19. Mual

460 58 20
                                    

"Makasih, Kak, udah jemput Shishi."

"Shi, kamu gapapa, kan?" tanya Theo setelah melepas helmnya dan natap Shishi dalam.

"Gapapa kenapa?" tanyanya mencoba cuek dan sok gak ngerti.

"Aku tau kamu abis nangis, kelihatan banget. Kamu juga diem terus dari tadi."

Shishi harus bilang, dari semua cowok yang dia kenal ... Theo itu yang paling perhatian dan kerasa banget, begitu detail dan kayaknya dia suka memanjakan gitu. Shishi emang nyaman sama Theo, cuma ya nyaman gak risih doang belum ada perasaan lebih.

"Iya, Kak. Akhir-akhir ini Shishi lagi banyak masalah, makanya jarang balas chat dari Kakak juga. Masalah keluarga, sih." Shishi menjelaskan.

"Kalau mau cerita jangan sungkan, ya? Atau kalau kamu lagi butuh sesuatu hubungin aku aja, aku bakal selalu ada buat kamu."

Shishi cuma ngangguk aja. Theo ini baik banget, Shishi gak sanggup harus sakitin dia. Gimana kalau dia kayak Lucky kemarin? Yang udah nganggap Shishi ini pacarnya? Apa Shishi harus bilang kalau dirinya gak bisa pacaran sama Theo dari sekarang?

"Ya udah kamu masuk." cowok itu mengacak rambut Shishi.

Lagi-lagi Shishi mengangguk dan tersenyum kecil memasuki rumah dengan sedikit pusing dan mual dia rasakan. Kayaknya gak enak badan, panas dingin juga dia rasa.

Mama Airin udah pulang jam segini?

Shishi lihat Mamanya itu lagi asyik main HP di sofa ruang keluarga. Ini pertama kalinya Shishi pulang sekolah ada mamanya di rumah, biasanya kerja atau jalan-jalan.

"Udah pulang kamu?" tanya mamanya tanpa melirik sedikit pun ke arah Shishi.

"Ya," jawabnya singkat. "Tumben jam segini di rumah." Entahlah, Shishi mempertanyakan ini, padahal biasanya dia cuek banget sama mamanya.

"Gara-gara kamu sih! Mama ditelepon pihak sekolah, tadinya mau ke sekolah eh ternyata pihak sekolah juga telpon papa kamu dan papa kamu malah nyuruh Jeff yang pergi," sewot Airin, kayaknya dia emang udah niat buat ke sekolah tadi.

"Ya udah mama udah telanjur izin sama bos dan udah pulang juga."

Shishi gak respons apapun lagi, langsung melanjutkan langkah.

"Lagian apa-apaan sih kamu, nyelakain anak orang gara-gara cowok, gara-gara Jenov kan pasti?" Pembahasan mamanya mengenai cowok pasti selalu Jenov, meskipun sekarang ada benernya juga.

Padahal Shishi pengin ditanya sama mamanya itu gini, Kamu kenapa? Lagi ada masalah? Sini cerita sama Mama. Tapi selalu main salahin.

Shishi bukan pengin dimanja, tapi sedikitnya pengin diperhatiin dan dianggap berharga sama orang tuanya.

"Untungnya Jeff yang datang bukan Mama, kalo Mama yang datang bisa malu." Teriris banget dengar ini. Langkah Shishi yang sempat terhenti dia lanjutin lagi.

"Mau dipenjara kan tadi kamu? Untungnya Jeff bisa atasi masalah itu, jadi kamu gak jadi dipenjara."

Jeff atasi masalah?

Langkah Shishi yang udah nyampe tangga itu berhenti kembali, langsung menoleh.

"Makanya, Shi. Kamu bandel banget deh Mama bilangin. Kamu sama Jeff aja jangan sama cowok lain, cuma Jeff yang terbaik buat kamu. Apalagi sekarang kamu berhutang banget sama Jeff karena udah lepasin kamu yang hampir mau dipenjara."

"Berhutang?" Shishi bingung.

"Iya! Kamu gak tau? Jeff nyogok orang tua anak yang kamu celakai itu senilai lima puluh juta. Emang kamu pikir kenapa mereka batalin penjarain kamu gitu aja? Ya karena Jeff. Karena itu sekarang kamu mending balik lagi sama Jeff."

Tangan Shishi gemetaran sekarang, matanya juga udah bercucuran tanpa dia mau.

Jeff bajingan! Siapa suruh nyogok orang tua Yezy! Gue lebih baik dipenjara!

Menangis tanpa suara dengan kepalanya perlahan sakit banget, Shishi terduduk tiba-tiba dan gak inget apa-apa lagi.

~

Shishi buka mata tahu-tahu ada di kamar dan masih mengenakan seragam sekolah, entah berapa lama dia pingsan.

Rasanya ada sesuatu yang pengin keluar dari perut Shishi ke atas, mual banget.

Tanpa menunggu lagi, Shishi lari ke toilet buat muntah. Ia masuk angin kayaknya.

"Shishi! Kamu kenapa?" Airin menghampiri dan lihat anaknya itu yang masih muntah tanpa keluar apa pun, perutnya juga udah sakit banget karena udah gak ada yang bisa dimuntahin.

"Kamu hamil?"

Sontak mata Shishi melebar, kemarin papanya sekarang mamanya?

"Anak siapa, hah? Mending kalo itu anak Jeff!"

Shishi cuma bisa menahan amarah, berdiri lalu melangkah tanpa mempedulikan mamanya.

"Gapapa kalo kamu hamil, Mama tau tempat buat gugurin kandungan." Mamanya mengikuti di belakang.

Mendengar ucapan mamanya, Shishi gak bisa nahan air mata lagi dan ia berteriak keras, "Mama!" bentaknya, "Kenapa Mama setega itu?"

Tidak apa-apa kata mamanya hamil, padahal Demi Tuhan Shishi masih menjaga kesuciannya.

"Tega gimana! Buat kebaikan kamu juga. Emang kamu pikir kenapa kamu menjadi anak tunggal?" Airin balas berteriak.

Apa? Maksudnya? Shishi menatap nyalang.

"Iya! Mama udah sering ke tempat itu buat aborsi adik-adik kamu. Harusnya Mama juga aborsi kamu dulu pas Mama hamil di seusia kamu ini, sayangnya mama masih takut waktu ngandung kamu. Jadi–" Ucapan mamanya terhenti ketika Shishi meraung keras, ia menangis sejadi-jadinya karena orang tuanya lagi.

"Kenapa gak aborsi gue juga! Kenapa gak bunuh gue juga!" teriak Shishi tak sadar apa pun lagi.

Shishi emang udah tau lama kalau dia itu anak yang terlahir di luar nikah, itu bisa dia terima, tapi aborsi ... rasanya dia terpukul banget, apalagi mengaborsi janin yang harusnya jadi adiknya.

"Ayo, Ma. Bunuh gue, bunuh gue sekarang juga! Pukulin gue! Gue lebih baik disiksa dan dipukul daripada dibesarkan dengan cara gini!" Shishi terus narik tangan Mama Airin meminta agar dirinya dipukuli.

Memang, seumur hidup mama ataupun papanya gak pernah mukul dirinya. Sekalipun Shishi buat kesalahan, gak pernah sekalipun.

"Shishi! Kamu kenapa, sih? Kamu hamil kenapa lampiaskan sama Mama!"

"Gue gak hamil, Gobl*g! Gue lagi sakit!" teriak Shishi makin gak keruan.

Iya, gue udah durhaka ngatain ibu kandung gue sendiri.

"Serius, kamu?" tanya Airin pelan banget.

"Gue gak bejat kayak lo!" Shishi masih berteriak, "Ayo pukul gue! Pukul! Sekalian bunuh gue!"

"Apa sih gak jelas banget kamu malah pengen dipukul." Airin melepas paksa tangan Shishi yang terus memegang tangannya, setelah itu keluar begitu saja.

"Mama, Shishi mau dipeluk. Kayak waktu Shishi masih TK dulu," lirih Shishi meringkuk di lantai yang dingin itu menatap daun pintu, berharap mamanya kembali dan memeluknya.

Shishi pusing, dan seluruh badan ia rasakan sakit. Dan perlahan hidungnya ia rasakan panas banget, sesuatu keluar di hidung  sampai dia lihat di lantai, hidungnya keluar darah.

"Ya ampun, Shishi. Lo kenapa?"

tbc

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang