45. Lia

301 39 23
                                    

Banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalanan itu, dan di saat itulah pikiran Shishi buntu.

Ia berjalan untuk menabrakan diri ke salah satu mobil.

Bruk~

Tubuh gadis itu terhempas ke samping karena seseorang menariknya. Orang itu Jemian dengan wajah pucatnya menatap sengit dan tajam.

“Shishi! Kamu udah gila, hah?!” teriaknya begitu dengan dada yang naik turun.

“Biarin aku mati,” isak Shishi begitu pilu dan menyedihkan.

Hati Jemian ikut sakit melihat itu, ia langsung tarik gadis itu ke dalam pelukannya begitu erat.

“Maaf, semua salahku,” bisik pemuda itu begitu penuh penyesalan.

“Kamu di posisi sekarang ini karena keberengsekan aku.”

“Na, sekarang Lia tau, kan? Lia pasti kecewa banget sama seperti halnya Echan,” suara Shishi begitu parau, tangisannya semakin menjadi.

“Lia sekarang pasti benci banget sama aku,” lirihnya benar-benar putus asa.

“Gapapa, jangan pikirin Lia. Semuanya salahku, aku yang udah maksa kamu, kan?” Jemian mengusap wajah Shishi yang basah itu.

“Ya ampun, Shi. Lo panas?” Pemuda itu beralih memegang dahi Shishi.

Shishi dengan tatapan lemahnya perlahan jatuh tak sadarkan diri membuat Jemian semakin khawatir, gadis itu akhir-akhir ini memang sering jatuh pingsan.

***

Hal yang tak asing lagi, Shishi terbangun di ranjang rumah sakit dengan keadaan kepala yang begitu tak tertahankan. Dilihatnya Jemian tertidur dengan posisi duduk dan kepala di dekat lengannya.

Shishi tersenyum melihat itu, ia mengusap rambut Jemian pelan dan membuat sang empu terbangun.

“Udah bangun?” ujar Jemian dengan wajahnya semringahnya.

Tangannya langsung mengusak kepala Shishi, tapi detik berikutnya ia tertegun ketika pandangannya teralih ke luka lebam di wajah gadis itu dan tak hanya satu.

“Siapa yang udah lakuin ini ke kamu?” lirihnya mengusap lebam itu.

Gadis itu menggigit bibir dan hanya diam, ia merasa sangat pantas mendapatkan pukulan-pukulan itu.

“Aku cuma jatoh, pasti gara-gara kamu serempet tadi,” lirih Shishi pelan, berusaha sebiasa mungkin.

Pemuda itu menggeleng. “Nggak. Ini bekas pukulan. Dokter udah jelasin, ada luka juga di punggung dan perut kamu.”

“Tapi aku gapa–”

“–Ini kriminal! Kamu harus lapor polisi!” potong Jemian menatap tajam.

“Cepet bilang siapa orangnya?” desaknya tak sabaran.

“Aku gak tau siapa aja, mereka banyakan,” jawab Shishi akhirnya ia menunduk, tentu ia takkan menyebutkan satu identitas pun.

“Gara-gara video itu?” tanya Jemian menghela napas beratnya.

“Dari dulu juga aku emang suka digituin, kan?” Shishi masih terus saja menunduk, tiba- tiba ia mengingat Echan yang mengabaikannya saat ia dalam kesulitan tadi.

“Aku minta maaf, semuanya karena aku.” Jemian menggenggam kedua tangan Shishi.

“Maaf gak akan mengubah apa pun, apalagi keadaan.”

Air mata Jemian kembali menitik, sadar karena keberengsekannya itu membuat gadis di depannya dalam masa sulit.

“Aku janji, gak akan ninggalin kamu.” Jemian menarik Shishi ke dalam pelukannya yang erat.

Nggak, Shishi yang akan pergi. Meskipun saat ini hanya Jemian orang yang dia punya di dunia ini.

“Dokter bilang kamu kemarin juga dirawat di sini? Kenapa gak cerita?” tanya cowok itu kini setelah mengusap air matanya.

Shishi merutuk dalam hati, kenapa harus rumah sakit yang sama dan ditangani oleh dokter yang sama.

“Shi, kenapa?”

