar itu. “Nggak ah, gue gak biasa lagi. Kalo sama yang lebih tua bisa aja,” balasnya yang sudah selesai makan itu. Berlanjut minum dan di situ Ryu memerhatikan cara minum Shishi.

“Shishi bisa anggap Ryu kakaknya Shishi kok.”

“Geli lah, Ryu. Kakak apanya, orang tuaan gue juga.”

Ryu mendengus sekarang, ia melirik ponselnya yang ternyata Jemian terus spam chat.

.
.

“Maaf, Shi. Ryu mau nanya. Beneran Shishi gak bakalan pernah pacaran lagi?” tanya Ryu yang kini mereka sama-sama di teras depan rumah.

“Gue gak mau lagi kenal cowok manapun, gue juga kayaknya gak bakalan pernah nikah,” jawab Shishi tersenyum sinis, baginya semua cowok itu brengsek dan pernikahan itu hanya omong kosong, dengan menikah belum tentu kita bahagia itu pikirnya apalagi mengingat kelakuan ayah dan ibunya.

“Termasuk kalo cowok itu Jemian?”

“Apaan bawa-bawa pacarnya Lia,” gerutu Shishi meski sebenarnya hatinya masih mengakui perasaannya itu.

Ryu tersenyum dan akhirnya mendekap Shishi dengan erat. Shishi menganggap pelukan itu adalah pelukan persahabatan tapi tidak dengan Ryu sendiri.

Cup~

Ryu mengecup pipi Shishi dengan masih memeluknya, tentu Shishi tersentak.

“Gemes sama Shishi, pengen ciumin,” lirihnya menenggelamkan wajahnya di tengkuk Shishi.

Shishi yang awalnya terkejut kini menormalkan kembali ekspresinya, dan ikut tertawa ketika Ryu menggelitik perutnya.

Jemian Navarro Sakti! Pemuda itu terkejut bukan main melihat kedekatan antara Shishi dan Ryu yang di matanya itu tidak masuk akal untuk kedekatan seorang perempuan dengan perempuan lagi.

“Shishi! Pulang, yuk!” ujarnya secara langsung dan sangat tiba-tiba.

“Jemian, kenapa lo bisa tau gue di sini?” Shishi langsung berdiri dari pangkuan Ryu, ya baru saja Ryu mendudukan Shishi di pangkuannya.

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang