10. Lelah

368 56 8
                                    

“Gimana sama Kak Theo? Ada kemajuan?” tanya Lia menyenggolkan bahunya ke bahu Shishi, dan senyumnya itu godain Shishi banget.

Setelah pertemuan pertama Shishi sama Theo waktu itu mereka jadi sering chat. Dan Theo pernah sekali anterin Shishi pulang pas cewek itu di rumah Lia.

“Theo siapa lagi anjirrr?” Kepala Echan tau-tau ada di samping kepala Lia, Shishi sama Lia sama sekali gak sadar.

“Dia crush Shishi yang baru, gak usah ikut campur ah lo mah.” Lia mempoutkan bibir dan melipat kedua tangannya di dada.

Echan memang sahabat baik Shishi, tapi karena mereka berbeda gender jadi Shishi gak seterbuka sama Lia. Cewek kan kalo curhat suka bisik-bisik. Dan persahabatan cewek sama cowok itu gak bakalan ada yang kayak cewek sama cewek.

“Lah terus Lucky?” Echan menopang dagunya dan siap mendengarkan dengan khidmat.

“Gue gak ada apa-apa ya sama Kak Lucky,” jawab cewek itu cepat dan sedikit merengut.

“Berarti sama Kak Theo ada apa-apa, ya?” Lia melirik Shishi dan sedikit mengedipkan matanya, Lia ini paling jago memojokkan seperti ini.

“Ih gak gitu,” tukas Shishi masih merengut, dan Lia hanya terkikik aja.

“Desas-desus lo jadian sama Lucky udah nyebar kan satu sekolah ini? Apalagi kemarin dia anterin lo pulang.” Echan mulai terdengar serius.

Lia menimpali dengan ketusnya, “Iya tuh. Pokoknya gue gak setuju lo sama Kak Lucky ya mau seganteng dan sepopuler apa pun dia di sekolah ini. Lo harus sama Kak Theo, titik!”

“Woy! Kenapa lo ngatur-ngatur Shishi?” Echan mendorong meja yang ditempati Shishi dengan kakinya, “Ngebet banget Shishi buat jadian sama Theo! Kenapa bukan lo aja yang pacarin tuh si Theo,” lanjutnya dengan sewot, Echan paling tahu kalau Shishi itu paling tidak suka dijodoh-jodohkan, kayak yang nggak laku aja katanya.

Senyum aja sih Shishi melihat kelakuan dua sahabatnya itu, mereka gak pernah akur dalam berpendapat. Ya, persahabatan Lia sama Echan sama halnya persahabatan Shishi sama Echan juga. Sedekat itu.

“Kak Theo ini sepupu Jemian, Chan. Jadi kita kalau double date biar seru aja gitu kayak pas di festival itu, iya gak, Shi?” Lia melirik Shishi di akhir kalimatnya, matanya begitu berbinar mengingat itu hal paling menyenangkan dalam hidupnya.

“Apa? Kalian pernah double date? Wah parah nih kalian berdua gak ngasih tau gue!” gerutu Echan mengacak rambutnya lalu menggeleng-gelengkan kepala.

“Udah ah, Chan, gak penting juga.” Shishi berdiri dan mau keluar dari kelas. Jam istirahat kan jangan disia-siakan gitu aja.

Shishi terkejut banget, pas keluar dari pintu ia langsung mendapati Jemian, dan tatapannya itu selalu beda, entah apa Shishi gak bisa ngerti. Yang pasti itu selalu membuatnya berakhir galau.

Jadi, tiap Shishi sama Jemian ketemu mata ke mata itu kayak mata mereka sama-sama lagi komunikasi, tapi Shishi sendiri gak tau apaan. Dan Shishi nganggapnya karena ia masih ada rasa aja sama Jemian jadi suka ngerasa gitu.

“Tuan putri lo ada di dalam tuh,” ujar Shishi datar menunjuk dengan dagu dan bermaksud melanjutkan langkah, sok cuek sekali Shishi ini.

Tapi, Jemian mencengkeram pergelangan tangan Shishi. Terkejut? Pasti. Deg-degan? Apalagi.