“Aku cuma gak mau buat kamu khawatir, itu aja.”

Jemian mengusap wajahnya kasar. “Tapi tetep aja, harusnya kamu kabarin aku. Aku ini pacar kamu, Shi!”

“Pacar kamu bilang? Nggak, gak ada status apa-apa antara kita. Kita cuma bermain api, berselingkuh dan apa pun itu namanya.”

“Shi, please! Jangan gini, kita udah sejauh ini, aku udah hancurin kamu, aku udah buat kamu dalam masa sulit.” Jemian mengeraskan rahangnya sangat benci ketika Shishi mengatakan itu.

“Lalu Lia? Kamu benar-benar rela melepas dia? Nggak, kan?”

Jemian langsung diam, hatinya mengakui ketidakrelaan itu, ia begitu menyayangi Lia dan tak ingin melepasnya.

“Dengan aku di sini, aku udah buktiin kalau aku lebih pilih kamu!” ujar Jemian pada akhirnya dengan pasti, meski pun setengah hatinya menyesal telah melukai Lia dan ingin berlari ke arah Lia.

Tangisan Shishi kembali semakin menjadi, ia sudah merebut Jemian dari Lia dan sudah menghancurkan dirinya sendiri. Semua orang akan mengenal betapa gilanya Shishi yang tega merebut pacar sahabat sendiri.

Dan keduanya kini sama-sama terlarut dalam tangisan.

Andai Jemian bisa membentengi perasaannya untuk Shishi semuanya pasti baik-baik saja, andai Jemian tak selalu ada di setiap Shishi menangis cinta di hati Jemian takkan kembali tumbuh, kan? Dan andai Shishi bisa membuang perasaannya pada Jemian dari awal, mereka tak akan serumit sekarang.

Jadi, salah siapa di sini? Salah mereka semua.

***

Di sisi lain, Lia yang dengan mata sembabnya habis menangis hanya diam setelah membanting ponselnya dengan keras ke dinding. Jemian tidak bisa dihubungi, dan tidak memberikan penjelasan apa pun perihal hubungannya dengan Shishi padanya, meminta maaf pun tidak ada.

Semuanya sekarang sudah berakhir, persahabatan dan juga asmaranya benar-benar hancur, terlebih hatinya.

Sudah begitu lama ia menahan kepura-puraan ini. Sejak Shishi menginap di rumahnya, ia yang melihat Jemian tak sengaja mencium bibir Shishi. Lia masih mencoba memahami karena Jemian mengira itu dirinya, Lia memilih berpura-pura tidak tahu.

Dan CCTV di rumahnya! Jemian yang mengendap memasuki rumah Lia saat Lia masih di sekolah, cowok itu mengobati luka-luka Shishi dan memberikan perhatian lebih itu, Lia melihatnya.

Hal yang tak wajar dilakukan sekalipun itu hanya sebagai teman.

Saat Jemian yang perlahan tak ada waktu untuknya, saat Shishi menjadi lebih tertutup, saat itulah Lia memilih membiarkannya. Gadis itu berharap Shishi mau mengalah dan memilih melepas Jemian.

Namun, nyatanya Shishi dan Jemian berciuman di UKS dan saling mengungkapkan perasaan, Lia tidak tahan lagi. Meski dengan dada yang bergejolak marah dipenuhi dendam, Lia memilih diam-diam merekam adegan mereka di sisi tirai dan menyebarkannya!

Ah tidak hanya itu, Lia juga menyebarkan tentang Shishi yang anak di luar nikah hingga banyak orang yang mengatai Shishi anak haram. Tentang mamanya Shishi yang jalang Lia juga yang membuat gosip dan menyebarkannya.

Kita impas, Shi. Lo yang duluan nyakitin gue, gue juga bisa hancurin lo dan membuat semua orang benci sama lo.

Lo yang hancurin persahabatan kita, gue hanya mengikuti permainan lo.

“Gue udah pukulin dia habis-habisan tadi, Li.”

“Ah makasih, Kak Yerii.”

tbc

Jadi, di sini tuh gak ada peran siapa antagonis siapa protagonis dan suci tanpa cela. Setiap orang sama2 punya semua dua sisi itu, tergantung tiap situasi dan keadaan.

GREED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang