Pipi sebelah kanan Shishi sekarang begitu panas karena tamparan keras itu, rasa asin juga ia rasakan di sudut bibir, mungkin darah.
“Beraninya kamu celakai anak saya!” teriak mamanya Yezy, dan sekali lagi Shishi ditamparnya.
Shishi gak mau nangis, tapi justru pengin ketawa. Rasa sakit di pipinya gak ada ada apa-apanya sama yang dia rasakan selama ini. Shishi pengin ketawa karena merasa iri, Yezy begitu disayang sama mamanya gak seperti dirinya, mamanya Yezy gak mau anaknya disakitin.
“Shishi! Minta maaf sekarang juga!” Seorang pria masuk dengan angkuhnya, tanpa peduli Shishi mau ditampar atau gimana.
“Ngapain malah lo yang ke sini? Mana bokap sama nyokap gue?” tanya Shishi kesal karena malah Jeff yang mewakili mereka datang ke sekolah.
“Lo lupa? Mereka udah percayakan lo sama gue, ayo sekarang minta maaf!” perintah Jeff yang langsung membuat mata Shishi memutar.
“Minta maaf, Shishi!” teriak Jeff kini, matanya begitu tajam.
“Udah! Biarin aja! Adik kamu ini memang kurang ajar dan tidak berpendidikan, saya akan penjarakan dia,” tutup mamanya Yezy keluar dari ruangan ini, dia mengira Jeff ini kakak Shishi dan Shishi merasa begitu lucu.
“Lo dengar? Lo mau dipenjara!” Jeff mendekat dan mencengkeram rahang Shishi.
“Gak peduli, gue gak peduli mendekam di penjara atau mati sekalipun juga!” Shishi berlari sekuat mungkin dari koridor ini.
Kehadiran Jeff hanya menambah rasa sakitnya, mama papanya benar-benar gak peduli, Shishi mati juga kayaknya gak peduli. Berlari menuju atap dengan melangkahi anak tangga begitu cepat.
“Shishi!” Rupanya seseorang mengejar di belakang, Shishi gak mau peduli siapa dia.
Dan masih berada di tangga sepi ini, orang itu berhasil menarik tangan dan tubuh Shishi ke dalam pelukannya. Cewek itu gak berontak ataupun balas memeluk cowok ini, hanya menangis di dadanya.
“Shi, lo tenang, ya,” ujarnya berbisik dan mengusap kepala Shishi.
Tangisan si cewek pecah sekarang, karena dia orang pertama yang memintanya tenang. Shishi balas memeluknya lebih erat, meluapkan segala emosi di dekapannya lagi seperti hari kemarin, Jemian.
Lia, gue butuh Jemian lagi.
Mereka duduk bersebelahan di tangga menuju atap dan sepi ini. Jemian meminta Shishi bercerita segalanya, dan Shishi menolak. Kejadian Chakra papanya kemarin cukup bikin dia malu sama Jemian, apalagi tentang papanya tadi pagi yang nganggap dia jalang, biar dirinya simpan buat sendiri percakapan antara papa sama dirinya tadi.
Yang akhirnya Shishi bercerita tentang apa yang menjadi keinginannya. Pengin mama papanya perhatian, pengin dipeluk mereka, pengin dianggap berharga dan semuanya. Iya, semua tentang orang tuanya yang bikin dirinya gila sekarang ini.
“Na, kamu kasihan ya sama aku?” tanya Shishi pelan nan lirih. Dia udah gak nangis lagi, cuma mata yang serasa berat aja.
“Kenapa lo bisa ngomong gitu?” Jemian melirik.
“Kalo bukan kasihan lalu apa? Kenapa kamu peduli sama aku?”
“Karena gue gak seharusnya tahu masalah keluarga lo, harusnya gue gak ada di sana dan tau tentang bokap lo kemarin. Jadi, gue gak bisa diam liat lo dalam masalah.” Jemian mengembuskan napas dan menatap lurus ke depan.
“Itu artinya kamu kasihan sama aku.” Shishi gak hentinya menatap Jemian dari samping itu. Dia sadar gak kalo Shishi masih suka sama dia?
“Terserah lo kalo mau nganggapnya gitu.”
Shishi tersenyum aja mendengar jawabannya kali ini, dia emang kasihan sama Shishi. Ya, Shishi meyakini Jemian cuman kasihan itu lebih baik kan? Daripada kepedean dan meyakini Jemian juga masih menyimpan rasa buat dirinya.
“Maaf, Shi. Gue mau bahas ...” Ucapan Jemian menggantung. Shishi menoleh cepat penasaran.
“Kak Theo,” lanjutnya.
“Lo tetap mau gue jadi pacarnya? Meskipun gue gak punya perasaan apa-apa sama dia?” tanya Shishi tersenyum miris.
“Kak Theo nanyain lo terus, dia juga cerita akhir-akhir ini lo susah dihubungi.”
“Gue jarang pegang hape,” jawab Shishi cepat, HPnya emang suka dimatiin.
“Coba buka hati lo buat Kak Theo, ya? Gue juga udah cerita tentang Jeff sama dia, Kak Theo gak bakalan kayak Arjun yang bakal langsung putusin lo setelah dilabrak sama Jeff.”
Seketika Shishi tertawa mendengar ini, benar-benar tertawa. Ini bukan perihal Shishi takut diputusin, tapi untuk sekarang bener-bener lelah yang namanya pacaran.
“Gue gak bisa bayangin masalah baru yang bakal muncul, tiap punya pacar ahh nggak, tiap deket sama cowok juga selalu nambah masalah baru. Kak Theo orangnya baik dan gue gak mau libatin dia ke dalam masalah, apalagi sama Jeff.” Shishi menghela napas berat, udah cukup dia coba buka hatinya sama beberapa cowok ke belakang, dia gak mau pada akhirnya tetap kecewa. Iya, pacaran itu tidak guna.
“Shi,” lirih Jemian.
“Lagian gue ada satu cowok yang ternyata tetap menjadi yang spesial di hati gue, seorang di masa lalu gue dan keselnya makin ke sini perasaan gue rasanya makin dalam. Gue gak mau akhirnya malah manfaatin Kak Theo buat lupain dia, walau sebelumnya gue gak pernah sekalipun manfaatin pacar-pacar gue.” Shishi dengan cepat berdiri setelah mengatakan itu, takut semakin terbawa hati, kalau orang yang dia omongin itu Jemian sendiri.
“Lo masih pengin balik sama mantan lo yang itu?” Jemian ikut berdiri.
“Nggak, dia udah bahagia sama ceweknya. Bahagia banget. Gue gak mungkin rusak dan rebut kebahagiaan itu,” jawab Shishi senyum penuh arti menatapnya.
Lo udah bahagia sama sahabat gue.
Mencoba mencairkan hatinya yang tegang sendiri, Shishi melirik sekeliling dan berkata, “Udah mau istirahat kayaknya. Makasih lo udah nemenin gue bolos lagi dan bikin suasana hati gue menjadi lebih baik. Mulai sekarang gue mau kita jaga jarak aja, lo gak usah peduliin gue lagi meskipun lo udah tau masalah keluarga gue sebobrok apa. Jangan samperin gue sehancur apa pun gue, gue bakal tetap baik-baik aja. Gue juga gak mau bikin Lia salah paham.”
Menelan ludah dengan kasar setelah mengatakan itu, karena rasanya tenggorokan Shishi berat banget dan sama sekali tidak menatap Jemian lagi, dia gak nyangka bakal sesakit itu.
Ini yang terbaik, kan? Shishi gak mau perasaannya malah semakin menjadi sama Jemian karena Jemian terus di dekatnya. Shishi juga gak mau kehilangan sahabatnya Lia karena perasaannya itu.
“Shi.” Jemian menarik tangan cewek itu dan langsung ditepis.
“Ini terakhir kalinya kita bicara berdua kayak gini, ya?” Shishi mencoba tetap tersenyum.
Langsung melangkah menuruni tangga dan menghapus air matanya.
Kok rasanya lebih menyesakkan daripada pas kita putus dulu? Ini lebih menyakitkan.
Kamu sadar kan, Na. Kalo mantan yang belum bisa gue lupain itu kamu.
Air mata Shishi gak bisa berhenti keluar, terus mengusapnya kasar dan menuruni tangga, sampai akhirnya dia berpapasan dengan seseorang.
“Shishi?” ucapnya yang terkejut, terbukti dengan matanya yang membulat. Dia Jenov Keandra Putra.
“Jemian?” lanjut Jenov melihat ke belakang Shishi.
Ah semoga ini tidak menyebabkan kesalahpahaman, karena Jenov jelas tahu kalau Jemian adalah mantan Shishi sebelum jadian sama Jenov dulu.
tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
GREED
Fanfiction[17+] Tidak ada yang berniat selingkuh, namun keadaan membuat mereka menjalaninya dan menjadi pengkhianat. Start : 10 Januari 2022 Finish : 11 Juli 2022 REPUB : 17 Maret 2024