“Kenapa?” tanya Shishi, melirik tangannya yang ditahan Jemian.

“Ah gapapa,” jawab Jemian aneh banget. Dia berbalik lagi dan masuk ke kelas Shishi, menghampiri Lia pastinya.

Lia sama Jemian itu udah jadi makanan sehari-hari buat Shishi, panas, cemburu, sakit, miris Shishi rasakan. Mereka yang menurut Shishi terlalu nempel, lengket kayak perangko.

Shishi suka gonta ganti cowok tapi gak pernah seberani Lia yang nempelin cowok, meskipun yang dilakukan Lia masih dalam batas wajar dan mungkin Shishinya aja yang kuno dan membosankan, makanya suka cepat putus atau pacar Shishi selingkuh di belakang karena Shishi gak kayak cewek kebanyakan. Pikir Shishi.

“Shi, lo jadian sama Lucky?” Jenov muncul di belakang Shishi dan menepuk pundaknya.

“Dan menurut lo?” tanya Shishi datar, melanjutkan perjalanan dengan melipat tangan di dada.

Shishi emang rasanya udah males banget pacaran, gara-gara tiap hari liat Lia sama Jemian. Cowok seganteng apa pun yang nembak gak bakalan dia terima mulai sekarang.

“Cowok yang waktu itu di rumah lo gimana? Udah putus?” tanya Jenov.

Pertanyaan itu membuat langkah Shishi terhenti, untungnya Shishi hari ini gak mau nyakar orang kayak waktu itu karena beraninya bilang Jeff masih cowoknya.

“Dia mantan gue setelah lo,” jawab Shishi pada akhirnya dengan sangat malas harus menjelaskan.

Jenov menarik tangan Shishi dan membuat mereka bertatapan.

“Maksud lo?”

“Dia mantan gue setelah lo dan sebelum gue jadian sama Arjun. Arjun juga putusin gue gara-gara itu cowok labrak Arjun.” Shishi gak tau, kalau sama Jenov itu bawaannya suka nyaman dan rasanya bebas mau bicara apa aja. Iya, Jenov itu type orang yang nyaman buat diajak curhat.

“Dan sekarang lo sama Lucky?” lirih Jenov.

“Nggak,” jawab Shishi cepat.

“Gue beneran masih sayang sama lo, Shi. Gue beneran nyesel udah sakitin lo.” Lagi-lagi Jenov bilang seperti ini, Shishi memutar bola matanya malas.

“Nanti Yezy lihat dan dia gangguin gue lagi,” ujar Shishi cepat dan melirik ke sana-sini, Shishi masih ingat pas dirinya diguyur air waktu itu, sampai membuat Shishi demam berhari-hari, kan?

“Gue serius, Shi. Gue pengen balikan sama lo. Lo itu beda sama kebanyakan cewek, mungkin orang bilangnya lo gampangan karena gonta-ganti cowok tapi justru lo itu mahal banget, susah didapetin.”

Shishi tau maksud pembicaraan Jenov saat ini. Dia yang dulu pernah minta first kiss Shishi dan gak Shishi kasih. Iyalah, bagi Shishi pacaran itu bukan berarti harus saling menikmati tubuh. Sial, lagi-lagi Shishi keinget Jeff yang udah lancang banget sama dirinya.

“Jadi, di mata orang-orang gue ini cewek gampangan ya, Jen? Yang bisa dipacarin sama cowok mana aja,” tanya Shishi tertawa miris. “Karena itu gue sekarang males pacaran, apalagi balikan sama mantan, gak bakalan,” ujarnya masih merasa miris di hati, serendah itu dirinya.

“Shi, gue mohon. Kasih gue kesempatan.” Jenov menarik tangan Shishi lagi, dan cewek itu menarik tangannya cepat.

“Nggak, Jen. Udah gue bilang juga waktu itu, kalau kita balikan gue bakal keinget terus sama pengkhianatan lo. Beda kalo kita tetep temenan kayak gini, gue gak terganggu dengan pengkhianatan lo yang udah lalu.”

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang